29. Kacaunya Sang Pelabuhan

Mulai dari awal
                                    

Cklek!

“Alle ...” Seorang gadis melewati mereka dan segera menuju ke brankar Allesya. Ia memeluk Allesya pelan-pelan. “Maafin gue.” Ia meneteskan air matanya.

“Harusnya gue gak giniin lo.” Ia memegang tangan Allesya, menangis terisak-isak, “bangun, Alle. Gue gak bakal bisa maafin diri gue sendiri kalo lo gak bangun-bangun.”

“Maafin gue ...” ucapnya parau. Ia menutup mulutnya dengan telapak tangannya untuk meredam suara tangisannya.

Mafina menghampirinya, memeluk kepala sang sahabat, “Illa ... tenangin diri lo.” Mafina menghela napas panjang, “gue tau lo nyesel udah marahin Allesya. Tapi semua ini murni kecelakaan. Bukan salah lo.”

Agil, Ilham, dan juga Rani nampak tidak terganggu dengan kebisingan yang di timbulkan oleh teman-teman adiknya.

“Alle ...” Satu gadis lagi memanggil Allesya tak menyangka. Ia meneteskan air matanya tanpa disadari, “maafin gue. Gue mohon, lo bangun.”

Mafina menatap sahabat-sahabatnya sendu. Mereka merasa menyesal karena mengabaikan Allesya dengan kepedihan yang ditanggungnya. Mereka memarahi Allesya seolah-olah memang pantas untuk di marahi. Padahal, Allesya bersikap seperti itu juga karena punya alasan sendiri.

Alya merengkuh tubuh Tasya yang tremor. Ia berusaha keras untuk tidak mengeluarkan suara isakannya.

Mereka memang baru kenal. Tapi ... entah kenapa melihat Allesya seperti ini membuat hati mereka tersayat-sayat.

Di sini hanya Mira yang belum datang. Padahal gadis itu sudah diberitahu meskipun lewat chatting.

Agil, Ilham, dan juga Rani telah selesai sarapan. Mereka segera meminum tandas air yang ada di botol mereka.

Agil terduduk lemas, “Kak, aslinya Allesya itu kenapa?”

Ilham menarik napas. Sesungguhnya, ia tidak kuat untuk mengucapkannya. Ketika Ilham membuka mulutnya, namun Rani menyela.

“Allesya mengalami gagar otak kecil. Ditambah lagi karena benturan yang di pelipisnya.” Rani mulai menjelaskan.

Agil melotot terkejut. Semua ini ... gara-gara Fika.

Semua orang yang ada di ruangan itu terlihat syok.

“tulang kaki kanannya retak. Juga ... ” Rani menahan napasnya gugup. Ia melihat Ilham yang mengangguk, “satu ginjal Allesya hancur karena tertindih setir.”

Agil langsung lemas. Sementara mereka menjerit tertahan mendengar penjelasan Rani. Begitu nahas nasib Allesya.

Satu alasan yang membuat Agil semangat hidup, sedang terbaring lemah di brankar ruangan yang bernuansa putih pucat. Membuat Agil juga merasakan sakit yang sama. Ia tidak mau di tinggal pergi oleh Allesya.

Allesya adalah segalanya. Allesya adalah alasan Agil untuk bisa melewati hari-harinya. Gadis itu ibarat sepasang mata untuk Agil. Tanpa mata, ia tak akan mampu melihat dunia. Tanpa mata, ia tak akan pernah bertemu sang belahan jiwa.

Maka dari itu ... Agil sangat membutuhkan sepasang mata.

Dan sepasang mata itu adalah Allesya.

Agil menenggelamkan kepalanya diantara tangan dan kaki yang ditekuknya.

Agil meringis, ia mendesis pelan, “Senjaku ... bangunlah, aku menunggu kamu.”

Ketika orang sudah menemukan pelabuhannya, namun pelabuhan tersebut mengalami kekacauan, maka ... orang itu akan merasakan sama kacaunya. Ia merasakan sakit yang tiada duanya. Ia kebingungan mencari cara agar pelabuhannya kembali lagi seperti sedia kala.

Awan membiru menandakan suasana yang menggebu, mungkin hati Agil lebih dari itu. Sebab, hati yang tengah di nantinya sedang nyaman menikmati tidur dalam sakitnya.

Cklek!

Lagi-lagi pintu kamar rawat inap Allesya dibuka. Disana terlihat empat sekawan yang memasuki ruangan menuju kepada Agil yang sedang menelungkupkan kepala di antara kedua kakinya.

Dito memeluk Agil singkat. Ia menepuk pundak sahabatnya-menguatkan, “Alle pasti sembuh, kok.” Dito tersenyum ketika Agil mengangkat kepalanya, “sekarang, lo mandi dulu. Gue bawain baju ganti sama perlengkapan mandi.” Ia menyodorkan paperbag yang dibawanya.

Agil menerimanya dan memasuki kamar mandi dengan langkah gontai.

Allesya dirawat diruang VVIP yang pastinya sangat luas. Sehingga, mereka tidak perlu berdesak-desakan ketika di dalamnya.

“Mas, kita pulang dulu, yuk. Ambil perlengkapan kamu ke sini. Disini udah ada teman-teman Allesya.” Rani mengusap-usap tangan Ilham.

Ilham menggeleng, “Gak mau. Aku mau di sini aja.”

“Kak, pulang dulu gak pa-pa. Kita pasti jagain Alle, kok.” Dito mencoba menenangkan Ilham.

Ilham melihat Dito saksama. Ia memiringkan kepalanya ke kanan. Barangkali Dito orang jahat yang ingin mencelakai adiknya.

Rani menghela napas gusar, “Mas, gak pa-pa. Mereka ini teman-teman Allesya. Gak mungkin kalo mau nyelakain dia.” Ia seolah tahu apa yang sedang di pikirkan oleh suaminya.

Mendengar itu, Ilham mengangguk dan menuruti Rani. Ia pergi meninggalkan ruangan Allesya untuk pulang ke rumah, menyisakan keheningan di dalamnya.

Sepeninggal Ilham dan Rani, Agil telah selesai membersihkan diri. Kini ia terlihat lebih segar. Namun, tetap saja pandangan matanya semakin sayu.

Cklek!

Entah kenapa pintu kamar Allesya hari ini selalu di buka.

Agil terperangah ketika dokter yang memasuki ruangan. Ia segera memberi ruang dokter untuk memeriksa kekasihnya.

Ketika dokter meletakkan stetoskop ke dada Allesya, Agil bertanya, “Dok, kenapa Allesya belum bangun juga?”

Dokter melihat Agil, namun kemudian ia melanjutkan memeriksa keadaan Allesya.

Semua yang ada di ruangan menunggu -berharap dengan sesuatu yang bisa membuat mereka menghela napas lega.

“Pasien belum bangun karena efek dari luka yang dialaminya.” Dokter itu mulai menjelaskan. Ia melepas stetoskop dari telinganya, “gagar otak kecil dan operasi pengangkatan ginjal yang hancur membuatnya harus beristirahat total.”

Bima, Dito, Candra, dan juga William melebarkan mata karena terkejut dengan pernyataan dokter.

Pria dewasa yang berpenampilan layaknya dokter itu menatap Agil saksama, “Semua obat bius yang kami berikan sebenarnya sudah habis. Namun, pasien tetap menutup matanya karena ia kelelahan. Dia banyak pikiran dan sulit tidur sebelumnya.” Dokter membungkukkan badannya, “saya permisi dulu.”

Agil menahan dokter dengan satu tangannya, ia bertanya ragu, “Apa ... Allesya akan bangun hari ini, Dok?”

***

Jangan lupa vote dan komen untuk update selanjutnya, ya!

Biglove. Sankyu

ALLESYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang