21. Encounter

2.5K 136 9
                                    

~ Mata adalah jendela jiwa, sejatinya lebih jujur dari pada mulut ~

🍃🌿🍃

Ayna memacu mio merah kesayangannya 30 km/jam, menyusuri jalan aspal di dalam kampusnya. Kampus yang masih sangat asri, hijau dengan banyak pepohonan dan hutan di dalamnya. Hujan baru saja reda, aroma petrichor menguar memenuhi indera penciuman Ayna. Ayna membuka kaca helmnya lalu memasukkan sebanyak-banyaknya aroma khas setelah hujan itu ke dalam paru-parunya. Aroma wangi hujan ini diketahui berasal dari minyak yang dihasilkan oleh beberapa jenis tumbuhan dan senyawa organik aromatik (geosmin) yang dihasilkan oleh bakteri penghuni tanah, actinomycetes. Saat hujan turun dan menyentuh tanah, senyawa organik aromatik itu akan dilepaskan ke udara dan dapat bereaksi juga dengan senyawa minyak tumbuhan tadi. Kebanyakan orang akan menyukai aroma hujan atau petrichor ini, termasuk Ayna.

Ayna melanjutkan perjalanannya menembus kepadatan jalan raya Margonda, Depok. Segera ia menurunkan kaca helmnya. Hari ini Ayna lupa membawa masker untuk menghalau polusi yang mencoba menembus saluran pernapasannya. Rinai hujan kembali menari-nari membasahi daratan.

Dengan kecepatan tetap dia mencoba menghindari genangan air agar sepatunya tetap kering sesampainya di rumah sakit nanti. Tapi usahanya gagal seketika. Sebuah mobil CRV hitam dengan pongahnya melaju cepat dan membuat cipratan besar tepat mengenai Ayna.

"Hei ...!" teriak Ayna yang diabaikan begitu saja oleh pengendara itu. Umpatan kasar hampir saja terlepas dari mulut Ayna. Sekarang bukan saja sepatunya yang basah, tetapi semua bajunya basah kuyup. Untunglah dia menyimpan tas di dalam bagasi motornya. Ayna pasrah, berharap angin yang menerpanya bisa sedikit mengeringkan bajunya perlahan.

Sesampainya di parkiran rumah sakit, Ayna mencoba memeras ujung roknya yang masih basah. Beberapa tetes berhasil dikeluarkan. Jaket yang ia kenakan pun dia lepaskan, tidak banyak air yang bisa diperas. Air di kubangan tadi menyerap sempurna ke dalam jaketnya yang terbuat dari bahan fleece premium itu.

Ayna bergegas memenuhi janjinya menemui Ibu Yasmin pukul satu siang ini. Perlahan Ayna mengetuk pintu kamar Super VIP itu, selalu ada degup yang tak biasa ketika akan menemuinya.

"Masuk," jawab suara berat seorang pria.

"Assalamualaikum," Ayna mendorong knop pintu. Ada yang membantu menariknya dari dalam. Seorang pria muncul dari balik pintu tersebut. Pandangan mereka bertemu, degup jantung Ayna seolah terhenti sesaat, begitu pula dengan napasnya yang ia hentikan saat itu. Sama-sama memegang knop pintu, jarak mereka tidak lebih dari satu meter. Ayna harus mendongak ke atas untuk menatap matanya. Manik mata yang hitam legam itu menghipnotis Ayna sekian detik, membuat jantung Ayna berdegup sangat kuat setelahnya.

"Alaikumsalam," Jawaban salam darinya membuat Ayna segera menyadari kebodohannya. Ia segera mengalihkan pandangannya. Matanya langsung menangkap sosok Ibu Yasmin yang terduduk di atas kursi roda.

"Ayna? Kamu basah kuyup, Sayang?" tanya Ibu Yasmin, membuat Ayna sedikit terkejut mendengar kata "sayang" meluncur dari lisannya.

"Bu?" Ayna belum melanjutkan kata-katanya. Matanya terpaku dengan kursi roda yang dipakai Ibu yasmin.

"Ini ... semoga hanya kelumpuhan sementara," ucap Ibu Yasmin seraya tahu apa yang ingin Ayna tanyakan.

Ayna mendekat dan berjongkok, menyamaratakan tingginya dengan Ibu Yasmin. Hanya matanya yang sanggup berkata-kata. Ayna menggenggam lalu mencium telapak tangan Ibu Yasmin. "Syafakillah, semoga Allah segera mengangkat penyakit Ibu," ucapnya lirih dengan mata berkaca-kaca.

AYNA (Jodoh Sahabatku)Where stories live. Discover now