Tigapuluhsatu

4.2K 218 16
                                    

(Jimin POV)

Besok adalah ulang tahun dari anak-anakku dan aku masih belum bisa menemukan mereka. Min Yoongi si brengsek itu masih saja mengunci mulutnya rapar-rapat dan tidak memberikan ku clue sama sekali. Ini benar-benar membuat ku frustasi. Aku sudah menyiapkan segalanya yang ku bisa gunakan untuk menemukan mereka dan aku bersungguh-sungguh untuk meninggalkan semuanya. Ya, itu besok. Hal yang kubutuhkan sekarang adalah istirahat agar semuanya bisa berjalan dengan baik. Aku berjalan menyusuri kamarku dan mematikan lampu ku untuk bersiap tidur dan bangun lebih awal besoknya.

Aku memimpikan sesuatu. Samar-samar kamar pintu ku terbuka dan tertutup.

Kreeek, ceklek

Tentu aku tidak bisa melihat dengan jelas, semua terlihat samar dan gelap. Sebuah bayangan perlahan mendekati ku dalam keheningan. Perlahan mendekat dan semakin mendekat, mata ku terus melekat pada sosok itu. Tanpa kusadari sosok itu sudah berada di sampingku dan bergabung bersamaku di ranjang ku yang luas ini. Dia menyentuh ku dan meninggalkan jejak hangat di setiap sentuhannya, berbaring di sisiku dan kemudian memainkan tindik ku dengan lembut. Aromanya perlahan dapat aku kenali, tidak asing, aroma yang mengingatkanku terhadapat seseorang, seseorang yang benar-benar aku rindukan. Dia mengelus pipiku dan menyisiri rambut ku dengan jari-jarinya yang mungil. Kenyamanan yang selama ini yang kuidamkan, aku tidak mau mimpi ini menghilang begitu saja. Aku memeluknya dan menghirup nafasku dalam-dalam untuk menyimpan aroma itu dalam ingatan ku kembali. Ya, aku sangat merindukannya. Ku peluk erat sosok itu dan tenggelam dalam kenyamanan itu hingga tertidur lelap.

.

.

.

Aku bisa merasakan tubuh ku terasa jauh lebih ringan dan merasa segar. Semua bebanku terasa terangkat begitu saja. Mimpi itu benar-benar mujarap, apa aku bisa memutar ulang hal itu terus-menerus saja? Aku semakin memeluk erat yang ku yakini sebagai bantal ku. Tidak. Ini bukanlah bantal. Hangat. Mengapa ini terasa begitu hangat? Sungguh nyaman namun mungil. Aku merasakan perih di pipi ku, seseorang mencubitnya. Tidak hanya pipiku, hidungku juga dan dilakukan terus-menerus. Aku merasa terganggu tapi aku berusaha untuk tetap tidak memperdulikannya. Kemudian aku merasakan sebuah sentuhan hangat pada keningku yang membuatku reflex membuka mata lebar-lebar.

Siapa?

Senyum indah langsung menghiasa pandangan ku, senyum yang selama ini terus aku banggakan dan rindukan.

"Kau sudah bangun? Kau terus-menerus memelukku, apa nyaman?" Tanya wanita itu dengan polos.

Aku jelas sangat terkejut dan terjungkang dari ranjang ku sendiri.

Ahh, kepala ku, bokong ku.

Kepala ku terbentur meja dan pantat ku mengenai lantai dengan cukup keras.

"Kau tidak apa-apa Jimin? Kau sepertinya benar-benar terkejut. Hahahahaha!"

"Ini tidak lucu, benar-benar sakit..."

Tunggu apa aku masih bermimpi? Bagaimana mungkin?

Wanita yang selama ini kucari kini berada diranjang ku, ranjang kami, terduduk dengan manisnya dan tertawa tanpa beban. Aku melihat senyum itu lagi.

"Sudah lama ya, Suamiku."

Tanpa sepatah kata pun, tanpa berfikir panjang lagi, aku loncat ke arahnya dan menciumnya dengan liar. Tangan ku mulai menelusuri perutnya dan merabanya di balik pakaiannya, menyentuh setiap inci kulit lembutnya yang bisa ku gapai. Yang ku pikirkan saat ini hanya melepas semua kerinduan ini dan melepas semua pakaian yang ada.

DUAKKK!!

"Auwww, sakit Ae Cha-ah... kenapa kau menendangku..."

"Dasar Jimin mesum!!!"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 16, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

"Lovable"Where stories live. Discover now