p a p a r a z z i

3.8K 627 27
                                    

Sabrina

Aku tidak bisa menjelaskannya dengan kata-kata.

Tapi, pagi ini, di hari Senin ini. Saat semua orang kebanyakkan membenci hari ini; aku menunggunya untuk segera datang. Dengan senang hati.

Parameswara sudah tiba di kantor. Baru saja dia mengirim pesan teks kepadaku.

Benar. Dia bersikeras untuk menjemputku.

Benar. Aku juga bersikeras untuk berangkat kerja sendiri.

Hal-hal yang sudah terjadi di antara kami, seharusnya tidak banyak merubah kebiasaan kami.

Termasuk saat kami berpelukan kemarin.

Aku sampai lupa, semenjak kapan aku sangat nyaman dan suka untuk dipeluk. Karena kemarin, berada di dalam dekapan Parameswara adalah hal yang awalnya sangat jauh sekali dalam perkiraanku.

Iya, he is Parameswara. Dengan tangannya yang mampu merengkuhku. Badannya yang hangat. Aroma bajunya yang bahkan masih wangi, padahal satu malam konser sudah berlalu.

Aku pun tidak percaya saat menangkap basah diriku sendiri mengingat-ingat moment pelukan saat itu di Senin pagi hari ini.

Bahkan, saat aku sudah sampai dan duduk di ruanganku.

Seseorang mengetuk pintu. Membuatku sekali lagi harus tersadar.

"Selamat hari Senin, buuu.." seru Anggita setelah membuka pintu ruangan. "Masih pagi, udah ngelamunin apa?"

Aku menggeleng.

Anggita menghampiriku. "Bu Sabrina cantik amat hari ini.."

Aku masih memandangnya tidak mengerti.

"Errr.." Anggita tampak salah tingkah. "Kemarin-kemarin juga cantik sih, bu.. tapi ini. Look at that glow!" Katanya sambil melambai-lambaikan tangannya di sekitar mukanya.

Pagi ini, aku sempat memakai masker wajah. Aku juga baru hari ini memakai moisturizer yang baru saja aku beli di online shop. Wajar bila hari ini kulit wajahku menjadi lebih lembab dari biasanya. Karena tidak tahu harus bagaimana, aku tersenyum. "Terima kasih, Anggita."

"You're welcome, ma'am!" Dia memberiku hormat. "Oh iya! Saya mau mengingatkan aja sih, bu.. soalnya dari kemarin bu Sabrina belum read WhatsApp saya.."

Aku tertegun. "Kemarin 'kan hari Minggu.."

Anggita tersenyum lebar. "Soalnya biasanya bu Sabrina tetep respon di hari libur."

Kini, giliranku yang salah tingkah. Hari Minggu kemarin benar-benar menjungkir balikkan semua keadaan.

"Lupakan! Lupakan! Saya masih bisa mengingatkan disini kok, bu.." Anggita duduk di depanku. "Agenda hari ini; jam 10 nanti, bu Sabrina ada meeting dengan pak Syamsi; kepala Divisi IT untuk kelanjutan Development HR System kita. Estimasi meetingnya enam jam, bu. Sehabis itu nggak ada apa-apa lagi, jadi bu Sabrina bisa langsung pulang." Jelasnya panjang lebar.

Aku mengangguk-angguk. "Okay. Saya sendiri? Atau ada lagi dari tim kita yang bergabung?"

"Saya ikut, tentunya. Kemudian ada Bagas dari tim hiring dan Salma dari tim L&D."

"Okay. Cool.."

Anggita tiba-tiba terdiam menatapku.

"Ada apa, Anggita?"

"Agak aneh dengar bu Sabrina bilang begitu.."

Aku menghela nafas singkat. Anggita benar-benar orang yang sangat perhatian dan sangat berterus terang.

PUKAU (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang