Delapanbelas

4K 430 63
                                    

Mian before. Gul susah updatenya karena sibuk dan begitu sampai kost lebih milih langsung istirahat. Gul juga udah bakal mulai kuliah besok. Yang mulai kuliah besok semangat ya!! Semoga hari pertamanya baik. BTW, HAPPY 1K VOTES. SENENG :'))~~

  🌸🌸🌸   


Kami masih bisa bertahan untuk berakting sampai detik ini. Kami bahkan saling memanggil sayang dan itu jelas-jelas membuat lidah ku terasa teramat gatal. Jujur saja, aku bukanlah tipe penyuka romansa-romansa sperti itu, toh kasih sayang tidak perlu selebai itu. Jimin yang memang punya sifat itu jelas menikmatinya sementara aku merasa sengsara dengan segala paksaan mengeluarkan kata-kata manis dari mulutku. Cih

Seiring dengan adanya Halmeoni di rumah, Jimin semakin menjadi-jadi dan terang-terangan mendekati ku. Dia berani dengan seenaknya memeluk ku, mencium pipiku ataupun mencubit pinggangku. Jimin tidak takut selama adanya kehadiran Halmeoni, karena selama ada Halmeoni, Jimin tidak mungkin berakhir terikat di korden rumah.

Tunggu saja sampai Halmeoni tidak menginap lagi, ku pastikan ku gantung si curut itu di jemuran baju. Biar gosong sekalian.

Aku benar-benar tidak memiliki kesempatan untuk sekedar menghukum Jimin karena Halmeoni memang sangat-sangat memperhatikan gerak-gerik kami. Aku curiga dia bahkan memperhatikan cara kami bernafas. Omong kosong. Yang perlu kami lakukan hanya berhati-hati.

Sudah enam hari kebiasaan-kebiasaan kecil itu berlanjut menjadi sebuah kebiasaan. Aku tidak begitu terganggu atau marah lagi oleh kelakuan Jimin. Lebih tepatnya beradaptasi. Jujur saja, aku sangat menyukai kebiasaannya yang seperti anak kecil, manis dan manja.

Duduk bersebelahan dengan Jimin dan Halmeoni yang duduk diseberang kami sudah bukan hal yang menegangkan lagi, entah mungkin sudah merasa tidak ber-acting lagi atau tidak.

Sesekali Jimin akan minta disuapin lauk yang ada di meja makan dan aku sudah terbiasa dengan keinginan-keinginan aneh Jimin yang seperti bocah. Aku baru saja akan menyuapinya daging panggang.

"Jimin-ah... Ae Cha-ah..."

Mendengar Halmeoni membuka mulut, membuatku membatalkan niatku menyuapi Jimin dan malah daging itu berakhir ke dalam mulutku. Jimin hanya mem-pout-kan bibirnya karena merasa dipermainkan. Toh aku tidak bermaksud.

"Iya Halmeoni?" Kami merespon bersamaan dengan mulut yang masih mengunyah.

"Aku sangat senang melihat kalian berdua begitu akur dan terhitung sangat penuh cinta"

Kami hanya merespon pujian Halmeoni dengan senyuman lembut saja karena takut akan salah bicara.

"Tapi mengapa aku masih merasa sedih?" Ucap Halmeoni kembali.

Apa lagi yang telah kami perbuat? Apa ada yang salah? Aduhh...

"Emm... memangnya kenapa Halmeoni?" Tanya Jimin lembut

"Hah... aku sudah tinggal bersama kalian selama enam hari. Tapi masih belum melihat itu"

Lihat apaan? Aku dan Jimin sama-sama tidak paham arah pembicaraan ini dan tetap menguyah makanan kami dalam diam. Kami tidak mau mencari masalah.

"Kenapa aku masih belum..."

Belum apa?

Kami memperdalam konsentrasi kami agar tidak ada satu pun yang terlewatkan, termasuk makanan kami dan tetap mengunyahnya.

"Kenapa aku masih belum melihat kalian ciuman?"

Aku tersedak mendengar pertanyaan yang tidak terduga itu. Jimin memberikanku segelas air putih dengan senyumnya yang seperti meledek ku. Iya, itu salahku.

"Lovable"Where stories live. Discover now