"Pinter kamu kayak fotografer profesional," pujinya.

Shaka tentu tersenyum bangga karena mendapatkan pujian meskipun dia sudah sering mendengar pujian seperti itu dari orang lain.

"Mas mau aku fotoin?" tawar Shaka.

"Wah boleh tuh, bayar nggak?" tanya Rama polos.

"Nggaklah, ngapain amat bayar segala," jawab Shaka kemudian terkekeh.

"Ya udah sini fotoin mas, yang bagus dimana nih?" kata Rama antusias. Ternyata Rama tipikal laki-laki narsis.

Shaka mengarahkan Rama ke beberapa tempat. Dia sama sekali tidak keberatan menjadi tukang foto dadakan untuk sepupunya ini, toh fotografi adalah salah satu hobinya. Setelah merasa cukup dengan acara tukang foto dadakan, Shaka mengajak Rama membeli es kelapa muda karena merasa haus. Sekali lagi Rama berdecak kagum saat Shaka memperlihatkan hasil fotonya kepadanya.

Shaka meminum es kelapanya dengan khusyuk membiarkan Rama sibuk dengan kameranya. Sesekali dia mengedarkan pandangannya untuk melihat-lihat keadaan sekitar. Tidak ada yang menarik.

"Sekarang kamu mau kemana lagi?" tanya Rama yang kini ikut meminum es kelapa di hadapannya.

"Disini sungai yang bagus dimana?" tanya Shaka.

"Sungai? Mau ngapain?"

"Lagi pengen aja, ada nggak mas?" tanya Shaka lagi.

"Ada kok, lagian kalo cuma sungai itu di kampung kita juga ada Ka," jawab Rama.

"Oke kita kesana,"

Rama mengangguk kemudian menghabiskan es kelapanya. Shaka juga melakukan hal yang sama. Sekarang keduanya sudah duduk di atas motor. Rama sudah siap melajukan motornya yang sudah menyala.

"Nanti kita pulang dulu aja ya Ka, kalo cuma ke sungai nggak usah naik motor. Sayang kalo nanti motor mas lecet," kata Rama kemudian terkekeh.

"Iya," jawab Shaka kemudian menepuk bahu Rama. "Ayo jalan bang!"

"Mas bukan tukang ojek Ka!"

•••

Seperti yang sudah dibicarakan tadi, Shaka dan Rama pulang terlebih dahulu sebelum ke sungai. Rama bilang, sungai yang dia maksud tidak terlalu jauh jaraknya jadi tidak perlu menggunakan motor untuk kesana. Shaka mengiyakannya saja, toh dia bukan tipikal anak manja yang maunya naik kendaraan terus.

Rama tersenyum saat beberapa kali disapa oleh anak-anak kampungnya. Sedangkan Shaka merasa sedikit risih karena kadang juga ditanyai oleh orang-orang, apalagi menggunakan bahasa yang tidak terlalu dia pahami. Shaka double risih.

Rama tertawa saat melihat tampang tidak suka yang dipasang Shaka sejak tadi. Dia tahu bahwa Shaka merasa risih dengan orang asing yang tiba-tiba ikut menyapanya. Hal itu membuat Shaka mengerucutkan bibirnya karena kesal, ibaratnya sudah jatuh ditertawakan pula.

"Mas ini sungainya mana sih kok nggak sampe-sampe?" tanya Shaka karena sudah terlanjur merasa kesal dan tidak mood.

"Sebentar lagi kok, udah ayo lanjut jalan," ajak Rama.

Mereka berdua melanjutkan perjalanan, benar kata Rama bahwa sebentar lagi mereka sampai. Buktinya sekarang Shaka sedang menatap takjub melihat sungai yang ada di hadapannya. Sungai dengan bebatuan besar yang menghiasi pinggirannya, air yang jernih, sesuai dengan sungai dambaan Shaka yang tidak pernah dia lihat saat di kota.

Shakala (On Going) Where stories live. Discover now