tujuh belas.

1.7K 167 24
                                    

Bagaimana rasanya melihat seorang anak bercengkrama dengan kedua orangtuanya saat dirimu tidak memiliki keluarga yang lengkap sepertinya? Iri? Oh tidak, Shaka sudah terbiasa melihat interaksi antara ayah-ibu dan anak seperti ini dan dia tidak pernah merasa iri. Pernah. Dulu sempat ada perasaan iri, tapi lambat laun akhirnya Shaka bisa menerima kenyataan dengan legowo. Ibunya telah tiada, ayahnya menjadi sangat amat sibuk bekerja setelahnya, dan berakhir dengan Shaka yang sering kali merasakan kesepian.

Mengingat hal itu Shaka hanya bisa tersenyum miris. Seandainya ibunya masih ada, pasti Shaka juga tidak akan se-berantakan waktu itu.

"Shaka, Lea treats you well right?" Tanya Ayah Lea.

"Yes, uncle." Jawab Shaka singkat.

"Just tell me if she treats you badly,"

"No, absolutely not." Jawab Shaka. "I have to go now, see you Uncle Max and aunt Karina." Lanjutnya kemudian meninggalkan Lea dan kedua orangtuanya.

"She's a good girl, right?" Tanya Ayah Lea kepada putrinya.

Lea mengangguk. "Dia sebenarnya memang gadis yang baik dad, tapi mungkin apa yang sudah dia alami membuat semuanya menjadi sulit." Jawabnya.

"That's right. She lost her mother when she was still in junior high school, since then her father chose to keep himself busy with work. The girl must be feeling lonely." Kata Ayah Lea merasa iba dengan Shaka.

"Kalian lagi ngobrolin apa?" Tanya Ibunda Lea yang baru saja kembali dari toilet. Membuat Lea dan Ayahnya langsung saling bertatapan sambil memainkan alis.

"Rahasia." Jawab keduanya kompak membuat Ibunda Lea langsung menatap keduanya dengan penuh selidik.

•••

Shaka berjalan menyusuri jalanan kota  München tanpa tujuan. Sebenarnya, tidak ada yang harus dia lakukan sekarang sehingga mengharuskan dia pergi seperti sekarang ini kecuali untuk menghindari kedua orangtua Lea. Shaka hanya merasa tidak nyaman sekarang, entah kenapa hatinya sangat gelisah belakangan ini. Apakah sesuatu terjadi kepada eyangnya atau ayahnya? Atau hanya perasaannya saja yang sedang tidak bisa dimengerti sehingga membuat Shaka sendiri menjadi kebingungan sendiri? Sungguh hal ini membuat Shaka resah. Sangat.

"Hi Shaka!" Sapa sebuah suara secara tiba-tiba membuat Shaka merasa sedikit terkejut namun bisa dengan cepat kembali menguasai dirinya.

"Hmm.." Balas Shaka datar yang langsung membuat orang itu meringis.

"Was tun Sie hier?" Tanya orang itu—Grace.
[Apa yang sedang kamu lakukan disini?]

"Spaziergang." [Berjalan]

Grace terkekeh pelan, "Ich weiß, aber warum bist du allein?"
[Aku tahu, tapi kenapa kamu sendirian?]

"Weil ich alleine bin." [Karena aku sendirian]

Grace kembali terkekeh, sungguh sejak dulu sikap Shaka selalu sama, masih saja datar dan mengabaikannya. Tapi sialnya, gadis itulah yang berhasil mencuri hatinya.

Shakala (On Going) Where stories live. Discover now