tujuh

4K 419 33
                                    

Shaka memutar tubuhnya ke arah lain saat merasakan sinar matahari menyeruak masuk dari jendela kamarnya yang sudah dibuka. Dia menggeram karena merasa tidurnya yang nyenyak terganggu sekarang. Shaka mengernyit dalam tidurnya saat merasakan seseorang duduk di kasurnya. Dia semakin bingung saat mencium aroma parfum yang asing tiba-tiba tercium di kamarnya.

Dengan perasaan was-was Shaka membuka matanya dan melihat wajah seseorang yang berada tepat di depan wajahnya yang membuat Shaka refleks memukul orang itu dengan bantal dan mendorongnya hingga jatuh.

"Huwaa ada setaaannnn!" pekiknya dan langsung duduk di tempat tidurnya dan menjadikan sebuah bantal sebagai tamengnya. Sementara orang yang tadi Shaka pukul merintih kesakitan karena terjatuh cukup keras dari tempat tidur Shaka. Rambut orang itu digerai membuat Shaka tidak mengenali siapa orang itu.

Shaka yang mendengar rintihan kesakitan dari orang itu merasa sedikit kasihan tapi juga takut. Bagaimana kalau dia bukan manusia melainkan hantu yang sedang mencari mangsa di pagi hari.

"Bantuin berdiri gitu kan, bukannya malah diliatin terus." katanya itu yang membuat Shaka bergidik ngeri. Tapi sebentar, sepertinya Shaka mengenali suara itu.

"Bantuin Ka, sakit tau!" ketus orang itu setelah menyibakan rambut yang menutupi wajahnya.

"Arin?" beo Shaka.

"Bantuin aku Shaka." kata Arin penuh penekanan.

"Eh iya-iya," balas Shaka kemudian segera membantu Arin berdiri kemudian menuntun Arin ke tempat tidurnya. Arin meringis kesakitan saat Shaka memegang tangan kanannya yang sepertinya terkilir.

"Tangan aku sakit Ka," kata Arin.

"Hah? Sakit kenapa?" tanya Shaka panik.

"Gara-gara kamu lah, tadi tangannya aku pake buat nahan badan aku pas jatuh," jawab Arin sambil cemberut.

Shaka menatap Arin sedikit bersalah. "Maaf ya, lagian kamu sih ngagetin. Terus, kok bisa kamu ada di kamar aku?" tanyanya.

"Hehe tadi aku tanya eyang kamu dimana, terus katanya kamu masih tidur dan kebetulan eyang mau pergi ke sawah gitu jadi aku ijin sama eyang buat bangunin kamu eh malah gini kejadiannya." terang Arin panjang lebar.

"Oke, terus ini tangan kamu gimana Rin?" tanya Shaka khawatir.

Arin tersenyum. "Udah nggak apa-apa nanti aku minta di urut aja sama ibuku, tapi sekarang aku laper dan berhubung tangan aku sakit jadi kamu harus suapin aku." jawabnya sambil tersenyum jahil.

Shaka hanya melongo mendengar perkataan Arin. Dia hendak menolak tapi mengingat tangan Arin yang terluka karenanya Shaka kembali merasa bersalah.

"Ya udah, mau makan apa?"

"Tadi eyang katanya udah masak soalnya nawarin aku sarapan, jadi aku mau makan itu aja,"

"Oke," kata Shaka. "Aku cuci muka dulu." imbuhnya.

Keduanya keluar dari kamar Shaka, Arin menuju meja makan dan Shaka pergi ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya. Arin duduk manis di bangku sembari menunggu kedatangan Shaka. Dia sedikit memijit tangannya yang terkilir, rasanya sakit tapi dia sama sekali tidak bisa menyalahkan atau pun marah kepada Shaka.

"Emang kamu nggak sekolah?" tanya Shaka setelah kembali dari kamar mandi.

"Hari ini libur, tanggal merah," jawab Arin.

Shaka mengangguk kemudian mengambilkan makanan untuk Arin. "Mau pake apa aja?" tanyanya kepada Arin.

"Uhm, aku mau pake ayam goreng, kamu suwir-suwirin ya ayamnya biar gampang,"

Shakala (On Going) Where stories live. Discover now