dua

4.9K 458 20
                                    

Shaka menggeliat dalam tidurnya saat merasakan sinar matahari menyeruak masuk dan mengusik tidurnya. Dia meraih ponselnya yang berada di meja samping tempatnya tidur. Matanya yang belum terbuka sempurna hanya menyipit mencoba menyesuaikan diri dengan cahaya.

"Masih pagi," gumamnya kemudian kembali tidur.

Eyang menggeleng melihat kelakuan cucu kesayangannya ini. Kelakuan Shaka sama seperti kebiasaan Erlangga saat masih seusianya, selalu memilih bangun siang saat libur. Eyang duduk di pinggir ranjang Shaka, dia mengusap pelan kepala cucunya itu.

"Nduk, bangun. Itu Rama sudah di depan katanya mau ngajak kamu jalan-jalan," kata eyang sepelan mungkin supaya tidak mengagetkan Shaka.

Shaka menggeram karena merasa tidurnya terusik. Dia mengerjapkan matanya kemudian menyadari keberadaan eyangnya di kamar.

"Itu kamu sudah ditungguin sama Rama, siap-siap sana," kata eyang.

Shaka yang belum sepenuhnya sadar hanya mengangguk kemudian berniat memejamkan matanya lagi. Tapi eyang yang sudah hafal dengan kebiasaan Shaka tentu saja langsung menahannya.

"Kok tidur lagi? Opo ndak kasihan sama Rama udah nungguin dari tadi sampe jamuran dia," canda eyang.

Mau tidak mau Shaka bangun dari tidurnya dan pergi mandi. Rama sempat menyoraki Shaka saat melihat Shaka keluar kamar membawa handuk dan baju ganti, tapi Shaka tidak menggubrisnya.

Setelah selesai dengan ritual mandi pagi dengan air dingin karena di rumah eyang tidak ada air panas, Shaka langsung keluar dari kamar membawa sebuah tas. Membuat Rama dan eyang menatap bingung kepadanya.

"Apa?" tanya Shaka karena merasa terus diperhatikan.

"Kamu bawa tas buat apa? Mas nggak ngajak kamu minggat, cuma jalan-jalan," kata Rama.

Shaka memutar matanya malas. "Siapa juga yang mau minggat," jawabnya kemudian menggendong tas yang tadi dia bawa.

"Terus itu bawa tas buat apa?" tanya Rama bingung yang ikut diangguki oleh eyang.

"Oh, ini isinya DSLR sama ada powerbank, siapa tau nanti ada pemandangan yang indah dan bisa diabadikan, lumayan," jawab Shaka santai.

Rama mengangguk mengerti. "Ya udah ayo pergi sekarang," ajaknya.

Shaka dan Rama berpamitan kepada eyang dan langsung pergi. Tempat tujuan pertama mereka berdua adalah pantai seperti yang sudah Rama katakan kemarin. Shaka memekik senang saat keduanya sudah sampai di pantai. Shaka sangat menyukai pantai dan suara ombak yang membuatnya merasa seperti bebas.

Rama menggeleng pelan saat melihat kelakuan Shaka yang seperti anak kecil. Dia merasa senang karena sekian lama akhirnya Shaka kembali mengunjungi mereka. Shaka itu seperti adik bungsu baginya. Dia selalu merasa hobinya cocok dengan hobi Shaka membuat dia selalu punya cara untuk mencairkan kecanggungan yang kadang terjadi diantara mereka.

Sementara Shaka sekarang sudah mengeluarkan kameranya dan mulai memotret objek-objek yang menurutnya menarik. Tidak jarang dia berdecak kagum saat melihat hasil tangkapan gambarnya. Shaka itu amatir yang profesional, maksudnya, dia belajar secara otodidak tapi hasil fotonya bisa setara dengan karya photographer terkenal karena Shaka pandai mencari sudut mana yang bagus untuk mengambil gambar.

Rama menghampiri Shaka yang terlalu asyik dengan kameranya sehingga seolah lupa dengan keadaan sekitar. "Coba mas pengen liat hasil kamu cekrek-cekrek gimana?" katanya penasaran.

Shaka langsung menunjukan gambar-gambar yang dia ambi barusan. Seperti kebanyakan orang yang baru saja melihat hasil foto Shaka, Rama juga berdecak kagum.

Shakala (On Going) Where stories live. Discover now