s w e e t n i g h t

4.7K 579 12
                                    

How could I know
One day I'd wake up feeling more
But I had already reached the shore
Guess we were ships in the night
Night, night

(V - Sweet Night)

Parameswara

"Darimana?" Aku menegur Parama yang baru saja membuka pagar dan memasuki pekarangan rumah.

Aku sedang duduk santai di teras depan sambil ditemani segelas kopi hitam panas dan baru saja menyesap habis sebatang rokok yang ketiga.

Parama langsung duduk dan melepas sneakers-nya. "Ada nobar Liverpool tadi."

"Oh iya?" Aku terhenyak.

"Sama Arsenal."

Aku mengangguk-angguk.

"Sampai ketinggalan EFL lho masku ini.." cibirnya kemudian duduk bersandar.

Aku mengesah. "Mbuh, Ram.. jiwa kompetitifku lagi hanyut entah kemana.."

Parama berdeham. "Ono opo, sih? Kerjaan? Asmara?"

Aku kembali mendengus. "Lha kerjaan mbek asmaraku 'kan campur. Tahu sendiri.."

Parama terkekeh pelan. "Mas itu bangun tidur atau belum tidur?"

"Nggak bisa tidur.."

"Kronis ini kayake.."

Aku mengenyahkan pundakku asal-asalan sambil menyeruput kembali kopi hitam dari gelas yang sudah mulai menghangat.

Ah.

Pahit.

Nasibku sudah pahit. Biarlah aku minum minuman yang pahit, toh minum atau makanan yang manis juga nggak merubah nasibku jadi manis.

Pahitin sekalian aja semuanya.

Parama menyelonjorkan tungkai kakinya. Dan sekarang, kami berdua duduk berdampingan di kursi teras sambil memandangi langit dini hari yang nggak terlalu banyak bintang.

"Kalau kamu tahu, aku pasti mbok guyu.."

"Kenapa emangnya?"

"Aku ditolak."

"Cewek?"

Aku melotot. "Mas mu ini masih normal, Parama.."

Parama mengangguk-angguk. "Terus, mas sedih?"

Aku dengan ringan mengangguk.

"Sedih karena perasaan mas ditolak, atau karena ini pertama kalinya mas ditolak?"

Aku mendengus. "Mas udah sedih, ojo ditambahi silogisme aneh-aneh, Ram.."

Parama nyengir tanpa dosa. "Ya, kalau karena ini adalah pertama kalinya mas ditolak, setelah selalu nembak cewek dan diterima, berarti ego mas yang terluka.. bukan hatinya."

Aku menggaruk-garuk sisi kepalaku yang sebenarnya nggak gatal. "Dua-duanya, cuk.."

Adikku mengangguk paham. "Alasan dia menolak, apa?"

"You don't even know me, jaré.."

"Itu jawabannya?"

"ANEH 'KAN?"

Parama tampak bergeming. "Ya, mungkin emang kalian belum kenal dekat.." adikku itu merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebungkus rokok dari sana. Dia mengambil sebatang, dan meminta pemantik kepadaku.

Aku mengelak. "Ya, aku nggak mungkin menyatakan cinta ke orang asing yang lewat, Ram.." aku menjentikkan api ke sebatang rokok yang sudah kusematkan di bibirku. "Bagiku, kami dekat.." lanjutku.

PUKAU (Complete)Where stories live. Discover now