BAB 14 [Kekacauan]

283 117 153
                                    

Za masuk ke kamarnya menutup pintu balkonnya tanpa menguncinya. Dia memang tidak pernah mengunci pintu balkon kamarnya setiap hari.

Drrrt...drrrt...drrrt..

Ponsel Za bergetar dan segera di angkatnya panggilan suara yang ternyata dari sahabatnya yang selalu ingin tau. Sinta berkata dengan penuh semangat.

"Ngapain Za?"

"Gak ada! Baru nyampe rumah. Ada apaan sih nelvon gua? Ada yang penting?"

"Tadi di antar Vick ya?"

"Gitu deh," jawab Za acuh sambil berbaring di kasurnya.

"Iih, enak banget sih yang pulang bareng mulu, trus dia ngomong apaan? Kalian udah jadian ya?"

"Sok tau lu. Mana ada jadian. Dia bilang cinta juga gak pernah,"

"Masak sih?"

"Beneran!" ucap Za lantang. "Udah ach gua males bahas ini. Gua bobok siang dulu ya?"

"Iih sabar napa. Dasar kebo lu gak bisa lihat bantal dikit,"

"Serah deh lu mo ngomong apa, udah ya, bye!"

Za gak mendengar balasan dari Sinta dia langsung mematikan handphonenya dan melempar ke sembarangan tempat. Za memejamkan matanya. Dia masih bingung dengan perasaannya pada Vick. Dia akui dia memuja Vick dari pertama kali melihat tampangnya yang teduh. Tapi semakin ke sini semakin dia bingung.

"Aku jatuh cinta gak sih sama Vick?"

Za bergumam di dalam hati bingung. Dari pada memikirkan perasaan orang Za lebih bingung dengan perasaannya sendiri. Rasanya campur aduk.

Lalu Za melihat gambar layar di handphonenya hanya ada Vick di sana. Dia mencuri foto Vick secara diam-diam lewat media sosial Fa*****k.  Tatapan mata Za ke layar handphone tapi pikirannya melayang terbang entah ke mana. Setelah itu di hempasnya handphone itu ke sembarangan arah sambil menghela nafas panjang dan terpejam.

***

Entah sejak kapan Za melihat sesuatu di kursi belajarnya seseorang duduk manis di sana. Seorang perempuan muda yang cantik. Wajahnya tidak biasa ada goresan make up yang berbeda dan matanya berwarna kuning seperti mata Ar saat dia marah. Perempuan itu tidak sendirian dia berempat.  Hanya bola mata perempuan itu yang berwarna kuning yang lainnya berwarna merah seperti darah. Semuanya ada di kamar Za menatap Za tanpa ampun.

Apa yang mereka inginkan?

Za panik dia berlari dan berdiri di sudut pintu tidak berteriak hanya memandang mereka satu persatu. Jelas mereka semua bukan manusia.

Pakaian mereka seperti makhluk asing. Tidak biasa.

Za memperhatikan perempuan itu. Perempuan yang sama yang pernah mendatanginya waktu itu. Bergaun merah dan berambut panjang. Sedangkan yang lainnya ke tiga cowok tersebut menatap Za dengan tatapan mata berwarna merah menyeramkan.

Sepertinya ketiga cowok itu adalah pengawalnya.

Cowok berambut hitam lurus sebahu itu nenyipitkan mata dan tersenyum miring padaku, "Aku salut kau tidak berteriak, aku yakin kau mengenal kami semua di sini,"

Cowok berkumis tipis dan rambutnya di kuncir itu maju sebaris dengan cowok berambut sebahu tersebut. Dia memotong pembicaraannya.

"Aku tidak ingin basa-basi! Teman kau yang bernama Vick ada dengan kami. Jika ingin dia selamat! Datang sendiri tengah malam nanti ke hutan tempat di mana pertama kali kau ke hutan,"

dari Ar hingga Za [END]Where stories live. Discover now