Duapuluhenam

2.4K 259 2
                                    

Sudah tiga hari aku mengurung diri di kamar...

Sudah tiga hari ini aku mematikan HP ku...

Sudah tiga hari ini aki tidak makan, hanya meminum sisa air yang ada di kamar saja...

Aku merasa pikiran ku benar-benar kosong selama tiga hari ini. Selama tiga hari, aku merenungkan segala kebodohanku, merenungkan kejahatan apa yang pernah ku buat, mengapa aku malah mendapatkan balasan seperti ini? Kurang baikkah aku? Apa aku benar-benar pantas dihukum seperti ini? Iya. Ini memang kesalahan ku, kebodohan ku. Aku dikhianati oleh Jimin suamiku sendiri. Bahkan otak ku semakin teracuni dan merasa keluargaku juga mengkhianati ku karena membuang ku ke keluarga Park demi janji konyol.

Tok tok tok

"Ae Cha-ah... aku membawakan mu makanan. Sudah tiga hari kau tidak makan. Aku khawatir..."

Aku masih diam dengan tatapan nanar ke arah suara. Aku memang sudah lelah untuk marah, aku memang sudah lapar, tapi bukan berarti harga diri ku semurah itu. Harga diri ku sudah dinjak-injak hingga menjadi debu oleh keluarga Park. Aku hanya seharga pabrik di mata Ayah mertua.

"Ae Cha... ayo kita bicarakan ini baik-baik. Aku tidak mau kamu kenapa-kenapa. Jin hyung juga terus menanyakan keadaanmu. Ku mohon... biarkan aku masuk"

"DIAM!! PERGI!! JANGAN COBA-COBA MASUK ATAU AKU AKAN BUNUH DIRI!!"

Air mata ini bahkan sudah tidak bisa keluar lagi dari mata ku. Mata ku menjadi perih dan bengkak. Mengerikan, menyedihkan. Aku mencoba patuh dan percaya kepada orangtuaku dan inilah yang ku dapat.

Aku yang sedang bercermin di meja riasku dan kembali merasakan sakit perut, mual. Aku bisa merasakan kamar ku yang berputar perlahan dan membuat kaki ku terasa semakin lemas. Aku berusaha menggagapai kamar mandi untuk melepaskan rasa mualku. Aku berusaha menyeimbangkan tubuh ku tapi aku benar-benar tidak sanggup dan akhirnya terjatuh.

BRAKK, TRAKK, TAK. Ya aku menjatuhkan riasan-riasanku dan menyisakan tubuh ku yang tersungkur lemas. Sakit. Itu yang ku rasakan saat ini.

Aku bisa mendengar suara pintu yang berusaha didobrak dan suara teriakan Jimin yang terus memanggil nama ku.

"AKU TIDAK PEDULI LAGI! AKU AKAN MASUK!!"

BRAKK! BRAKK! BRAKKKK!!

Aku bisa melihat Jimin yang berlarian ke arah ku dan merasakan tubuhku seakan melayang. Perlahan segalanya terasa berputar dan sampai semuanya menggelap.

Tit, tit, tit, tit...

Aku bisa mendengar sayup-sayup suara orang, tidak familiar. Telinga ku memang bekerja, tapi mataku masih sulit untuk dibuka, yang ku tahu ruangan ini terasa ribut. Aku merasakan lemas disekujur tubuhku. Ku rasakan selang oksigen yang masuk lewat hidungku. Perlahan pendengaran ku semakin menajam, itu suara Jin oppa, Bunda, dan Ayah.

"Sekarang jelaskan padaku, ada apa dengan Ae Cha Jimina-ah?" Tanya Bunda.

"Kau ribut dengan Ae Cha kan?!" Sekarang aku mendengar suara Jin Oppa yang benar-benar terdengar marah.

"Aku sama sekali tidak bermaksud seperti ini. Tolong dengarkan aku baik-baik... aku akan jelaskan semuanya hyung."

"Tidak. Kau tidak perlu jelaskan apa-apa lagi. Aku sudah dengar semuanya dari Kang Ahjumma, Jimin-ah." Kini Ayah yang buka suara.

"Kumohon dengarkan penjelasanku Ayah. Jangan mengambil kesimpulan, ku mohon..."

"Ehem... Tolong jaga ketenangan untuk kondisi nona Ae Cha. Keadaannya sangat lemah dan butuh ketenangan. Dengan kondisi hamil seperti ini tidaklah baik untuknya. Jadi saya mohon..." jelas dokter.

"Apa? Istri saya hamil? Anda bilang istri saya hamil dokter?"

