Limabelas

2.5K 303 12
                                    

Singkatnya, jangan kecewa kalau gak sesuai ekspektasi kalian new castnya ya. Hahahaha. Tapi tetap BTS kok. Have fun guys~ Jangan patahkan semangat Gul ya. Hehehe. Sorry juga lambat updatenya. Gul di ajak jalan mulu karena udah mau balik kuliah. Hope you like the story btw~

  🌸🌸🌸  



Aku sedang bersama Jimin untuk menunggu pria itu datang. Kami beristirahat di kamar ku dengan Jimin yang masih menempel padaku. Aku berusaha semampu ku untuk mengingat laki-laki itu tapi sulit sekali. Aku sama sekali tidak memiliki gambaran wajahnya seperti apa. Yang ku ingat darinya hanya semua perlakuan lembutnya, tidak lebih. Aku bahkan sempat menghubungi Jin oppa untuk bertanya apa dia ingat atau tidak. Tapi dia juga tidak mengingat orang itu, bahkan tidak sama sekali.

Jimin setia menemani ku dalam kesunyian. Dia hanya mengelus rambutku seperti biasa dan mengepang rambut ku kecil-kecil kemudian melepasnya lagi. Begitu seterusnya sampai kedatangan Ayah membuat kami terkejut dan membuat Jimin menghentikan aktivitas anehnya itu.

"Ehem... Dia sudah ada di ruang keluarga"

"Kenapa Ayah membiarkan dia ruang keluarga? Itu kan ruangan privasi kita"

"Maka dari itu, Ayah ingin kalian membicarakannya secara privasi. Ayah tidak ingin orang lain bisa mendengar pembicaraan kalian"

Itu cukup masuk akal rupanya. Aku dan Jimin mengikuti Ayah ke ruang keluarga kami. Saat kami masuk, aku agak takut untuk melihat laki-laki itu. Aku membayangkan wajahnya pasti sekejam dengan cara dia mengancam Ayah ku. Jimin menggenggam tanganku dan tersenyum padaku.

Gwaenchanna

Itu yang Jimin katakan padaku sedaritadi hingga sekarang. Orang itu masih memunggungi kami dengan sebuah buku ditangannya. Sepertinya dia membaca selama menunggu kami. Sepertinya dia tidak sadar dengan kedatangan kami.

"Siapa anda tuan?" Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulutku. Pertanyaan ku sempat membuatnya terkejut.

Pria itu menutup buku dan meletakkannya kembali ke dalam rak buku kami. Dia pun berbalik dan memandang ke arah kami, aku lebih tepatnya.

Pria itu memandangiku dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan mata tajamnya bahkan kulitnya pucat seperti hantu. Membuat bulu kudukku sedikit meremang.

"Kau lupa dengan Oppa Ae Cha-ah?"

"Maaf, tapi bukankah lebih baik anda mengenalkan diri dulu?"

"Aku kemari untuk menjemputmu. Menikahlah denganku"

Pria itu berbicara seperti tidak menggunakan otak. Sangat berani dan tegas. Bahkan dia sekarang tersenyum seperti tidak ada masalah dengan permintaan bodohnya itu.

Aku merasakan genggaman Jimin mengeras. Aku menoleh ke wajahnya dan melihat rahangnya sudah terlihat mengeras. Ku elus tepat pada jaw line-nya dengan jempolku. Jimin merespon dengan menutup matanya dan membuang nafasnya cukup kasar tanpa menoleh ke arahku. Tapi memandang tajam ke arah pria pucat tadi.

"Maaf tuan. Tapi seperti yang telah Ayah ku jelaskan, aku sudah menikah"

"Sepertinya kau memang tidak mengingatku. Apa keluargamu suka mengingkar janji atau punya penyakit lupa? Ayah mu sudah berjanji untuk membiarkan aku menikahimu Kim Ae Cha, tapi dia lupa. Menurutku... aku masih punya kesempatan untuk menarikmu kembali"

Pria itu menghela nafasnya dan melangkahkan kakinya mendekat ke arahku. Tapi Ayah refleks menahan langkah pria itu sementara Jimin menarik ku perlahan ke belakang punggungnya.

"Lovable"Where stories live. Discover now