3. Sahabatku, Reika

5K 217 3
                                    

~ Kamu tahu, ucapan bisa jadi sebuah doa yang dikabulkan Tuhan ~

_Ayna_

Ayna mengendarai motornya perlahan, menyusuri jalan utama kota Depok yang masih saja ramai. Ayna terus melaju di jalur sebelah kiri, membiarkan kendaraan lain menyalipnya begitu saja. Alhasil, baju yang dikenakannya kembali basah terkena cipratan kubangan air hujan sisa hujan tadi sore. "Ah, baru hujan begini aja udah banjir, kebanyakan mal sih, kacau!" gumam Ayna.

Ayna kembali mengenang kisahnya yang terjadi saat hujan hari ini. Ayna mengingat-ingat wajah seseorang yang membantunya berdiri saat dia terjatuh kala hujan deras sore tadi. "Sepertinya memang benar dia, huft ... ya sudahlah. Aku tidak peduli," kata Ayna.

Laki-laki yang membantunya berdiri saat hujan deras itu adalah Riki. Orang yang sama yang ditemuinya di parkiran motor kafe. Riki membantu Ayna mengeluarkan motornya dan membenahi semua motor yang ambruk.

"Apa sekuat itu tenaga orang yang sedang patah hati?"

"Maaf, siapa ya?"

"Kamu enggak ingat aku? Aku tadi sore bertemu dengan perempuan cantik berlumuran lumpur dan basah kuyup di depan Mal. Dia terduduk manis di tanah bak seorang putri yang kehilangan pangeran kodoknya. Menangis tersedu sedan ... itu kamu, kan, Ayna?"

"Oh, maaf aku lupa."

"Kamu boleh melupakan aku, tapi aku tidak akan pernah bisa melupakanmu. Ayna Azkayra, Biologi 2010."

"Loh, kamu kenal aku?"

"Cause even when I dream of you, The sweetest dream will never do."

"What?"

"Kenalkan, aku Riki. Teknik Sipil 2010, teman satu kelas Bastian aka Tian kampret."

"Hah?"

"Sudahlah, kapan-kapan kita ngobrol lagi. Sudah malam, enggak baik seorang bidadari cantik kelayapan di jalan, nanti malam mampir ke mimpiku ya. Jangan Cuma bersemayam di dalam anganku."

"Apa sih, enggak jelas. Anyway, terima kasih atas bantuannya, Riki."

Ayna mengenang percakapannya dengan "makhluk asing" itu. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kalau dia teman Tian, sudahlah pasti dia kenal aku. Tapi rasanya wajahnya memang tidak asing. Ah, sabodo teiung." Ayna pun terus melaju melanjutkan perjalanan menuju rumahnya.

***

Pagi ini Ayna kembali kuliah setelah satu pekan dia tidak masuk. Sebenarnya Ayna merasa malu dan belum siap bertemu teman-temannya. Ibunya yang memaksa Ayna untuk kembali kuliah. Sedangkan ayahnya terkesan cuek menghadapi dilema anak perempuannya itu. Ayah membiarkan Ayna mengatasi perasaannya sendiri. Ayah malah bersyukur Ayna mendapat cobaan seperti itu. Ayah berharap semua itu dapat mendewasakan diri Ayna.

"Tian tidak pantas kamu tangisi sama sekali, Na. Kamu harus melanjutkan aktivitas supaya bisa melupakan dia." Ibunya saja yang tidak tahu, kalau banyak sekali sudut di kampus yang akan mengingatkannya pada laki-laki itu.

Cinta pertamanya yang dengan manisnya menawarkan pernikahan di usia muda. Untuk menghindari fitnah katanya. Padahal sebenarnya mereka kerap terlihat berduaan. Meskipun tetap menjaga jarak dan tidak saling bersentuhan. Ayna terbuai bujuk rayu laki-laki itu.

Seisi kampus tahu bahwa mereka saling menyukai dan Tian sudah melamar Ayna. Video saat Tian melamar Ayna viral di kalangan mahasiswa berjaket kuning itu. Tapi cobaan datang dan membuktikan mereka tidak berjodoh. Pertunangan mereka kandas di tengah jalan.

Ayna menghirup udara kampus pagi ini sepenuh paru-parunya. Semua masih tampak sama. "Bismillah ...," ucapnya.

"Aynaaa ...!" panggil Lusi, ada Mai dan ... Reika, tentu saja. Ayna harus siap.