"Jadi kalian belum tau? Biar saya jelaskan, nona muda Kim sedang mengandung dan bayi-bayinya sudah masuk bulan ke tiga. Anda sangat beruntung tuan muda Park, bayi-bayi kalian sangat kuat, telat sedikit saja mungkin kau bisa kehilangan salah satunya." Jelas dokter itu lagi.

"Tunggu dokter, bayi-bayi?" Tanya Ayah dan Bunda kepada dokter.

"Ya tuan Kim, bayinya kembar dan kuat. Selamat untuk anda tuan muda Park yang akan segera menjadi seorang ayah, selamat untuk keluarga besar Kim dan Park. Untuk saat ini saya permisi dulu, sisanya saya serahkan kepada suster saya." Setelah menjelaskan itu terdengar suara pintu yang terbuka dan kemudian tertutup kembali.

Setelah dokter meninggalkan ruangan, aku bisa mendengar Jimin berusaha menjelaskan segalanya tanpa menyakiti keluarga ku. Air mata ku hampir meluap mendengarnya. Aku bahkan tidak bisa membedakan yang benar atau salah.

"Aku bersumpah Ayah. Aku benar-benar serius dengan Ae Cha. Ku mohon dengarkan aku baik-baik"

BUAKKK!!

"Sudah ku katakan aku akan meninjumu kalau terjadi apa pun terhadap Ae Cha! Tapi kau... kau menipunya? Kau menipu kami?! Dia bahkan dengan percaya dirinya mengatakan cinta denganmu. Tapi kau pengkhianat!! KAU PANTAS DAPAT ITU!!"

"STOP!!" Teriak Ayah. " Jika kalian ingin berkelahi, diluar"

"Ayah! Dia sudah..."

"Ku bilang cukup. Dengar Jimin, aku tekankan cukup sekali dan dengarkan baik-baik. Ini keputusan mutlak ku. Kami akan rahasiakan kehamilannya dan memutuskan hubungan keluarga dengan Park. Kau tidak akan ku biarkan menyentuh atau bahkan menemui Ae Cha bahkan menemui bayi-bayi ini saat mereka lahir. Aku akan mengurusnya."

"Ma-maksud Ayah apa? Ae Cha istriku dan aku berhak untuk menemui mereka, iyakan? Ku mohon jangan seperti ini Ayah..." Aku bisa mendengar suara Jimin yang mulai tercekat.

"Kutekankan, kau cukup menunggu dan menandatangani surat perceraian. Untuk hari ini aku biarkan kau menjaganya dan berikan salam perpisahan. Besok, aku akan menjemputnya dan mengirimnya jauh dari jangkauanmu." Jawab Ayah tegas.

"Ayahhh..." Jimin terus berusaha untuk mengubah keputusan Ayah, tapi Ayah orang yang kukuh. Titahnya seperti Raja, semuanya ucapannya adalah titah dan tak terbantahkan. Bahkan aku yakin Bunda tidak berani untuk membantah Ayah. Aku berusaha melihat keadaan dengan membuka mata ku sedikit. Jimin terlihat pucat dengan posisi Ayah dan Jin sudah siap untuk pergi dengan wajah yang benar-benar sangat dingin. Berbeda dengan Bunda, Bunda memeluk Jimin dan menepuk-nepuk pundaknya.

"Dengar Jimin, aku percaya dengan perkataan mu. Aku bisa melihat kesungguhan mu, semua hanya tergantung keputusan mu dan Ae Cha saja. Aku tidak bisa banyak membantu."

Aku bisa melihat Bunda yang perlahan mendekati ku, aku langsung menutup mataku kembali seakan masih beristirahat. Aku bisa merasakan tangan Bunda yang menggandeng tangan ku lebut bahkan merasakan kecupan pada keningku.

"Bunda tidak terima kamu diperlakukan seperti ini, tapi Bunda percaya kamu bisa mengambil keputusan yang paling tepat. Bangunlah sayang. Bunda mencintaimu." Aku bisa merasakan kehadiran Bunda yang menjauh hingga terdengar suara pintu terbuka lalu tertutup.

Kita tinggal kami. Jimin dan istrinya yang meyedihkan.


Tumben Gul updatenya cepat. Lagi pengen cepetin selesainya. Karena Gul udah gak sabar buat lanjutan cerita dari Kim Tae Hyung yang bakal di republish begitu cerita ini selesai. So, jgn lupa untuk vomentnya. Tinggal klik bintangnya aja kok ;)

"Lovable"Kde žijí příběhy. Začni objevovat