Sekuel 2

5.1K 146 6
                                    

Reika begitu cantik dengan balutan gaun biru laut, khimarnya melambai tertiup angin malam. Pandangan keduanya bertemu. Angga masih merasakan desir itu, sampai seluruh sarafnya menegang.

"Assalamu'alaikum!" Iqbal mengalihkan, menjabat erat tangan Angga dengan hentakan kuat. Mengaburkan semua getaran di dadanya. "Awas, jaga tuh mata! Jangan melototin adik ane!" Iqbal menarik Angga dan berbisik di telinganya.

Angga berdeham. Barusan sekilas dia menangkap sosok Reika. Namun sepertinya Reika sengaja menjauh, dan dia kehilangan sosoknya sekarang. Angga beristighfar lirih dalam hati. Sungguh, pandangan mata itu benar adanya jika dikatakan menjadi awal pintu masuk kemaksiatan dalam hati. Dia berusaha menetralkan kembali perasaannya. Ia kembali memandang istrinya. Sakinah, ketenangan, itulah yang dirasakan Angga saat menatap Ayna.

Ayna tersenyum, bukan untuknya, tapi untuk Iqbal yang sedang menjura tangannya dari jauh, menyapa Ayna.

Angga mendekatkan kepalanya ke telinga Iqbal, dia membisikkan sesuatu, "Bal. Banyak wanita cantik malam ini. Jaga juga mata ente. Jangan belanja!"

"Gak, lah. Udah cukup mata ane ngeliat beningnya Ayna, gak bakal tergoda liat yang lainnya," Iqbal balas berbisik.

Angga meninju pelan sahabatnya itu. Mereka berdua tertawa bersama kemudian.

Sekali lagi Iqbal menatap Ayna, hanya sekali. Kemudian kembali menundukkan pandangannya. Dia takut pandangan kedua dan ketiganya akan menjadi dosa. Meski tahu Ayna sudah menjadi milik orang lain, namun cintanya yang telah lama mengakar dalam jiwa belum ada yang menggantikan. Masih bersemi. Iqbal tahu diri. Ia terus mencoba mencabut akar-akar perasaan pada Ayna di hatinya.

Ayna merasa lega netranya belum menemukan sosok Reika lagi. Sepertinya Reika menghilang saat bertemu pandang sesaat dengannya tadi. "Syukurlah," batin Ayna. Dia tidak tahu harus bersikap bagaimana setelah mengetahui semuanya - walaupun belum berani memastikan dengan bertanya langsung - .

"Ah, abaikan. Fokus!" lirih Ayna tanpa sadar.

"Kamu bilang apa? Ayo kita masuk." ajak Angga.

"Memang aku bilang sesuatu? Lupakan," kata gadis cantik itu. Ya, gadis. Ayna memang masih "gadis". Entah sampai kapan. (Hanya Author yang tahu sampai kapannya. Pisss)

Mereka sedang mencari meja. Karpet tebal melapisi seluruh permukaan lantai ballroom. Wangi parfum berbagai aroma menguar memenuhi atmosfer ruangan mewah itu. Riuh terdengar suara orang berbincang diiringi musik lembut yang berasal dari orkestra di sudut kanan panggung utama.

Mereka sampai di sebuah meja besar bundar dengan sepuluh kursi mengitarinya. Ada dua orang yang Ayna kenal, Pak Ihsan dan Bu Ida, orang tua dari Reika dan Iqbal. Ayna tidak heran dengan kehadiran mereka di sini. Sudah sejak lama Ayna tahu latar belakang keluarga sahabatnya yang kaya itu. Namun Reika selalu tampak bersahaja, tidak pernah satu kali pun dia menyombongkan diri dengan status dan kekayaan keluarganya. Itulah salah satu alasan yang membuat Ayna menyayanginya. Bahkan Iqbal, kakaknya Reika juga tidak segan merintis usaha sendiri dari bawah. Tidak manja dengan hanya menadah uang dari orang tua.

Ayna memilih duduk di sebelah Bu Ida lalu menyapanya. "Tante," ujarnya sambil menyentuh pundak wanita paruh baya itu perlahan.

"Wah, Ayna ... kita bertemu lagi. Kamu cantik sekali. Sama Angga?"

"Iya." Ayna menebar pandangannya mencari suaminya, ternyata dia sedang disapa dan berbicara oleh seseorang yang Ayna tidak kenal.

"Bagaimana kabar keluargamu, oh iya, Ibu Dir Yasmin sudah membaik?"

AYNA (Jodoh Sahabatku)Where stories live. Discover now