p a c a r

3.9K 632 58
                                    

Parameswara

"Bu.. mas Wara udah pulang, bu.."

Aku yang baru saja melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah langsung dihadang suara Parama dari balik ruang TV.

"Ya, Assalamualaikum.." langkahku yang akan naik menuju ke kamar tidur, tiba-tiba dihentikan oleh Parama.

"Nanti dulu," dia menuntunku untuk duduk di sofa.

"Kenapa?" Tanyaku setelah kami berdua duduk.

"Mas punya pacar, ya?"

Aku mendengus. "Nggak,"

"Ibu tahunya mas punya pacar, tahu.."

"Kok gitu?"

"Soalnya mas dua hari ini 'kan nggak pulang,"

Aku langsung menyambitnya. "Mas 'kan pulang ke rumah mas sendiri. Biasanya juga gitu. Apalagi ini akhir tahun, banyak kerjaan."

"Iya, aku tahu.."

"Terus?"

Parama berdeham. "Tapi, kemarin malam 'kan sempat hujan deras semalaman."

Pernyataan Parama barusan adalah tamparan berbentuk kata-kata. Si kanebo kering lagi yang bilang, makin emosi aku dengarnya.

Aku nyaris mengumpat ke Parama. Sialan. Aku benar-benar mudah ditebak, ya?

"Sssst.. ah, udah ah! Mas mau mandi,"

"Masih sama teman sekantor mas itu, ya?"

Aku menghela nafas panjang. "Mas Wara nggak punya pacar, Rama.."

Parama mengangguk-angguk. "Terus kabar teman sekantor mas Wara yang itu gimana?"

Adik kandung itu bisa diresignkan dari kartu keluarga nggak, sih?

Nggak lama, ibu keluar dari kamarnya, dan matanya langsung mengarah kepadaku. Dari kejauhan, beliau tersenyum.

Ibu menghampiri kami berdua. "Sudah makan, mas?" Tanya ibu, sambil meraih pundakku dan memijatnya.

"Belum, bu.."

"Kok belum? Tadi sepulang kantor ndak mampir makan dulu?"

Perasaanku berubah jadi nggak enak. Pijatan tangan ibu juga makin lama, makin amburadul temponya.

"Ng...nggak, bu.. tadi Wara langsung pulang,"

Ibu mengangguk-angguk. "Pulang kemana?"

Aku bisa merasakan Parama mengubah posisi duduknya jadi sedikit menjauh.

"Pulang kesini, bu.."

"Ooh.." ibu mengiyakan. "Kalau kemarin?"

Tenggorokanku rasanya jadi kering banget. "Kemarin Wara pulang ke rumah Wara, bu.."

"Ooh.." lagi, ibu masih mengiyakan. "Kalau kemarinnya lagi?"

Aku seketika jengah. "Ibu mau tanya apa, deh? Langsung aja nggak pa-pa,"

Ibu berubah tergelak. "Ah, ndak. Opo sih.. orang ibu cuma tanya aja."

"Langsung ke intinya nggak pa-pa kok, bu.." Parama menjelaskan.

"Emang intinya apa, dek?" Ibu beralih ke Parama.

"Intinya mas Wara banyak kerjaan, bu. Akhir tahun."

Oke, Parama kelihatan suportif sekarang.

"Waduh.." Ibu langsung mengaduh. Aku nggak tahu kenapa. "Kok lebih parah?"

"Kenapa ngurusin kerjaan jadi lebih parah?" Aku nggak terima.

PUKAU (Complete)Where stories live. Discover now