10. Sahabat Sejati

3K 129 6
                                    

~ Remas sayapku jangan pernah lepaskan, bila kuingin terbang, terbang meninggalkanmu ....
(sahabat sejati, Sheila on 7) ~

_Ayna_

Ayna tidak sanggup menatap Lusi. Sesak memenuhi dadanya, menyesal teramat sangat karena tidak peka kepada sahabat dekatnya. Padahal hampir setiap hari mereka bersama. Rasa bersalah memenuhi benaknya. Air mata menyeruak keluar tak dapat lagi ia bendung. Pedih melihat nasib sahabatnya, sungguh penderitaan Lusi jauh lebih menyedihkan dibandingkan dengan apa yang ia alami.

Saat Lusi membutuhkannya, Ayna tengah sibuk menjalin asmara dengan Tian. Lalu malah meninggalkan sahabat-sahabatnya ketika dia mengira Reika menikungnya. Ayna tidak sanggup bertanya dan berkata apa pun lagi kepada Lusi. Hanya air mata penyesalan yang sanggup ia keluarkan.

Reika membuka suara, "Lusi, apa ... apa, maksudku, sudah sejauh mana kamu ... kamu ...." Reika tidak sanggup menyelesaikan kalimatnya. Isak tangis yang menggantikannya. Reika pun berurai air mata.

Akhirnya Ayna juga ikut bicara, "Lusi tolong maafkan aku. Aku ... aku bukan sahabat yang baik!" Tangis Ayna pecah, begitu pula dengan Reika dan Mai. Mereka semua saling berpelukan. Mereka sudah tidak memedulikan lagi pandangan dari pengunjung dan pegawai restoran kala itu. Mereka larut dalam kesedihan yang mendalam.

Selang beberapa menit mereka saling melepas pelukan, mengatur napas dan menyesap air mata masing-masing bahkan lendir yang ikut keluar dari hidung. Tidak dihiraukannya makanan yang masih sedikit tersisa di meja mereka. Lalu Ayna berkata sambil mengatur suaranya yang parau, "Lusi, kamu harus keluar dari pekerjaan itu." 

Lusi masih menunduk dan tidak henti-hentinya menyapukan tisu ke mata, pipi, dan hidungnya. Ia merasa malu dan sulit untuk menatap mata sahabat-sahabatnya.

"Lusi, maafkan kami, khususnya aku yang tidak peka dengan keadaanmu. Kamu akan selalu menjadi sahabat terbaik bagi kami sampai kapan pun. Kami insyaallah siap membantu apa pun kesulitanmu saat ini," Ayna berkata mewakili suara hati yang lain.

Lusi mengangkat wajahnya. Matanya sudah bengkak. Maskara dan eyeliner yang dipakainya luntur meninggalkan bayangan hitam di sekitar matanya yang memerah.

"Aku sudah rusak teman-teman. Aku sudah berada di dimensi yang berbeda dengan kalian. Aku merasa enggak pantes bergaul dengan kalian lagi ...," Lusi kembali terisak dan menenggelamkan wajahnya di atas meja.

Reika beristighfar berkali-kali sambil terus mengelus dadanya sendiri. "Cobaan apa ini ya Allah," katanya.

"Dengar, Lusi. Allah Maha Pengampun dan selalu menerima tobat dari hamba-hambanya. Kamu harus berusaha untuk kembali ke jalan yang benar! Jangan malah terpuruk semakin dalam! Kamu tahu dosa orang yang berzina? Dicambuk bagi yang belum menikah seratus kali, atau dirajam bagi yang sudah menikah. Kamu tahu bagaimana itu dirajam? Dilempari dengan batu sampai mati!" Rekka berkata penuh emosi.

Lusi benar-benar tidak berani mengangkat wajahnya kali ini. Terdengar lirih kalimat istighfar dari lisannya.

Saat Reika mau berbicara lagi, Ayna menghentikannya. Ayna menghindari jikalau ucapan Reka selanjutnya mungkin akan membuat Lusi semakin sedih.

"Lusi sayang. Benar, sesungguhnya Allah selalu membuka pintu tobat-Nya. Mari kita sama-sama memohon ampun atas dosa-dosa yang pernah kita lakukan. Aku pun bukan orang suci. Reika, Mai, semua memiliki aib. Dosa dan sisi kelam yang tidak diketahui orang lain. Allah masih berbaik hati menyembunyikannya. Dengan kamu sudah berani mengakui ini semua, artinya kamu mau memperbaiki diri. Maka di sinilah kami, sahabat-sahabatmu yang akan selalu mengingatkan dan saling mendukung sampai kapan pun. Kamu, loh, yang mengingatkan aku, usia persahabatan kita sudah sembilan tahun, sejak SMP. Ayo bangkit Lusi. Kita cari jalan keluar bersama-sama," Ayna mencoba menenangkan Lusi. Sepertinya kata-kata Ayna dapat mempengaruhi Lusi yang terlihat mulai mengangkat kepalanya dan menatap Ayna dengan binar mata yang masih sama dengan Lusi yang dulu.

AYNA (Jodoh Sahabatku)Where stories live. Discover now