BAB 7 [Pembunuhan Sekali Lagi]

338 132 151
                                    

Sepanjang pemutaran film aku gak konsentrasi. Aku hanya memikirkan kejadian tadi. Kenapa harus Ar? Sejak kapan mereka kenal? Vick bukan tipe cowok arogan dan rese Seperti Ar. Dia beda seratus persen dari Ar. Jika mereka berteman kenapa Vick dan Ar gak bersikap layaknya teman? Mereka malah kelihatan musuh. Aku benar-benar bingung.

Seharusnya malam ini aku bahagia karena aku pergi dengan cowok idaman satu Sekolah tapi malah sebaliknya aku berfikir hari ini seharusnya gak pernah terjadi.

Kami keluar bioskop dengan cepat. Vick menawarkan makan malam dengan ku tapi aku menolaknya bukan karena aku gak laper tapi aku benar-benar gak selera. Kayaknya dia tahu perubahan ku.

"Kamu kenapa Za? Dari tadi diam aja, di dalam juga diam,"

"Gak papa,"

"Yakin?" tanyanya gak percaya. "Bilang aja apa yang kamu pikirin,"

Aku menoleh menatap hujan. "Kenapa bukan kamu yang jemput aku? Kenapa Ar? Ar siapa kamu? Dan kenapa tadi sikap kalian aneh?"

"Kalo nanya tuh ngadep orangnya jangan ngadep ke samping."

"Jawab," titah Za dia gak peduli dia tetap menoleh pada tetesan-tetesan hujan di kaca jendela mobil Vick.

"Aku udah kenal Ar sejak lama. Aku memang begitu dengannya. Kami gak pernah akur. Dan gak akan pernah akur."

"Trus?" tanya Za kali ini dia menatap Vick penuh selidik.

"Tadi aku ada urusan sedikit jadi gak bisa jemput kamu. Aku yakin kalo aku yang jemput kamu kita pasti gak jadi nonton," jelas Vick. Maaf Za,"

"Urusan apaan?"

Dia tidak menjawab, dia terlihat berfikir, "Aku gak bisa jujur, aku juga gak bisa bohong. Nanti juga kamu tau Za,"

"Oke ini pertanyaan terakhir kenapa harus Ar yang jemput aku?" aku bertanya penuh penekanan.

"Karena tadi ada Ar di sana jadi aku memohon padanya untuk membawamu ke bioskop. Aku harap jawabanku barusan melengkapi semua pertanyaanmu Za," pintanya tulus.

Apaan sih nih orang lengkap dari mana! Emang tadi dia sama Ar di mana? Kok bisa ketemu! Tanya Za di hatinya.

Vick terlihat tersiksa menjawab semua pertanyaan Za jadinya mereka diam saja di mobil. Vick gak ingin membuat perempuan ini bertanya-tanya tentang peristiwa apa yang membuat Vick gak bisa menjemput Za sendiri dia gak bisa menceritakan apa yang terjadi. Ini bukan Zaman primitive dan ini dunia normal bukan abnormal dia gak ingin di sangka gila olehnya.

Di sepanjang jalan raya yang tampak gelap tidak ada kendaraan lewat hanya air hujan dan hutan di samping kiri dan kanan jalan. Tiba-tiba mata Vick melihat sesuatu seperti benda panjang dan dengan cepat dia mengerem.

CIIIIITT!!

Za terlonjak kaget, untungnya gak ada kendaraan selain kami jadi mobil Vick gak di tabrak dari belakang. Vick tampak diam untuk sesaat menimbang-nimbang berfikir tak bergerak. Sedangkan Za jelas ketakutan. Entah apa yang ada di sana tapi pikirannya sudah yakin itu adalah manusia.

"Vick itu orang bukan?" tanya Za lirih.

Dia tidak memandang Za sama sekali seluruh tubuhnya terlihat kaku dia keluar dengan cepat, "Jangan pernah keluar dari mobil," tekannya lalu menerobos rintiknya hujan.

