lima

3.7K 414 11
                                    

Shaka berlarian kecil mengelilingi kampung, sesuai janjinya semalam pada dirinya sendiri, dia akan keliling kampung jika tidak menemukan Pelangi di sungai. Tapi sudah hampir selesai mengelilingi kampung, Shaka masih belum menemukan tanda-tanda keberadaan Pelangi. Shaka kesal dibuatnya. Akhirnya dengan rasa putus asa dia memilih pulang ke rumah eyangnya.

Eyang menatap heran kepada Shaka saat masuk ke dalam rumah. Lagi, dia mendapatkan wajah murung Shaka setelah pulang lari pagi. Membuat eyang merasa khawatir, apa yang terjadi dengan Shaka sehingga anak itu tampak murung. Eyang bergegas menghampiri Shaka yang baru saja masuk ke kamarnya. Untung saja kali ini Shaka tidak menutup pintu kamarmya, tidak menutup dengan rapat lebih tepatnya.

"Nduk, kamu kenapa?" tanya Eyang yang kini sudah berdiri di ambang pintu masuk kamar Shaka.

"Nggak apa-apa," jawab Shaka yang sedang tengkurap.

"Terus kenapa mukanya murung gitu kayak eyang ndak kasih kamu makan?" tanya Eyang lagi.

Tidak ada jawaban. Shaka memilih diam mengabaikan pertanyaan eyang. Toh kalau Shaka mengatakan yang sebenarnya belum tentu eyang mau memberi tahu. Kemarin saja dia terus dipermainkan.

"Belum ketemu rumahnya Anggi?" tanya Eyang yang seketika membuat Shaka sedikit tersentak.

"Hm,"

"Kamu bukannya sudah sering lari pagi, terus pernah diajak keliling kampung sama Rama, masa belum tahu rumah Pak RT?" tanya Eyang bingung.

Shaka hanya diam saja tidak menjawab, dia memang belum tahu rumah Pak RT apalagi rumah Pelangi dimana dan hal ini membuatnya cukup merasa frustasi dibuatnya. Jangan tanya kenapa, Shaka juga tidak tahu, Shaka hanya merasa penasaran dengan Pelangi jadi Shaka bersikap sebegininya.

"Kamu ke tetangga sebelah sana terus coba lihat masih ada plang tulisan Ketua RT apa ndak di teras rumahnya," kata Eyang.

Shaka lagi-lagi hanya diam tapi kali ini karena sedang mencerna perkataan eyang. Sedetik kemudian Shaka langsung bangun dan berlari keluar rumah meninggalkan eyang yang hanya bisa menggeleng pelan.

Sekarang Shaka sudah berdiri di depan rumah tetangga sebelahnya, sudut bibirnya terangkat saat melihat papan nama yang bertuliskan Ketua RT terpasang di tembok rumah itu. Shaka berdecak kagum kepada kebodohannya sendiri, pantas saja eyang tidak mengatakan apapun, ternyata rumah Ketua RT yang dimaksud dan dicari berada tepat di sebelah rumah eyangnya. Shaka tersenyum senang, jika ini adalah rumah Ketua RT berarti rumah Pelangi...

"Pelangi," gumamnya saat dia sudah berada di depan rumah yang berada tepat di sebelah rumah Pak RT. Shaka menatap rumah itu dalam diam, setelah tahu dimana rumah Pelangi sekarang apa yang harus dia lakukan?

Shaka menghela nafas. "Ternyata tetanggaan dan aku baru tau lagi," gerutunya.

Shaka berharap Pelangi keluar dari rumahnya tapi sepertinya nihil. Pintu rumah Pelangi tertutup rapat, bahkan jendelanya tidak ada yang dibuka dan lampu teras masih menyala. Shaka jadi berpikir, mungkin Pelangi dan keluarganya sedang pergi.

Shaka kembali ke rumah dengan wajah lesunya. Sudah dua hari dia gagal bertemu dengan Pelangi bahkan saat sudah mengetahui dimana rumahnya. Shaka duduk di sofa dan menyalakan televisi. Tidak menyadari eyang yang sedang mengawasinya.

"Sudah ketemu sama Anggi?" tanya Eyang.

"Rumahnya sepi, lampu terasnya aja masih nyala," jawab Shaka.

"Oh iya eyang lupa, kayaknya kemarin Anggi sama paman dan bibinya pergi," kata Eyang.

"Pergi kemana?" tanya Shaka yang masih memasang wajah lesunya.

Shakala (On Going) Där berättelser lever. Upptäck nu