Part 18

2K 156 2
                                    


Guys terimakasih selama ini udah dukung ceritaku. Setidaknya kalian kasih vote saat membacanya karena itu penting untukku.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
" Rupanya kau sudah tau banyak tentangku, kau salah jika kesini meminta pembebasan untuk Ellina. Kau sudah masuk ke lubang singa tentu saja tidak semudah ini kau keluar dari kantorku, mungkin nyawamu bisa menjadi pertimbangan " Romi mendekat kearah Juna. Juna tidak berkutik dia tetap diam ditempat tidak mengubah posisinya sama sekali. " Sebenarnya kenapa kau melakukan ini? " tanya Juna. Dalam penglihatanya Romi adalah sosok yang baik, dia dahulu adalah orang yang banyak berusaha keras terhadap keluarganya. Tapi hanya karena kekayaan Romi menjadi sosok yang tidak berperasaan dan menghiraukan keluarganya. Dia menjadi sosok yang sangat jahat saat setelah dihianati oleh seorang investor yang sangat dekat dengannya waktu itu. Juna sebenarnya merasa iba, tapi Romi harus mendapat hukuman. Juna harus menghentikan semua yang sudah diperbuat oleh orang tua ini.

Romi mengambil pistolnya dan mengarahkanya pada Juna. " Pak tua apa kau sadar, semua ini sudah menhancurkan dirimu sendiri. Apa tidak ada rasa menyesalan sama sekali. Setidaknya kau harus minta maaf pada keluarga orang yang kau bunuh" Juna mengangkat kedua tanganya sedangkan Romi maju sambil menodongkan pistolnya. " kau lihat pistol ini akan menghancurkan kepalamu " Di ruangan itu tidak ada siapapun selain Juna dan Romi. Tangan Romi kian maju. Juna menendang pistol itu sampai terjatuh kebawah lantai. Romi menendang dada Juna dengan sangat kuat sampai Juna tersungkur. Tapi tidak hanya itu Juna berusaha menghindari Romi yang tengah berlari kearahnya. Juna mengambil pistol yang ada di dekatnya dan membuangnya ke jendela. Romi terlihat sangat marah.

Bugh!!
Bugh!!

Juna menerima tendangan dan pukulan secara bertubi-tubi dari Romi. Ternyata diluar dugaan pak tua itu ternyata masih kuat untuk menghajarnya. Juna mencoba bangkit tapi pak tua itu menarik lenganya dan membantingnya dengan kuat. Juna tidak mengalah dia berdiri dan menendang perut pak tua itu. Dia masih memiliki belas kasihan dan tidak menyerang secara bertubi-tubi. Juna mengambil kedua tangan tersebut dan memborgolnya, tidak hanya itu Juna kembali mendapat tendangan di kakinya. Tapi dia masih tetap berdiri.

" Maaf pak tua kau harus ku serahkan kepada pihak berwajib " Romi tertawa dan menendang Juna. Borgol itu terlepas dari tangan Romi sedangkan Juna tersungkur. Romi mencengram baju Juna dengan satu tangannya kemudian memukul wajah itu bertubi-tubi. Kali ini wajah Juna sudah babak belur penuh dengan luka dan darah yang mengalir dipelipis, hidung dan bibirnya yang robek. Setelah puas Romi melepaskanya dan keluar dari ruanganya. Juna tergeletak tak berdaya di dalam ruangan Romi. Kali ini Romi tidak akan membunuh Juna dengan tanganya. Juna bisa saja selamat tapi untuk Ellina tidak.

Juna mengambil ponselnya dengan tenaga yang tersisa. "Richard kau sudah membebaskan Ellina kan " Richard terdiam " Arghkk!! Kau sudah menyelamatkanyakan?" Juna berteriak, dia sudah berusaha menahan rasa sakitnya. Richard memutuskan panggilannya. Juna sudah tidak tahan rasanya dia ingin pingsan saat itu juga. Richard tidak memberikan jawaban pada Juna. Setelah menerima panggilan dari Juna. Richard langsung keluar dari mobilnya dan berlari kearah kantor Romi. Richard menerobos orang yang sedang lalu lalang, sampai dia berada di depan pintu ruangan Romi. Nafasnya memburu perasaan Richard tidak enak semoga saja Tuannya itu dalam keadaan baik saat ini.

Cklek!!! Pintu terbuka Richard melihat sekeliling ruangan yang sangat berantakan. Mata itu menelusuri setiap sudut ruangan hingga matanya menemukan Juna yang terkapar di lantai dengan luka yang cukup serius. " Tu...tuan Juna " Richard membopong Juna. " Bagus!!! Rupanya anak buahnya datang, kau telat menyelamatkanya nak ha ha ha " Terdengar suara sepatu mendekat. Richard sangat marah tanganya mengepal hingga memutih. Ingin rasanya saat itu dia memukul wajah Romi. " Saya tidak punya urusan dengan anda " ujar Richard. " Kau harus berterimakasih padaku dia tidak ku bunuh " Romi mendekat sambil meminum cairan berwarna putih di gelasnya.

Richard melenggang dan meninggalkan ruangan itu. Semua orang nampak terkejut melihat keadaan Juna yang mengenaskan dan ada beberapa orang yang nampak biasa saja. Mungkin saja sebelum Juna sudah pernah terjadi seperti ini jadi ada beberapa orang yang tidak terkejut. Richard membawa Juna kerumah sakit tepatnya bekerja. Beberapa perawat sudah menunggu dan membawa brangkar pasien. " Kalian sudah pernah menangani tuan Juna, kali ini rawat dia dengan baik " ujar Richard. Laki-laki itu mengusap wajahnya dengan gusar. " Bagaimana keadaan nona Ellina?" Tanya Richard disebrang telepone " polisi sudah datang, nona tidak sadarkan diri pak. Saya menuju rumah sakit saat ini " ujar seseorang dari sebrang sana.

Kali ini Richard bisa bernafas lega untung saja nona Ellina bisa diselamatkanya. Richard menunggu didepan ruang UGD dengan wajah cemas. Tak lama kemudian dokter Sean datang. " Dia baik-baik saja dia sudah sadar mungkin hanya butuh pemulihan saja, sebaiknya kau ambil cuti untuknya " ujar dokter Sean pada Richard. " Baik dok" Sean menepuk pundak Richard kemudian melenggang pergi. Juna dipindahkan di ruanganya yang cukup luas. Sudah keberapa kali Juna mengalami keadaan seperti ini bahkan Richard tidak bisa menghitungnya. Hanya karena seorang pasienya tapi Juna selalu saja mengorbankan nyawanya.

Richard sudah menganggao Juna seperti kakaknya sendiri meskipun jarak umur diantara mereka hanya dua tahun saja. Tapi semenjak Richard berkerja dengan Juna, dia tidak pernah direpotkan melebihi mempertaruhkan nyawanya. Seolah Juna tidak ingin melibatkan orang lain saat itu. Meskipun dia bekerja sebagai ajudan Juna. Seseorang masuk ke ruangan Juna. " Bagiaman keadaanya?" Tanya orang itu. " Tuan Juna sedang istirahat dokter dan saat ini dia baik-baik saja" jawab Richard pada dokter di sampingnya. " Jangan salahkan dirimu yang tidak bisa menyelamatkanya, kau sudah berusaha. Jaga dia sampai sadar dan ingat jangan menghubungi siapapun " ujar dokter Raihan.

Richard menganggukkan kepalanya, dokter Raihan keluar dari ruangan itu. " Kau sama saja seperti ini, semoga kau mendapatkan orang yang baik dan pantas kau perjuangakan Jun" sebuah senyum terukir di balik bibir dokter Raihan. Sementara disatu sisi Ellina terbaring lemah di ICU keadaanya tidak baik saat setelah dibawah ke rumah sakit. Wajahnya babak belur sama seperti Juna, ada beberapa luka sayatan di kaki Ellina dan tangan. Ellina tidak sadarkan diri saat ini hanya Tuhan yang berkehendak atas Ellina. Kyla menitihkan air matanya, kakaknya itu masuk rumah sakit. Pikirannya sangat kacau jika Imo sadar apa yang harus disampaikan padanya jika Imo menanyakan keadaan Ellina.

Kyla mengusap wajahnya yang penuh dengan air mata. Tiba-tiba ada tangan yang menyodorkan sapu tangan padanya. Kyla mendongak melihat pemilik tangan itu. Sebuah senyum terukir di balik bibir seorang berjas hitam dengan wajah yang kusut sama sepertinya. Kyla mengambil sapu tangan itu dan membersihkan air matanya. Laki-laki itu duduk di disebelah Kyla. " Bagaimana keadaan Ellina?" Tanya orang itu.

***

Bisakah kita bersama saja
Tanpa ada jurang pemisah
Yang hanya menyakiti kita.

Nah hayo siapa nih yang kepo!!! Siapa yah laki-laki yang sama Kyla di depan ruang ICU. Bisa nebak aku follow deh. Tapi harus baca cerita ini sampai abis yah 😅😅

HYLOPHOBIA (TAMAT) #wattys2019Where stories live. Discover now