Aku gak bisa diam disini batin Za. Aku harus tau itu manusia atau bukan.

Za adalah perempuan bukan penurut yang baik dia gadis pembangkang. Dan Za keluar dari mobil. Dia menutup pintu,

Blam!

Dan...

"JANGAN KE SINI MASUK CEPAT!" pekik Vick lantang ke arah Za.

Sayangnya terlambat, seseorang dengan gerakan cepat sudah membekap mulut Za.

Bau apa ini? Tangan ini keras dan amis batin Za panik.

Za tidak dapat bergerak dia hanya dapat melihat Vick melesat cepat ke arahnya lalu semua menjadi gelap.

###

Apa aku sudah mati? Tubuh ku sama sekali tidak bisa bergerak. Seharusnya aku mendengarkan apa kata Vick. Seharusnya aku tidak keluar dari mobil. Sekarang semua sudah terlambat. Aku dapat mendengar seringai hewan buas sangat jelas sepertinya tepat di telinga ku, aku yakin seperti suara harimau. Sangat dekat. Apa ada harimau lepas di sekitar sini.

"GRRRRR..,"

Suaranya jelas di dekat ku, apa aku akan mati? Apa harimau itu akan menerkamku?

"Kkyyaaa!!!" pekik ku.

Za ngos-ngosan. Za terbangun dari tidurnya. Dia menyandarkan badannya ke sisi tempat tidur. Menunduk dan menutup mata meletakkan tangan di keningnya. Dia berfikir cepat.

"Gimana bisa ini cuma mimpi? Gimana bisa aku sekarang di kamar? Bukannya aku...," Za tak berani berfikir lagi.

"Lalu Vick? Gimana dengan Vick?"

Za panik dia masih memakai pakaiannya semalam. Dia turun menuruni anak tangga. Langkah kakinya sudah terlatih untuk menuruni anak tangga dengan cepat.

"Apa yang terjadi semalam?" monolog Za panik. "Vick!"

Dia melihat Ibunya sedang asyik menyiapkan sarapan pagi untuknya dan Ayahnya.

"Mama!!" pekik Za dari atas tangga.

Ibunya mendongak menatap Za, wajahnya tampak tenang tidak ada rona kecemasan yang terpancar, "Cepetan sarapan Za!! Kok belom mandi sih! Emang gak sekolah hari ini!"

"Mama nanti dulu tanyanya, semalam Za___,"

Tiba-tiba Papa meletakkan koran yang barusan di bacanya. Lalu menatap ke arah Za, "Kenapa semalam kamu pulang gak bilang-bilang? Mau bikin seisi rumah cemas,"

Aku bingung, "Apa?"

"Bisakan kalo pulang itu ngucapin salam bilang Ma Pa Za udah pulang, jangan langsung tidur di kamar! Untung aja kamu lupa ngunci pintu kamarnya trus Bi Ica sama Pak Amir ngasih tau Mama kamu di kamar coba kalo gak, Mama laporin kamu kasus anak hilang mau?" cerocos Mama panjang lebar.

"Hati-hati Za semalam terjadi pembunuhan lagi di jalan raya dekat hutan," potong Papa sambil sekali lagi meletakkan koran di samping meja makan. Za tidak mau melihat koran pagi ini pikirannya sudah campur aduk memikirkan bagaimana keadaan Vick. Dan bagaimana dia bisa sampai di kamarnya sendiri?

"Jadi seseorang membawa ku langsung ke Kamar? Tapi siapa?" batin Za bertanya-tanya.

Za berdiri mematung wajahnya pucat lalu dengan segera pergi ke kamarnya.

"Eh kalo orang tua itu ngomong di dengerin!" pekik Ibu Za dari bawah tangga. Za sama sekali tidak menjawab pikirannya kosong. Dia membalikkan badannya melangkah terus hingga ke kamarnya, di juga menutup pintu, dan bersandar di pintu lalu memejamkan mata.

###

Tbc,.

Vote n comment jgn lupa 😘😘😘

dari Ar hingga Za [END]Where stories live. Discover now