Tiga

6K 665 42
                                    

Hai, hai! Gul sudah kembali nih. UAS kemarin benar-benar menyiksa padahal baru juga semester 2. Sungguh ku kurang tidur :'v singkatnya setelah selesai UAS mungkin updatenya Gul bakal cukup teratur. Thanks untuk vomment di part sebelumnya. Silahkan menikmati~

🌸🌸🌸

Aku cukup dongkol mendengar perkataan Bunda. Otak ku sempat berhenti untuk mencerna perkataan Bunda yang menurut ku gila. Kalimat dari Bunda sepertinya merusak sebagian saraf otakku.

"Tapi Ayah, Bunda, Ae Cha kan punya sepupu? Memangnya harus Ae Cha? Ae Cha nggak mau!"

"Yak. Apa kau lupa? Sepupu kita semuanya laki-laki bodoh. Kau terlalu lama meninggalkan keluargamu sampai-sampai lupa?"

Benar kata Jin oppa. Sepertinya saraf otak ku benar-benar rusak sekarang.

"Bagaimana dengan keluarganya? Mereka pasti punyakan? Lagi pula yang harusnya menikah duluankan Jin orabeoni bunda..."

"Apa kau gila? Aku masih terlalu muda untuk seorang laki-laki untuk menikah bodoh! Dan ada apa dengan otak mu itu? Jelas-jelas bunda sudah bilang kan, KALAU KELUARGA MEREKA HANYA PUNYA 1 CUCU DAN ITU LAKI-LAKI!"

Aku tertohok oleh kata-kata Jin oppa. Ingin sekali aku menangis dan memakinya sekarang. Jelas-jelas aku yang dikorbankan di sini dan aku juga yang terus dikatai bodoh. Sakit. Memang sih aku sedikit lola alias loading lama bukan bodoh.

Aku juga baru ingat. AKU TIDAK PERNAH PUNYA PENGALAMAN APA PUN TENTANG LAKI-LAKI. Pacaran saja belum pernah, ini malah di suruh menikah. Dan 1 lagi, aku bahkan tidak tahu siapa yang akan ku nikahi.

Aku merasakan lengan yang menempel dipunggungku sekarang. Itu lengan ayah yang sedang mencoba meyakinkan aku.

"Ae Cha sayang, ayah mohon demi harabeoji dan hubungan antar keluarga juga. Keluarga mereka sudah menyetujui pernikahan ini. Dan... ini untuk perusahaan juga"

Aku langsung membulatkan mata ku dan memandang ayah. Bukannya menenangkan, malah membuat ku semakin mendidih saja. UNTUK PERUSAHAAN, KU TEKANKAN ITU.

"Jadi ayah dan bunda menjual ku sekarang? Ae cha nggak mau tahu! Ae Cha mau tidur saja, Ae Cha jetlag. Pokoknya jangan ganggu Ae Cha. Titik!"

Aku langsung meninggalkan mereka dan masuk ke kamarku, membaringkan diri di ranjang. Aku memang anak durhaka. Orangtua yang paling ku sayang baru saja ku bentak. Bagaimana tidak? Pulang jauh-jauh ternyata akhirnya aku akan diusir keluar dari rumah. Aku benar-benar ingin meledak saja.

Entah ide gila dari mana. Aku tiba-tiba ingin sekali menggagalkan semuanya termasuk menggagalkan tampilanku yang sekarang. Haruskah aku menjadi gendut lagi? LEBIH BAIK AKU MENJADI GEMUK LAGI DIBANDINGKAN MENIKAH DI USIA INI. Makan lalu tidur adalah siklus terindah untuk menyelesaikan masalah ku sekarang. Aku terus saja mengumpat dalam hati hingga tanpa sadar sudah tertidur.

Aku mengikuti gandengan tangan seseorang yang lembut. Tepat disebelah ku, Jin oppa juga sedang digandeng oleh laki-laki ini. Kami tertawa bersama. Sungguh tawa bocah itu sungguh lembut. Dia bocah yang sangat mirip dengan foto itu. Binar matanya sangat membuatku merasa senang. Entah dia siapa, tapi aku sungguh menyukai perhatiannya. Dengan santainya bocah itu mencium kening ku dan kening Jin oppa bergantian. Sungguh penuh kasih sayang.

"Lovable"Where stories live. Discover now