Part 19

2.1K 141 1
                                    


Nah loh siapa nih yang udah gak sabar nunggu part ini angkat tanganya.
.
.
.
.
.
" Masih di tangani dokter " jujur kyla tidak tau siapa laki-laki yang ada di sampingnya ini. " jangan khawatir aku yakin nona Ellina akan baik-baik saja " Kyla terdiam dia tidak tau harus menjawab apa. Dokter Sean keluar dari dalam ICU. " Kyla saya bisa bicara denganmu?" Dokter Sean memanggil Kyla. Gadis itu berjalan kearah dokter Sean. Kyla mengikuti dokter Sean hingga ke dalam ruanganya. Kyla bisa melihat bagaimana sederhana tapi mewah ruangan dokter Sean. Kyla duduk didepan meja besar yang diketahuinya adalah meja kerja dokter itu. Sean mengambil segelas air untuk Kyla. " Dokter kenapa memanggil saya?" Tanya Kyla setelah menerima secangkir air dari dokter Sean. " Minumlah dulu kau pasti haus " ujar Sean dengan nada khawatir.

" Maaf ya dokter jika tidak ada yang anda sampaikan sebaiknya saya pergi dari sini" Kyla beranjak dari tempat duduknya. " Ellina tidak baik-baik saja " ujar Sean sebelum Kyla benar-benar pergi dar ruanganya. Gadis itu terkejut apa yang di fikirkanya menjadi kenyataan. Kyla bergetar, dia memegang kursi sebagai tumpunya agar tidak terjatuh. " Aku hanya tidak ingin membuatmu merasa bersalah, dia mengalami luka yang cukup serius dan harus di rawat inap selama lima bulan lamanya. Luka sayatan dan memar masih dalam proses pembersihan. " Kyla menjatuhkan dirinya dilantai kali ini dia benar-benar tidak kuat menahan tubuhnya. Sean bisa melihat bagaimana Kyla menangis. Gadis itu butuh kekuatan pasti berat baginya mendengar semua ini. Terlebih lagi Ellina adalah orang yang sangat penting untuknya.

Sean menggangkat tubuh Kyla dan didudukan di sofa. Kyla syok seketika dengan apa yang baru saja dilakukan oleh dokter Sean. Sean melepaskan jas putihnya. " Aku akan keluar, aku harap kamu tidak keluar saat aku belum kembali kesini " Sean melenggang pergi dari balik pintu itu. Kyla benar-benar terkejut, baru pertama kali dia di gendong oleh seorang laki-laki. Tidak-tidak Kyla tidak boleh geer, dokter Sean hanya membantunya. Benar, dokter Sean hanya membantunya. Kyla berdiri dari tempat duduknya dan melihat sekeliling ruangan dokter Sean. Ruanganya sangat bagus dan luas, sama seperti ruangan dokter Juna hanya saja ruangan ini sederhana dan cukup nyaman untuk Kyla.

Setelah selesai dengan kegiatanya Kyla kembali duduk ditempatnya. Pikiranya kacau dia tidak tau harus apa jika dia kembali ke ruangan Imo yang ada keadaanya semakin rumit saja. Sudah dua jam dan dokter Sean belum kembali. Kyla jadi mengantuk sehabis menangis, perlahan matanya tertutup bersama kesedihanya. Disisi lain Ellina dipindahkan keruangan yang cukup besar bisa dibilang Vip. Richard melihat Ellina yang belum siuman, setelah itu dia keluar dan masuk ke dalam ruangan Juna. Richard amat terkejut kala melihat Juna yang sudah membuka matanya. " tuan!!" Richard menitihkan air mata bahagianya. " Bagaimana keadaan Ellina? Kenapa kau tidak menjawab telphoneku " Juna melempati pertanyaan pada Richard. " Maaf tuan, saya takut jika tuan mengetahui keadaan nona Ellina makan akan semakin buruk. Maafkan saya" Yah bukan maksud Richard menyembunyikan kenyataan itu tapi dia tidak bisa membuat Juna makin kesusahan.

" Dimana dia?" Tanya Juna " Nona baru saja dipindahkan di ruang vip, saya menyuruh beberapa penjaga untuk berjaga di depan pintu. Keadaan nona sedang tidak baik tuan karena ada beberapa luka sayatan dan juga lebam-lebam ditubuhnya. Itu informasi yang saya dapat dari dokter Sean " Juna menghembuskan nafasnya dia bisa bernafas lega akhirnya tidak terjadi sesuatu pada Ellina. Rasanya tubuhnya tidak bisa bergerak sedikitpun. " Wajahmu kenapa seperti itu?" Tanya Juna pada Richard " Tidak tuan !!" Ucap Richard. " Dokter Sean mengatakan apa padamu?"

" Saya disuruh mengambil cuti untuk tuan Juna " jawab Richard. Juna menghela nafasnya dia tau jika dia harus mengambil cuti. " Apa aku tidak patah tulang?" Richard menggelengkan kepalanya. " Tidak tuan " jawab Richard lagi. Juna memejamkan matanya dia sudah sangat lelah dengan hari ini. Kali ini dia ingin tidur saja lagi pula dia juga tidak bisa kemana-mana. Ponsel Juna berdering ada panggilan masuk di sana. Richard mengambilnya dan melihat siapa yang menelphone Juna. 'Emilly' Richard bingung apa dia harus mengangkatnya. Akhirnya setelah berdebat dengan fikiranya Richard menggeser tombol hijau itu. "Hallo? Kak Juna aku ada stasiun sekarang. Tidak aku sudah mau sampai jemput aku ya bisakan?" Richard bisa mendengar suara Emilly yang sangat manis.

" Hallo?? Kakak ? Kakak masih disana kan..." ujar Emilly. " Ekhmm... maaf nona Emilly. Tuan Juna sedang tidak bisa diganggu. " jawab Richard pada Emilly. " Baiklah kalau begitu aku pulang sendiri saja, bilang pada kakak jika aku ada di rumahnya " Emilly menghela nafasnya, gadis itu nampak kecewa Richard bisa merasakanya di sebrang sana. " Saya akan menjemput nona jadi tunggulah disana" jawab Richard. Panggilan diakhiri. Katakan jika Richard tidak tau diri, bisakah perasaan ini dihentikan saja. Richard tidak bisa, mungkin karena terbiasa dengan keberadaan Emilly di sampingnya jadi dia beranggapan jika itu adalah perasaan yang serius. Mereka bagaikan matahari dan pluto jarak mereka sangat jauh dan Richard paham itu.

Laki-laki itu mengambil jaket dan juga kunci mobil. Juna sebenarnya tidak tidur hanya saja dia memejamkan matanya. Richard mengendarai mobilnya beberapa menit kemudian dia sampai di stasiun. Keadaan disana sangat ramai karena memang banyak orang yang keluar dan pergi dari sana. Richard mencari keberadaan Emilly. " Richard kenapa belum sampai " Emilly gusar dia sudah menunggu lama sebenarnya. Tapi saat itu dia berbohong pada Richard, jika dia baru saja sampai padahal sudah dari satu jam yang lalu dia sampai. Richard duduk di sebelah Emilly. " Awas saja jika sudah sampai disini " cercah Emilly. Richard memegang kepala Emilly, dielusnya rambut itu dengan sangat lembut. Emilly tertegun hanya satu orang yang berlaku seperti ini padanya. Emilly mengubah posisinya menghadap Richard. "Auh!! Sakit nona muda " Emilly mencubit pinggang Richard.

" Lama sekali, kenapa kak Juna tidak menjemputku ?" Tanya Emilly. Richard mengambil tas jinjing Emilly. " Maaf nona muda tuan sedang ada di ruanganya. Kalau boleh tau kenapa nona muda membawa tas besar ?" Emilly mengambil ponselnya dan menunjukkanya pada Richard. " Hmm libur semester " jawab Richard. Emilly menganggukkan kepalanya. " Nona muda, saya ingin bicara tapi nona muda jangan memberitahu Tuan sama Nyonya. Sebenarnya tuan Juna sakit " Emilly membelalakkan matanya tak percaya. Jadi kakaknya sakit maka dari itu dia tidak dijemput. " Lalu sekarang kakak dimana?" Tanya Emilly dengan nada panik. " Tuan Juna dirawat di rumah ruanganya"

Emilly menarik tangan Richard. Mereka berdua masuk kedalam mobil. Richard membawa mobilnya dengan keadaan sedang. " Richard!! Kakak baik-baik saja kan?" Tanya Emilly pada Richard. " Tuan Juna tidak dalam keadaan baik nona muda " jelas Richard. Setelah pembicaraan itu Emilly hanya diam. Richard bisa melihat bagaimana khawatirnya Emilly pada Juna. Jika kalian ingin tau sebenarnya umur Richard tidak terlalu tua seperti apa yang kalian fikirkan. Umur Richard adalah dua puluh lima tahun dan sudah diangkat menjadi orang kepercayaan Juna. Richard adalah seorang guru karate di daerahnya ada beberapa tempat yang menjadi tempatnya bekerja. Jadi tidak hanya menjadi orang kepercayaan Juna saja tapi dia juga menjadi seorang sensei.

Richard juga menjadi pengawal pribadi Emilly jika gadis SMA itu keluar sendirian dari rumah. Sebenarnya Richard ini adalah sosok laki-laki yang sulit dekat dengan perempuan, tapi semenjak dia bekerja pada Juna, dia mulai dekat dengan Emilly dan harus terbiasa dengan itu. Dan perempuan yang pertama kali dekat dengan Richard adalah Emilly. Mereka berdua sampai di rumah sakit, Richard membuka pintu belakang dan mempersilahkan Emilly keluar. Gadis itu berlari ke arah ruangan Juna. Sesampainya disana Emilly menitihkan air matanya, kakak kesayanganya sakit. " Nona muda, saya ambilkan air sebaiknya nona duduk " Emilly menganggukkan kepalanya. Sekembalinya Richard, Emilly masih saja menangis bahkan sesenggukan.

" hiks... hiks... kakak... " Richard mendekat kearah Emilly dan membopongnya agar tidak mengganggu Juna yang sedang istirahat. " Nona muda saya harap nona mengecilkan suara tangisan nona " ujar Richard. Bukanya mereda Emilly kian membesarkan suara tangisnya. Laki-laki itu bingung. Emilly memeluk Richard dari belakang sambil menangis disana. Gadis itu mengeratkan pelukanya. Richard terdiam dan sesekali mengelus tangan Emilly yang ada di perutnya mencoba memberi ketenangan. " Nona muda sebaiknya nona saya antar pulang dan istirahat disana " ujar Richard. Emilly tidak melepaskan tanganya tangisnya kian pecah. Sebaiknya Richard membiarkannya dulu saja supaya Emilly menjadi lebih tenang.

***

Masih sama
Ketika kubuka mataku aku menemukanya
Tersenyum kearahku
Dengan sangat manisnya

Hay hay maaf ya di part ini aku munculin kisah-kisan baru. Tapi kalian jangan bingung kisah mereka bakalan aku update kayak kisah dave dan meriana. Tapi tetep tokoh utamanya adalah Ellina dan Juna. 🤠🤠

HYLOPHOBIA (TAMAT) #wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang