6. Kebenaran

4.1K 198 12
                                    

~ Terkadang kita lupa jika benar adanya cinta bisa membuat kita buta, buta akan kebenaran ~

_Ayna_

"Revan! Lepasin Tian, jangan main fisik begitu! Ngapain sih, lo?" Ayna menarik bagian belakang baju Revan.

"Tian! Kenapa kamu diam aja diperlakukan seperti ini?" Ayna menatap Tian tak percaya.

"Kalian juga, apa hak kalian menghakimi mereka? Terima kasih atas perhatian kalian yang terlalu besar kepada kami semua! BUBAR SEKARANG! Kalau enggak, urusan ini akan kuperpanjang ke Dekanat!" Ayna naik pitam.

Dibalik kelembutannya, Ayna juga memiliki jiwa kepemimpinan yang diakui oleh semua temannya. Revan pun melepaskan cengkeramannya dan mendorong kasar Tian sampai jatuh tersungkur.

"Ayo Bubar!" perintah Revan kepada semua orang di sana. Matanya menatap tajam Tian. Satu-persatu orang mulai beranjak meninggalkan kerumunan.

Ayna menatap galak seorang mahasiswi yang masih mengarahkan kamera ponsel ke arahnya. Mahasiswi itu pun menghentikan aktivitas merekamnya dan segera berlalu dari sana.

Ayna menghampiri Reika yang juga sekarang tersungkur sambil menangis tersedu. Entah apa saja yang sudah mereka lakukan padanya. Ayna mengajak Reika untuk pergi bersamanya.

Ayna mengabaikan Tian yang juga masih terduduk di sana. "Tidak ada luka di tubuhnya, syukurlah," batin Ayna.

Ayna tidak tahu ia mendapat kekuatan dari mana untuk mengatakan semua itu di hadapan orang banyak. Di hadapan Tian, laki-laki yang telah mematahkan hatinya. Dan di hadapan Reika, sahabat yang ternyata masih sangat Ayna sayangi.

Ayna hanya tidak ingin membiarkan ada ketidakadilan terjadi di hadapannya.

Ayna belum menyadari, bahwa rasa cintanya pada Tian sudah mulai memudar.

***

"Meat loaf ini kamu yang buat, Rei?" Mata Ayna berbinar melihat makanan di depannya. Ayna mengenakan baju Reika, sejak semalam ia menginap di rumahnya. Sahabat yang ia kira telah menikungnya, merebut calon suaminya.

"Tahan! Aku foto dulu, jangan ada yg makan." Reika mulai fokus memotret kreasi masakannya.

"Pantes aja Tian lebih suka kamu. Pinter masak, ceria, sholehah, cantik pula," Ujar Ayna, air mukanya tampak berubah.

"Ay, Kamu belum move on dari si 'Bakwan', ya?" Reika menghentikan kegiatannya.

"Bakwan?"

"Iya, yang ngakunya ikhwan tapi ternyata bakwan itu!"

"Buahahahaha..." Ayna tertawa.

"Rei, kamu benar enggak apa-apa?"

"Apa? Oh, kejadian kemarin. Enggak apa-apa insya allah. Selama Allah tahu aku benar, aku tidak peduli pandangan yang lain. Terlebih aku senang banget akhirnya kamu sudah percaya sama aku lagi," Reika tersenyum senang dengan sedikit air yang menggenang di matanya.

AYNA (Jodoh Sahabatku)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora