Part 49 : He is name

2.5K 102 1
                                    

Karena aku udah sangat bingung mau bikin kelanjutan habis nikah, jadi aku hanya buat sedikit jadi sebelum part terakhir ku post. Semoga kalian menikmatinya 😅😅😅😅
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.mungkin ini agar amburaful ya, karena aku pusying binggo ... Mohon dimaafkan 😢😢😪

Arthur masuk ke dalam kamar sambil membawakan makanan di atas nampan. Saat itu Ellina baru saja bangun tidur " Mau makan?" Ellina terdiam seharusnya tadi Arthur tidak perlu repot-repot mengantarkan makanan untuknya. " Aku merepotkan Abi " ujar Ellina. Arthur sama sekali tidak merasa direpotkan, dia ikhlas kok melakukan semuanya untuk Ellina.

Ellina mengambil makanannya tapi tanganya ditahan oleh Arthu " tidak, kali ini aku akan menyuapi istriku " Ellina tersenyum kemudian dia menunggu Arthur menyuapinya. " Aa... a... pintar" Ellina mencubit perut Arthur. " Apa? Sih ha ha ha .. baiklah aku akan diam" ujar Arthur. Mereka berdua terlarut dalam meromantisan masing-masing.

Setelah makan Ellina kembali tidur, Arthur melihat Ellina yang tertidur pulas kemudian menyelimuti Ellina hingga bahunya setelah itu mencium kening dan pergi. Setelah menikah memang lebih menyenangkan dibanding belum menikah. Arthur memang bukan laki-laki yang romantis seperti yang lainya tapi Arthur memiliki hati yang utuh untuk Ellina.

Sejak mereka berdua bertemu Arthur sudah menduga jika akan bertemu dengan Ellina lagi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sejak mereka berdua bertemu Arthur sudah menduga jika akan bertemu dengan Ellina lagi. Saat Ellina membela perusahaan yang sudah pernah dihancurkan Arthur, Ellina masih tetap baik bahkan saat itu wanita itu rela merawat Arthur sampai sembuh. Padahal tidak ada rasa sedikit pun Arthur pada Ellina.

Arthur bisa melihat bagaimana ketulusan Ellina saat membantunya beberapa kali. Sampai hari ini rasa syukur itu tidak pernah berkurang. Jujur Arthur mencintai Ellina. Bahkan setelah semua masalah yang menimpa Arthur, Ellina selalu ada di sana. Arthur percaya jika kisah cintanya sudah tertulis di sebuah buku yang sangat menarik dan takdirpun terjadi.

Dulu tidak ada seorang wanita manapun yang berani singgah di hati Arthur. Semua wanita selalu memandang Arthur, laki-laki yang arogan dan berbahaya. Tapi semua sifat Arthur perlahan luluh dengan adanya Ellina yang datang di kehidupanya.

***
Ellina terbangun dari tidurnya, kemudian merapikan tempat tidur dan keluar melihat bayinya. Ellina mengambil kerudung kecil kemudian mengenakanya. Terlihat ibu Arthur tidur di samping anaknya. Ellina menyunggingkan senyumnya. Pasti mertuanya ini lelah, Ellina tidak tega membangunkanya. Kemudian beranjak pergi dari kamar tamu.

Saat keluar Ellina melihat Arthur tengah melihat ke arahnya dengan senyum manisnya. " Kamu lagi apa bi?" Tanya Ellina pada Arthur. " Ini aku sedang mencari nama yang cocok untuk anak kita " Ellina datang dan duduk di samping Arthur. " Bagaimana kalau Arash Hazan Aldrich?" tanya Ellina pada Arthur. " Bagus, kamu pintar membuat nama. Memangnya sejak kapan kamu memikirkan nama itu?" Ellina nampak berfikir " Eumm, sebenarnya sudah lama sejak bayi kita menginjak tujuh bulan " Ellina tersenyum lebar menampilkan deretan giginya yang rapi.

