Tiga belas✅

Depuis le début
                                    

"Terus?" Penasaran Alfa.

"Tadi ada satu kalimat yang gue denger dari pembicaraan mereka. Aviela bilang kalo dia capek dan gak mau lagi sama zeyan. Dia pengen lepas dari zeyan? Gue gak tau pasti"

Alfa terlihat sedang memikirkan sesuatu"kalo dia minta cerai gimana Raf? Kok gue yang takut ya?" Panik Alfa setelahnya.

"Nah itu yang ada di pikiran gue. Lagian gue sekarang lagi kesel banget sama zeyan, ngapain juga dia masih mau berhubungan sama cabe keriting muka kw itu!" Kesal Rafi ketika mengingat jika sahabat nya itu terlalu bodoh itu percaya sama drama yang di buat oleh Chika.

°°°
Skip pulang sekolah

Qila dan sindy sudah duluan pulang. Aviela kini ingin memasuki mobilnya namun terhenti ketika pemandangan yang tidak mau di lihatnya terpampang jelas di depan gadis itu.

Zeyan dan Chika yang terlihat seperti sedang bertengkar dan terlihat berusaha untuk menjelaskan sesuatu dengan tangan mereka yang masih berpegangan.

Aviela menghela nafasnya, daripada berpikir apa yang terjadi antara dua orang itu ia lebih memilih untuk segera pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah,ia segera masuk dan Mengganti seragamnya. Membersihkan wajahnya yang terlihat sedikit kusam karena cuaca panas dan debu di luar sana.

Setelah itu ia berniat keluar kamar namun lagi lagi ia harus menjumpai suasana yang tidak mengenakkan.

Ketika Aviela membuka pintu kamar, tampak lah zeyan yang ingin memasuki kamar. Tanpa sepatah katapun cowo itu berlalu di depannya begitu saja.

"Lo gak usah ngomong macem macem sama bunda!"

Ucapan zeyan barusan membuat gadis itu mengernyit. Tapi karena tidak mau ambil pusing ,ia segera melangkahkan kakinya untuk menuju ke bawah.

"Bunda?" Panggilnya sedikit kaget saat melihat wanita yang di ketahui ibu dari zeyan itu sedang duduk di sofa.

Sekarang Aviela mengerti akan ucapan zeyan tadi.

"Kok gak bilang mau ke sini. Seenggaknya aku bisa siapin makanan nda"

Nisa tersenyum menatap menantu nya itu "gakpapa lagian bunda ke sini cuma mau jengukin kalian"

"Kalian di sini baik baik aja kan?"

Aviela diam, tidak tau harus memberikan jawaban macam apa.
Diam nya Aviela ternyata langsung di sadari oleh Nisa "kok kamu diem? Kalian lagi berantem?"

Sebelum Aviela menjawab, Zeyan sudah terlebih dahulu bergabung dengan mereka.

"Gak kok nda, kita gak berantem" tutur zeyan dengan sedikit tersenyum.

"Beneran kalian gak berantem?" Nisa kembali bertanya kepada Aviela . Dan gadis itu tetap masih diam.

Entah mengapa. Yang ada di pikiran nya saat ini adalah ia terlalu lelah dengan semua yang di hadapinya,ia ingin bebas dari itu semua.

Melihat Aviela diam, Zeyan sudah was was jika gadis itu akan mengatakan hal yang membuat bundanya itu marah padanya.

Air mata Aviela kini sudah mengalir. Ia sudah cukup bersabar selama 3 hari belakangan ini. Daripada terlambat ia lebih baik mengatakan nya sekarang juga.

"Bunda..maaf bukannya aku lantang,tapi aku cuma mau bilang sama bunda aku mau pisah sama zeyan" lirihnya yang terlihat seperti orang lemah hari ini.

Bukan hanya Nisa, Zeyan juga ikut kaget dengan penuturan Aviela yang terucap tanpa jeda.

Nisa menarik nafasnya panjang "kenapa?ini yang gak mau kami semua dengar dari kalian atau salah satu dari kalian" ujar wanita itu dengan nafas yang tidak teratur dan terlihat menahan air matanya.

"Aku capek.." balas Aviela singkat namun memiliki arti yang membuat Nisa terpukul. Apakah anak nya bersikap keterlaluan dengan menantu nya itu (?).

Wanita itu bangkit dari duduknya "bunda gak mau dengar kata pisah dari kalian dan kami semua gak akan membiarkan itu terjadi! Selesaikan semua masalah kalian jangan membuat kami kecewa" Nisa keluar dari rumah itu menghampiri supirnya untuk segera mengantarkan nya pulang.

"Mau Lo apa!" Bentak zeyan emosi bahkan sekarang tangannya sudah mencekal kuat bahu Aviela.

"LO budeg atau apa hah! Apa mau Lo sampe bilang ke bunda kayak tadi?" Hardik nya lagi ketika melihat Aviela hanya menunduk diam.

"GUE CAPEK SAMA LO! NGAPAIN GUE PERTAHANIN INI SEMUA KALO LO AJA GAK BERHARAP INI UTUH?" Suara Aviela yang keras berhasil membuat cowo itu semakin tersulut emosi sampai tak sadar jika tangannya sudah terangkat dan mendarat di pipi mulus gadis itu.

PLAK

Aviela yang merasakan pipinya panas dan perih hanya menunduk sambil terus menangis "papa gue sendiri gak pernah nampar gue! Dan sekarang malah Lo yang ngelakuin itu! Orang yang udah di percaya sama papa untuk ngejaga gue!"

"Dulu Lo pernah bilang, kenapa gue gak ngelakuin yang Lo lakuin yaitu untuk pertahanin ini semua! Sekarang di saat gue udah lakuin itu? Kenapa Lo yang malah nentang apa yang Lo suruh?" Di saat mengatakan itu tubuh Aviela sudah luruh ke lantai.

"Bangun!" Perintah zeyan menarik tangan Aviela kasar agar berdiri di depannya.

Dengan terpaksa tubuh gadis itu berdiri lemah di depan orang yang sudah membuat air mata nya keluar setiap saat.

"Lepasin gue!" Sentak Aviela masih dengan air mata nya yang tak henti keluar. Dan sekarang ia malah berusaha untuk melepas cincin yang terpasang di jari manisnya.

Di saat cincin itu sudah berhasil lepas dan berada di tangannya. Gerakannya untuk membuang cincin itu terhenti ketika zeyan merengkuh tubuh lemah nya ke dalam dekapan cowo itu.

Tangisan Aviela semakin pecah ketika pelukan zeyan semakin erat mendekapnya. Aviela memberontak ingin lepas. Namun usahanya itu sia sia.

"Sorry" hanya itu kata yang keluar dari bibir zeyan. Sebuah kata yang menggambarkan penyesalan (?).

                                •••
.
.
.
.
.

Huh😅ini ngetik seharian buat chapter ini biar bisa di publish malam ini juga😓

Dan ini juga karena janji aku sama temen ku, buat up next chapt
nuralputri ☺️❤️

                  See u next chapt :)

My Bad Husband [Completed] Où les histoires vivent. Découvrez maintenant