BAB 2 [Terpikat kah aku?]

707 186 282
                                    

10 tahun kemudian..

Suara gaduh 10B tempat di mana aku duduk manis sambil mengotak atik hp memilih musik yang ingin ku dengar. Biasalah sambil menunggu guru masuk aku sibuk dengerin musik, jadi aku gak perlu mendengarkan suara teman-teman yang entah lagi sibuk ngurusin urusan masing-masing.

Aku berani santai begini karena ini ajaran baru jadi paling gak masih bisa bersantai ria di dalam kelas. Memang keknya dari zaman nenek moyang semua siswa siswi pada berkelompok begitu juga di dalam kelas ini tapi sayangnya aku gak terlalu gemar bergaul, alhasil temanku hanya satu orang tapi, bukan berarti yang lain gak ingin berteman dengan ku hanya saja aku lebih tertarik menceritakan kisah hidup ku kepada orang-orang yang ku anggap spesial.

Karena sibuk dengan dunia ku sendiri tanpa sadar sahabat karib ku memukul pundak ku dengan keras, "Heiiii Za!! Denger gak? Woi!!"

Aku sontak kaget plus kesakitan, "Gila lu ya? Sakit tau, pukulan lu kek mau berantem aja!!"

Aku mengelus bekas tepukkan kasarnya, pastinya aku sudah melepas earphone yang melekat di kuping ku sejak tadi.

"Abisan aku panggil-panggil gak denger, lagian sibuk dengerin musik, nih aku bawain gosip baru,"

"Gak tertarik!" jawab ku acuh.

"Walah, songong bener nih anak!! Ya udah aku gak bakalan cerita, biarin aja di bilang kuper sama anak-anak, ntar kalo penasaran jangan tanda-tanya aku,"

"Eh apa hubungannya?" aku bingung sendiri. "Ya udah apaan? Ada gosip apaan? Cepetan cerita!"

Dia tersenyum dan berbisik, "Ada...,"

Belum sempat temanku mengatakan yang mau di katakan tiba-tiba Pak Guru datang ke kelas ku. Tampangnya yang gak asing langsung menghipnotis semua anak-anak yang ada dikelas termasuk aku dan sahabat ku yang ikutan sibuk membenarkan posisi duduk dan menyimpan hp ke dalam tas.

"Selamat pagi anak-anak!"

Semua mata tertuju pada Guru yang umurnya masih terpaut muda untuk seorang guru di sekolah kami.

"PAGIII PAAKK!!" teriak kami semua serentak.

"Baik sebelumnya Bapak ucapkan selamat datang kembali di ajaran baru mudah-mudahan tahun inipun kita semua di berikan kemudahan dan kesehatan Amin," harapnya sambil menampakkan senyumnya yang ramah. "Anak-anak! Bapak punya kabar gembira buat kalian semua."

Seisi kelas jadi gaduh aku menoleh ke Sinta yang penasaran dan hanya bisa mengangkat bahu gak mengerti sedangkan dia senyum-senyum gak jelas ke arah ku.

"Masuk!" panggil Pak Andi guru Matematika sekaligus wali kelas kami.

Seseorang masuk dari balik pintu, tampangnya aduh, dia putih berambut hitam, tinggi, hidung lancip, warna matanya coklat, bibirnya ku pikir lebih merah daripada bibirku. Aku bisa melihat wajahnya yang sempurna walaupun di tutupi kacamata minus itu. Jelas saja semua mata anak cewek di kelas ku tak berkedip begitu juga aku.

"Hei semua! Perkenalkan nama ku Vick Oliver Orlando," suaranya khas serak. panggil saja aku Vick, aku baru pertama kali di Batam. Aku pindahan dari Bandung, semoga kalian sudi menjadi temanku,"

Semua anak perempuan berteriak seperti melihat artis saja aku beneran geli melihat tampang mupeng mereka semua. Yang pastinya kini kami punya sesuatu untuk di pandang setiap hari. Aku benar-benar tidak berkedip sedikitpun melihatnya. Sedangkan cowok di kelas kami hanya menatap sinis kearahnya bagi mereka belum cukup cowok usil itu yang jadi saingan mereka sekarang muncul satu lagi yang gak kalah sempurna dari dia.

Ups! usil, emang siapa yang usil? Dia itu musuh kebuyutan aku dari awal aku sekolah di sini. Namanya Ar Shaka Ransi Alden. Namanya memang keren tapi sayangnya sikapnya gak sesuai dengan namanya.

"Tenang semuanya jangan berisik!!!" teriak Pak Andi. "Vick kamu duduk di sebelah Za, dia yang akan jadi teman sebangkumu, kedepannya kalo tanya soal pelajaran sama dia saja," terang Pak Andi

"Eh Sinta duduk di mana Pak?" keluh Sinta. Dia jelas-jelas kecewa berat.

"Untuk sementara Sinta di sebelah Yana, kamu kan murid terbaik di kelas ini duduk di mana saja gak masalah kan?"

"Uuhh, iya deh Pak," keluhnya terpaksa.

"Nah duduk di bangkumu Vick,"

"Baik Pak," senyumnya lagi.

Dia berjalan menatap ke arah ku dan aku gak bisa melepas pandanganku dari matanya. Bola matanya jelas menghipnotis. Senyumnya manis sekali. Aku masih gak percaya sekarang dia teman sebangku ku. Dia duduk dan aku masih tak berkedip melihatnya.

"Hei," katanya.

Aku tak menjawab malah sibuk dengan lamunanku sendiri.

"Heiii!!" kini tangannya menyadarkanku. Yaa ampuun aku malu banget.

"Oh ya, heii!" ish muka ku pasti merah padam sekarang.

"Namamu Za kan?" tanyanya.

Aku yang tadi masih salah tingkah jadi super kaget. Kok dia tau namaku. "Kok tau? Emang aku setenar itu ya?" tanyaku. "Kita pernah jumpa sebelumnya?"

Dia membetulkan letak kacamatanya, "Siapa sih yang gak kenal cewek paling cantik dan paling sombong di sekolah ini,"

"Eh apa? Sombong?" tanyaku. "Aku gak sombong ya!"

Jelas aku mengelak di katai sombong. Eh dia malah tersenyum lagi hampir terkekeh keknya.

"Kamu kok gak marah aku bilang cantik jadi mengakui kalo cantik?"

Aku masih kesal, "jangan alihkan pembicaraan, aku gak merasa cantik dan aku juga gak merasa sombong," elakku. Jelas aku salah tingkah di buatnya.

"Sudah lupakan aja," jawabnya lembut.

Aku masih penasaran tapi ya sudahlah aku gak kuat lihat senyumnya. Manis banget.

Sedangkan di belakang sana aku tau banyak mata anak perempuan melihat sinis ke arahku karena aku orang pertama di kelas ini yang di sapanya secara langsung.

"Oke," jawab ku singkat.

Tanpa mereka sadari sudah sejak dari tadi cowok itu berdiri gagah di luar kelas. Dan di balik jendela luar dia memandang amarah ke arah Vick juga Za. Hanya ke arah mereka berdua.

###

Tbc,

Kalo suka tinggalkan jejak...

Sampai jumpa besok...

dari Ar hingga Za [END]Där berättelser lever. Upptäck nu