b e r t e m u l a g i

7K 838 37
                                    

Sabrina

Aku kurang nyaman dengan segala apapun kepentingan pribadi yang terjadi di dalam area kantor sehingga menyebabkan kemungkinan produktifitas kerja berkurang.

Pagi ini aku sudah disuguhi pemandangan salah satu karyawan divisiku yang sedang suap-suapan bekal—yang entah itu apa, di lobby kantor. Dan terpaksa, selama perjalanan menuju lift, aku harus menyaksikan beberapa adegan suap-suapan itu.

Parameswara, pemeran utama laki-laki, menoleh ke arahku. Aku diam saja. Tetap tenang berjalan menuju lift.

Sesampainya di dalam lift, aku mengeluarkan ponsel untuk mengecek agenda-agenda apa saja yang harus aku lakukan nanti di minggu pertama kantor baruku ini. Seharusnya akan menjadi hal yang cukup berat, mengingat ritme kerjaku yang kemungkinan akan membuat mereka sedikit shock. Bagiku, bukan hal yang sulit untuk menyelesaikan suatu tugas sebelum date line tiba. Pada intinya, aku tidak senang apabila suatu pekerjaan dikerjakan dengan buru-buru; hasilnya tidak maksimal. Maka dari itu, aku ingin menerapkan prinsip far from date line untuk divisiku ini. Alasannya mudah; biar tidak berantakan.

Aku mendongak mendapati pintu lift terbuka lagi, dan aku masih ada di lantai yang sama.

Crap.

Did I just saw Parameswara suap-suapan there? And who's this guy that standing right in front of me now?

Parameswara

I might say I hate this girl. But, man, still. I can't get over her, even just for a moment.

Setelah suap-suapan aneh yang disaksikan hampir seluruh karyawan yang ada di gedung ini, dan dengan paksa tapi tetap halus mengusir Sofia pergi dari kantor iniyes, aku emang bajingan, tapi cowok kasar ke cewek, baik perkataan mau pun perbuatan itu lebih dari bajingan.

"Pagi," Aku melempar senyum paripurna yang aku punya ketika Sabrina mendongak dari balik ponselnya.

Awalnya dia menatapku datar. Sesaat kemudian, dia mengangguk singkat dan tersenyum tipis.

Hmmm, mainnya jutek-jutekan nih? Siap.

Memutuskan berjalan cepat menyusul Sabrina dan mencegah pintu lift yang akan menutup—dan kemungkinan besar akan diomeli Sofia setelah ini, sepertinya cukup membuat Sabrina sedikit terkejut. Sepertinya.

Aku menekan tombol lantai 12. Sabrina masih menatap lurus ke depan.

Nggak lama, aku merasakan harum yang sedikit familiar. Parfum Sabrina. Mirip parfum Disa. And damn, kenapa ketika Disa yang pakai, aku tidak semenyedihkan ini; terpaku dan membisu nggak tahu mau apa. Parfum Sabrina benar-benar membuatku kewalahan.

Lift berhenti sebentar di lantai 8. Seorang karyawati masuk. Dari Sanjaya Co. Namanya Amanda, dari divisi marketing. Kenapa seorang Parameswara ini bisa tahu? Karena di dada kiri mbak Amanda ini disematkan ID card Sanjaya Co, bagian Marketing. Kenapa Parameswara ini bisa jeli dengan ID card tersebut? C'mon, dada men, dada. Laserku pasti kesana dulu. Pasti.

Yah, 36 B lah. Kira-kira.

Sabrina

What the heck.

Sepanjang lift naik ke lantai tujuanku, aku harus disajikan durasi penuh bagaimana Parameswara memberikan pandangan penuh perhatian ke salah seorang karyawati dari lantai 8. Actually I don't mind it because I believe that men are get used for it. Tapi, jangan di depanku juga.

PUKAU (Complete)Where stories live. Discover now