Duabelas

4.3K 430 31
                                    

Ditengah-tengah chapter, bakal ada perintah muter video di atas untuk backsound. Boleh pake, boleh nggak. Gul cuma mau nambah feel dramatis aja sih. Hehe. Btw, happy 2k for this story. Happy reading!!

  🌸🌸🌸   


Kami hanya saling membalas kebisuan selama perjalanan ke main house keluarga Park. Semua karena peristiwa tadi pagi. Bahkan saat melihatku keluar dari kamar, Jimin hanya melempar senyuman kikuk ke arah ku dan langsung menuju mobilnya meninggalkanku.

Sesampai di main house keluarga Park, Jimin menyambutku turun dari mobil dan menggandengku untuk masuk ke dalam bersamanya. Aku tidak ingin mengelak karena aku takut dengan perkataan Jimin kemarin. Aku yakin Jimin tidak membohongiku tentang Halmeoni nya.

"Kau terlambat Jimin-ah..."

"Chweseonghamnida Halmeoni"

Jadi dia Halmeoni Jimin? Dia memiliki mata yang sama kecilnya dengan Jimin. Aku bisa merasakan banyaknya pasang mata yang sedang menatap ke arah kami, ke arah ku lebih tepatnya. Aku bisa melihat keluarga ku yang sudah datang lebih dahulu.

Kepala ku sakit sekali. Sial!

Aku sedikit terhuyung karena memang kepala ku terbentur cukup keras ditambah terbentur sudut meja. Itu bukan candaan. Jimin refleks menahan bahu ku agar tetap stabil. Tidak lucu terjatuh sementara aku menggunakan high heels. Aku terus memegang kepala ku dan memijatnya sesekali.

"Jadi, bagaimana malam pertama kalian Jimin dan Ae Cha-sshi?"

Strike! Aku nyaris menyemburkan teh yang baru saja mau ku teguk. Apa yang harus ku katakan? Bahkan Jimin tampak terdiam sama seperti aku. Kami menjadi tegang.

"Aku memang tua dan mataku memang sangat kecil, tapi aku masih bisa melihat tanda sisa tadi malam di leher mu Ae Cha-ah"

Double strike! Sekarang semua tatapan mengarah tepat ke arah ku. Aku bisa melihat ekpresi dari Ayah dan Jin oppa, tentu sangat terkejut. Ku jamin, mereka pasti berpikiran yang tidak-tidak sekarang. Rasanya aku ingin terjun saja dari tebing sekarang.

"Kenapa terus-menerus memegang keapalamu? Apa kau kelelahan? Kau dan Jimin pasti bekerja sangat keras kemarin. Hahaha"

Triple strike! Halmeoni ini sungguh berbeda. Aku refleks menurunkan tanganku karena ucapan memalukannya. Apa dia tidak malu membicarakan hal yang sangat vulgar seperti itu? Aku sangat berterima kasih padanya sekarang, karenanya keluarga ku pasti semakin berpikir yang tidak-tidak tentang ku. Aku bisa melihat itu dari tatapan mereka sekarang. Terutama Jin oppa yang hampir menyemburkan teh yang baru saja dia seruput itu.

Ini benar-benar memalukan

Yang dikatakan Jimin bukan candaan. Perempuan tua itu benar-benar diluar dugaan ku, bahkan tidak pernah terbayang tentang sifat blak-blakannya.

Ini benar-benar buruk Jimin-ahh

Karena takut mengucapkan satu kata yang bisa berakibat fatal, aku dan Jimin hanya melemparkan senyum kikuk terbaik kami, lebih tepatnya senyuman tercanggung yang pernah ada. Pagi ini benar-benar melelahkan. Sungguh.

Aku membiarkan Jimin mengobrol dengan Halmeoni-nya setelah kami memberikan hormat padanya. Aku melangkahkan kakiku berkeliling di sekitar taman milik keluarga Park. Aku tidak menyangka mereka bahkan memiliki rumah kaca.

Aku memasuki ruangan itu dan mendapati berbagai bunga yang indah. Bagiku setiap bunga memiliki keindahan tersendiri walaupun jujur aku tidak paham.

"Lovable"Where stories live. Discover now