"Halo, Ay. Kangen banget loh kita sama kamu ...," kata Mai.

"Ayna, aku mau bicara berdua sama kamu, boleh?" Reika membuka suara.

"Maafkan aku Ay, kamu harus dengar penjelasan dari aku. Kamu enggak bisa cuma mendengar dari satu sisi. Tian itu brengsek, Ayna!" Reika menegaskan kata-katanya.

Ayna tertegun mendengar penuturan Reika. Tanpa Ayna sadari, ia menganggukkan kepalanya. Ayna mengikuti Reika dari belakang menuju sebuah gazebo di halaman sebelah utara fakultas mereka.

"Kamu sehat?" tanya Reika. Ayna sekali lagi hanya mengangguk. Dan matanya belum bersitatap dengan manik mata Reka.

"Pertama dengar. Aku enggak ada hubungan apa-apa dengan Tian. Kedua, aku enggak punya perasaan apa pun ke Tian. Ketiga, aku sudah punya orang yang aku sukai. Calon suamiku nanti insya Allah ...," ucap Reka to the point.

Ayna langsung menatap wajah sahabatnya itu. Matanya menilai ucapan yang baru saja dikatakan sahabatnya itu.

"Kamu jangan marah lagi sama aku ya, Ay. Rasanya enggak enak banget. Kamu tahu, banyak teman yang mencap aku pelakor!" Rekka mulai meninggikan suaranya.

"Astaghfirullahal'adzim ...," kata Ayna. Ayna mulai melihat air mata menetes pada wajah cantik khas suku sunda milik Reika.

"Reika..." hanya itu kata yang bisa keluar dari mulut Ayna saat ini. Hatinya masih basah, basah oleh air mata dan luka yang dia kira sebelumnya akibat Rekka sahabatnya.

"Kamu sudah lama kenal sama aku, kan? Apa kamu percaya kalau aku setega itu dengan sahabat yang sudah aku anggap saudara kandung sendiri?" Reika mengeluarkan tisu dari tasnya dan mulai mengusap air matanya yang berlelehan.

"Kita bersahabat sejak SMP kamu ingat? Kita berjuang sama-sama masuk SMA favorit, kemudian sama-sama berjuang lagi ikut SNMPTN masuk kesini. Kamu enggak lupa kan ...."

"Dengar, aku sayang banget sama kamu, Ay. Bahkan mungkin aku akan rela memberikan orang yang aku cintai jika itu untuk kebahagiaanmu," ujar Reka mantap.

"Sssttt...!" Ayna menghentikan ucapan Reika dengan menempelkan telunjuk di dekat bibir Reika.

"Jangan bodoh, Reika. Omonganmu jelek sekali!" kata Ayna.

"Aku sungguh-sungguh dengan ucapanku itu, Ay. Demi Allah. Apa kamu mau bersahabat denganku lagi?" tanya Reika penuh harap.

Ayna sampai terkejut Reika berani bersumpah membawa nama Allah. Ayna akan belajar untuk percaya, atau setidaknya berusaha menjalin lagi persahabatan mereka yang retak. Ayna membalas pertanyaan Reka dengan senyum sambil menggenggam kedua tangan Reika. "Bantu aku move on, ya!" kata Ayna dengan suara bergetar.

"Alhamdulillah ... Terima kasih Ayna. Aku tahu, kamu wanita yang kuat!" Reika menarik tubuh Ayna dan memeluknya. Reka pun menangis tersedu di pelukan Ayna. Ayna mengelus-elus punggung sahabatnya itu perlahan.

Dalam hati ia berkata, "Siapa sebenarnya yang lebih sedih, aku atau dia? Mengapa saat ini air mataku tidak juga keluar? Mungkin benar, aku memang wanita yang kuat. Atau perasaanku kepada Tian benar-benar sudah mati? Semoga saja itu benar."

Ayna sebenarnya masih menyimpan keraguan tentang kebenaran. Seandainya dia bisa mengetahui isi hati orang lain. Yang jelas Ayna menyadari, hatinya kuat. Kuat untuk mulai percaya dan memaafkan sahabatnya, Reika.

Ucapan adalah doa. Mereka tidak menyadari, jika ucapan Reika bisa jadi diaminkan para malaikat saat itu. Takdir membuat Ayna dan Reika akan menjadi sahabat yang terus bergelut dengan kisah cinta yang rumit di kemudian hari.

AYNA (Jodoh Sahabatku)Where stories live. Discover now