Duapuluhempat

2.4K 240 0
                                    

Gul is back!  Maaf ya suka timbul tenggelam, jadi sebelum hari ulang tahunnya Gul lewat, Gul pengen pos 2 part sekaligus. Jadi sebentar lagi cerita ini hanya butuh beberapa part dan Gul rasa bisa selesaiin dalam waktu dekat ini. Banyak yang baru dari wattpadd dan itu sempat bikin Gul bingung tapi gak apa-apa. Silahkan di baca tanpa lupa vomment yaa. Bentar lagi Gul nyentuk 900 folls dan Gul sama sekali gak nyangka karena emang posisinya cari followrs wattpad tuh susah pakai bingits. Thnks bangetttt. Luv-luv buat semuanya. Hehe


Eittss. Hampir lupa, bagi yang belum tau POV tuh apa, POV itu Point Of View. Jadi maksudnya, sisi pandang dari pemain lain. Nah di part ini Gul lagi nggak pakai POV dari Ae Cha tapi POV untuk Jimin ya...

(Jimin POV)

Hanya memikirkan Ae Cha saja membuat ku merasakan bahagia dan membuat ku semakin sadar bahwa aku memang tidak bisa kehilangan dirinya. Dia spesial dengan caranya. Bahkan kulitnya benar-benar indah dan dia memiliki wangi yang membuat ku candu. Rambut yang sangat lembut, tubuh yang cukup mungil, aktif, jago masak, sangat perhatian, bahkan memiliki self defense yang kebanyakan wanita tidak punya.

Ae Cha terus berlarian di dalam otak ku. Memikirkan Ayah ingin berbicara dengannya secara pribadi membuat ku tegang setengah mati.

Apakah mereka sudah mengetahui sesuatu?

Aku terus-terus saja ingin menemuinya. Dimanakah dia? Aku terus mencarinya tapi benar-benar sulit menemukannya di sudut-sudut main house ini. Kemana dia? Seorang pelayan memberitahuku terakhir Ae Cha terlihat sedang bersama Jin di taman. Ae Cha benar-benar membuat ku perlahan gila, sedetik saja tidak melihatnya membuat ku risau, ketakutan. Belum saatnya bukan? Belum saatnya aku kehilangannya bukan? Pertanyaan itu terus berputar di kepalaku.

Persetujuan, perjanjian, yang sangat mengganggu.

Aku ingin membuang semua itu. Tidak akan kubiarkan Ae Cha tahu sedikit pun tentang itu. Aku sama sekali tidak siap menghadapi kenyataan pahit yang mungkin akan menamparku keras suatu saat nanti. Bahkan keadaan terburuk mungkin saja terjadi.

Perceraian atau Ae Cha akan direnggut paksa dari sisiku.

Aku memperlambat langkahku ketika melihat sosok yang kucari-cari, Ae Cha. Mereka sedang membelakangiku dan aku mendengar mereka sedang bercanda gurau. Entah mengapa aku lebih memilih berdiam diri di tempatku dan bungkam.

"Aku menemukannya oppa. Bagaimanapun aku sudah menjadi milik Jimin seutuhnya sekarang. Aku sudah menumakan cintaku. Jadi kumohon, temukan milikmu." Kata Ae Cha.

"Kau berkata seperti ini bukan karena kasihan padaku kan? Apa kau benar-benar sudah mempercayai dia? Mencintai dia?" Jawab Jin.

"Iya. Aku sudah mempercayai dia. Aku percaya kalau dia akan selalu jujur untuk ku"

"Jadi... sebentar lagi aku akan mempunyai keponakan?"

"Aku... aku akan mencobanya. Pfffttt. Pwahahahaha"

Mendengar dan melihat mereka bercanda gurau dengan mudahnya membuat ku iri dan terbebani. Bagaimana jika suatu saat nanti dia tidak bisa melihat senyum istri tercintanya itu lagi?

"Jadi sekarang kau sudah bahagia Ae Cha? Sekarang kau mempercayai oppa mu ini? Setiap orang pasti akan bahagia nantinya walaupun harus bertarung dulu untuk menggapainya."

"Iya oppa. Terima kasih banyak. Aku menunggu giliran mu"

"Entahlah. Tapi aku akan mengusahkannya demi princess ku. Hahahaha. Oh, Jimin-ah!"

Aku hanya tetap berdiri di tempatku dengan wajahnya yang sulit ku kendalikan. Perasaanku benar-benar kacau dan sulit ku tahan. Aku ingin sekali meluapkan segalanya, tapi aku hanya bisa diam untuk bertahan. Aku tidak siap. Aku pengecut.

"Apa kau akan membawa Ae Cha dengan mu sekarang? Ae Cha-ah, suami mu menunggu tuh. Benar-benar suami maksudku. Hehe. Aku akan kembali ke pekerjaan ku lagi. Sampai jumpa kembali" ucap Jin yang mulai mendekati ku.

"Tolong jagalah dia Jimin-ah. Dia satu-satunya perempuan yang paling berharga dihidupku setelah Bunda. Jika tidak, kau akan menerima tinjuan maut dari ku. Mengerti?"

Aku hanya bisa mengangguk perlahan dengan senyum yang benar-benar kupaksakan.

Jin menepuk pundak ku dan kemudian berjalan menjauhi kami.

Aku bisa melihat Ae Cha yang mulai menunjukan kekhawatirannya kepada ku dari kejauhan. Aku terus memadangi mata indahnya untuk mencari ketenangan disana.

"Maaf"

Aku bahkan hampir tidak bisa mendengar apa yang ku katakan. Tapi Ae Cha langsung berlari untuk mehampiriku. Dia memelukku. Istriku masih mau memelukukan? Aku sudah tidak kuat menahan air mata penuh rasa bersalah ini. Aku hanya seorang suami yang pengecut. Aku berusaha menahan suaraku. Ya, air mata itu menetes perlahan.

Maaf

Maaf

Maaf...

Kata itu terus kukeluarkan dengan kecilnya. Aku terlalu pengecut untuk mengucapkannya lantang.

"Kau tidak perlu mengatakan itu setiap saat Jimin-ah. Aku sungguh-sungguh sudah memaafkanmu."

"Tidak... aku bersungguh-sungguh. Cukup jangan tinggalkan aku Ae Cha-ah. Kumohon jangan."

Aku mencoba mengendalikan diriku kembali dan mendekap Ae Cha. Dia istriku dan akan ku perjuangkan hingga akhir. Jika memang suatu saat berpisah, aku harus menanggung resiko itu.

Kim Ae Cha, istriku satu-satunya.


Cukup sekian untuk part yang ini, part di sini emang pendek dikarenakan POV Jimin pada peristiwa di part sebelumnya. Jadi part sebelumnya dengan part ini saling berhubungan ya. Jadi jangan bingung dengan alurnya. Jangan lupa vomment nya teman!! Luv-luv

"Lovable"Where stories live. Discover now