Sudah dua minggu setelah pemilihan wedding dress untukku. Dan sudah 3 hari ini Jimin tidak menemuiku untuk sekedar menyapa saja. Apa yang kupikirkan? Bodoh.
Ting!
Aku langsung lompat dari ranjangku karena terkejut. Ada chat yang masuk di Hpku.
LINE
18.08
Jimin
Kau di mana?
18.09
Ae Cha
Rumah
18.09
Jimin
Apa kau sudah makan?
18.09
Ae Cha
Belum
18.10
Jimin
Jutek sekali
Ku jemput ya?
Kau mau makan apa?
18.14
Ae Cha
Gak usah. Aku tidak punya nafsu makan
18.15
Jimin
Tapi aku sudah di depan kamarmu
Read
Aku langsung mendelik melihat chat terakhir yang dikirim Jimin. Aku mendengus kesal dan langsung membuka pintu kamarku. Benar saja dia sudah berada di depan ku sekarang dengan senyuman lebarnya itu.
"Haruskah kau menge-chatku sementara kau jelas-jelas sudah di rumahku?"
Bukannya membalas langsung pertanyaanku, dia malah memeluk ku dulu dan menghirup dalam-dalam oksigen di sekitar leher ku.
"Geli!!!!!" Aku langsung meninju perutnya karena kegelian.
"Ahkkk, appo... Aku kan kangen"
Seketika itu juga aku membeku. Entah ada dorongon apa yang ada dalam perutku. Aku ingin muntah mendengar kata-katanya. Aku langsung ingin membanting pintu kamarku tapi malah ditahan Jimin.
"Ayo makan bersamaku. Aku janji tidak akan ngegombal lagi"
"Kalau aku tidak mau?"
Bukannya mengancam ku seperti biasa, dia malah tampak bersalah karena menggangguku dan hanya tersenyum kikuk sambil memandang lantai.
"Maaf mengganggumu kalau begitu"
Sekarang kau yang merasa bersalah. Ada apa dengan laki-laki periang ini?
"Kau sedang ada masalah?"
Bodohnya aku. Untuk apa aku peduli padanya.
"Tidak. Aku hanya ingin makan bersamamu" Sekarang dia malah tersenyum padaku. Tapi aku bisa melihat tatapannya yang sendu.
Tatapannya sungguh menyedihkan. Dia tampak kurang tidur dan tampak tertekan. Aku memang tidak tahu apa yang sedang di urusnya, tapi aku yakin dia kelelahan dengan semua itu.
YOU ARE READING
"Lovable"
FanfictionCinta tumbuh karena terbiasa. Itu lah yg kupelajari dari sosok Park Jimin. Pria masa lalu yang telah menolak kehadiran ku namun kini begitu mencintai kehadiranku di dalam hidupnya. Aku membencimu Park Jimin, sungguh. Mengapa aku tidak bisa meralakan...