" Aku mau bertanya sesuatu "

" Apa?"

" Kenapa kamu kemarin tidak memberitahuku saat mau melahirkan? Kamu tau aku sangat khawatir cherie. Aku bersyukur saat itu aku datang tepat waktu. Jika tidak maka aku akan sangat menyesal karena tidak menemanimu melahirkan saat itu" Ellina tidak bicara apapun saat Arthur bertanya kepadanya. " Cherie? " ucap Arthur. Ellina menghela nafasnya perlahan. " Aku, tidak mau merepotkanmu saat bekerja Arthur. Tapi terimakasih untuk kesempatan yang pernah kamu berikan padaku. Itu sangat membahagiakan untukku dan tentunya sangat romantis" ujar Ellina akhirnya.

Arthur mendekatkan wajahnya kemudian mencium dahi Ellina, kemudian beralih ke mata setelah itu hidung dan yang terakhir pipinya yang merona. Kedua mata itu saling menatap dengan perasaan cinta yang ada di dalam diri mereka. " Ekhm...!!tolong ya kak Arthur jangan mengumbar keromantisan kalian kami. Kalian tau kan kalau kami masih dalam masah puber " ucap Dean.

Ellina memalingkan wajahnya dan melihat kedua adik iparnya yang sedang berdiri tak jauh darinya. Dean mengaitkan tanganya di dada dan Dea juga melakukan hal yang sama. " Kenapa kalian selalu merusak moment kami " cercah Arthur sedikit kesal. " Hmm, salah sendiri kenapa kakak disini inikan tempat terbuka. Bukan salah kita lah " ujar Dea seenak jidatnya.

Arthur tidak mau berdebat lebih panjang lagi. Ellina sangat malu sudah dua kali mereka terpegok saat melakukan hal romantis. " sebaiknya kita berdua pergi saja" bisik Ellina pada Arthur. " Sebentar aku harus mengatakan sesuatu pada kedua adikku" Arthur sepertinya ingin marah, sebaiknya Ellina segera menghentikan Arthur.

Ellina mencium bibir Arthur kemudian menatap manik mata Arthur. " Sebaiknya kita pergi saja " Arthur hanya terdiam dia sangat terkejut. Tidak disangka Ellina akan melakukan hal itu pada Arthur didepan kedua adiknya. " Wowooooooo, kak Ellina manis banget" ujar Dea dengan mata berbinar. Dean langsung menutup mata Dea. " kamu masih kecil tidak boleh melihat keromantisan mereka. Sebaiknya kita saja yang pergi " Dean beranjak dan diikuti dengan Dea dibelakangnya.

***

Ellina mulai terbiasa dengan apa yang dilakukan Arthur setiap pagi. Seperti pelukan selama lima menit, kemudian mencium kening Ellina. Intinya hal-hal romantis yang selalu membuat Ellina tersipu. Ibu Arthur sedang membantu menyiapkan makanan. Setelah itu mereka semua makan bersama di meja makan. " Bunda, Ellina makan nanti saja soalnya Hazan sudah menangis " Ibu Arthur menganggukkan kepalanya kemudian Ellina pergi dari dapur.

Saat Ellina berjalan tanpa sangaja berpapasan dengan Arthur yang sudah rapi dengan jasnya. Tangan Ellina ditahan Arthur. " ada apa bi?" Tanya Ellina pada Arthur. " Hazan sudah tidur sebaiknya kamu makan dulu setelah itu kamu boleh menjaganya" Ellina tersenyum lembut.

" Aku tadi sudah bilang sama bunda, sebaiknya kamu makan setelah itu berangkat bekerja" Arthur menyentuk pipi Ellina kemudian pergi dari sana. " Baiklah " Arthur jarang sekali makan bersama dengan Ellina padahal itu adalah hal yang sangat kecil, tapi selalu saja waktu seakan tidak memihak pada mereka berdua.

HYLOPHOBIA (TAMAT) #wattys2019Where stories live. Discover now