BAB 10 [Arti Perasaan Mereka Berdua]

307 131 122
                                    

Za di kantin sendirian. Masih memikirkan masa kejadian kemarin.

Apa benar Ar sudah melenyapkan siluman itu? Trus kekuatan apa yang ada di diri Ar?

Di sela-sela lamunannya tanpa sengaja sahabat kentalnya datang.

"Woi!! Makan kok ngelamun?"  pekik Sinta. Gak sengaja gadis itu memukul tangan kanan Za yang di balut perban.

Sontak Za mengiris kesakitan, "Aww..," dia juga menjatuhkan sendok yang di pegangnya sedari tadi.

"Eh sorry aku gak tau. Tanganmu luka?"

"Iya..,"

"Kok di perban gitu! Kenapa?"

Gak mungkin kan Za jujur di gigit siluman. Bisa di sangka orang gila dia.

"Kena sayatan pisau gak sengaja pas gua ngiris bawang," jawab Za asal.

"Di mana-mana tuh luka sayatan di jari bukan di pergelangan tangan. Lu boong ya?"

"Ng..ngak! Ngapain gua boong!" ucap Za panik. "Serah mau percaya apa gak,"

Tiba-tiba Vick berdiri di sebelah bangku Sinta, "Za aku mau bicara bisa?"

Za menutupi lukanya tapi Vick sudah melihat itu dari tadi. Dia melirik ke arah Sinta sesaat, "Berdua aja bisa?"

"Ya udah gua pergi," jawab Sinta yang langsung sadar di usir secara halus.

Sontak Za ikutan berdiri, "Gak usah! Gua aja,"

"Lah makanan lu gimana?" tanya Sinta. "Sayangkan masih banyak gini!"

"Makan aja gua gak selera," Za memelas lalu berlalu pergi dengan Vick.

Sinta gak berkata apa-apa, pipinya merona sangking bahagianya di kasih sarapan gratis.

###

Di sepanjang jalan menuju taman belakang sekolah Vick mengobrol dengan Za. Dia tampak kesal karena Za tidak mendengarkan apa yang dia larang.

"Apa sih susahnya dengerin omongan aku! Kalo aku bilang jangan ikut campur! Ya jangan ikut campur! Ginikan jadinya tangan kamu luka,"

Za menggenggam tangannya yang luka. Menutupinya ke balik punggungnya.

"Gak usah kamu tutup-tutupi aku sudah tau,"

"Aku cuma nutupi luka tangan aku kok gak lebih sedangkan kamu nutup-nutupi kejadian itu," balas Za gak mau kalah.

"Aku gak mau kamu kenapa-napa Za, kamu manusia," tukasnya geram.

"Samakan kamu juga manusia! Atau kamu sama seperti dia bukan manusia biasa?"

Vick gak bisa bicara. Bibirnya bungkam.

"Za ikut aku,"

Perintah Ar yang entah sejak kapan sudah ada di antara mereka. Menarik paksa tangan kiri Za yang tidak di balut perban.

Vick kesal dan bertambah kesal karena Ar tiba-tiba datang Mengganggunya. Dia balik menahan Za tapi bukan menggenggam tangan kanan Za karena dia tau tangan Za terluka melainkan tangan Ar.

"Aku masih ingin bicara dengannya," tahan Vick dingin.

"Lepasin tangan lu!" titah Ar tak kalah dingin.

Za hanya bisa melihat mereka berdua dengan tatapan aneh. Vick sama sekali gak menurut malah semakin mencengkram tangan Ar.

"Gua bilang lepasin tangan lu atau gua bunuh lu di sini," ucap Ar penuh penekanan.

Vick akhirnya melonggarkan genggamannya tapi tidak menjauhi tangannya dari Ar.

"Aku masih belum selesai bicara dengannya. Bisakan jangan ganggu kami?"

Vick menatap Ar tajam dan menusuk walaupun Vick memakai kacamata tapi jelas sekali matanya penuh amarah dan dingin.

Za takut seakan mereka berdua benar-benar saling membunuh. Seakan ada dendam pribadi antara mereka berdua. Za mencoba menjadi penengenah antara mereka.

"Ar aku belum selesai bicara dengannya," ucap Za pelan agak takut.

Ar menjawab tanpa melihat Za sama sekali hanya memandang mata coklat Vick.

"Lu tetap harus ikut gua, lu belum makan dari pagi. Gak di rumah gak juga di kantin tadi,"

"Eh kok," Za meresa kaget. Dari mana dia tau?

Ar menatap Za dalam, "Gua tau semua tentang lu,"

Za seperti deja-vu. Seakan kalimat itu seperti tak asing di telinganya.

Za menjawab ragu, "I-iya," lalu bola matanya melirik Vick.

"Vick nanti kita bicara lagi,"

Vick masih tak percaya Za mengatakan kalimat itu. Seakan itu adalah bukti penolakan atas segalanya bagi Vick. Dia melepaskan cengkraman tangannya dari tangan Ar.

Ar lalu tersenyum puas dengan cepat dia menarik Za pergi dari sana menuju kantin

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

Ar lalu tersenyum puas dengan cepat dia menarik Za pergi dari sana menuju kantin.

Hanya Vick yang sendirian di sana berdiri memandang punggung mereka berdua yang berlalu pergi.

Za menoleh ke belakang memastikan Vick baik-baik saja. Dia memang masih berdiri di sana tapi tanpa ekspresi.

Ada rasa bersalah di diri Za karena harus meninggalkan Vick sendirian, tapi.. Entah sejak kapan orang yang sekarang masih menggenggam tangannya yang begitu di bencinya menjadi juga begitu penting baginya.

###

Tbc.,

dari Ar hingga Za [END]Kde žijí příběhy. Začni objevovat