BAB 4 [Kejutan]

469 160 274
                                    

Hari minggu yang di nanti-nanti Ar telah tiba, dia menunggu seseorang yang seharusnya datang ke rumahnya. Sedangkan di tempat lain Za tampak uring-uringan di kasur empuknya.  Dia sibuk membolak-balikan badannya. Dia memikirkan ajakan yang tak biasa dari Ar tempo hari.

"Bentar lagi jam empat," ucapnya.

Memang harus ya aku kerumahnya? Kenapa sih? Ada apa sih dirumahnya? Jangan-jangan dia mau ngerjain aku lagi?  seluruh pertanyaan itu muncul di kepalanya.

Setelah itu Za berdiri dia bener-bener di buat pusing tujuh keliling. Dia malah sibuk mondar-mandir kek setrikaan.

"Ya ampun seseorang tolong aku!" ujarnya panik. "Aku mesti gimana?"

Za bertanya sendiri siapa juga yang mau menjawabnya. Dia sendirian di kamarnya yang luas itu.

"Aku sms aja kali ya bilang aku gak mau datang, lagian dia siapa nyuruh-nyuruh aku datang. Pacar bukan, sodara bukan, abang juga bukan, teman juga gak," ocehnya makin gak jelas.

Ku ambil hp kesayanganku dan ku tekan sms untuknya.

Sorry gua gak bisa datang, gua sibuk.

Saat aku mau mengklik tombol send barulah aku sadar.

"YA AMPUUUN! Bodo bener aku ini, aku kan gak tau nomor dia!!!" Za berteriak sekencang-kencangnya.

TOK!

TOK!

TOK!

Mamaku mengedor-edor pintu kamarku. "Kenapa Za? Ada apa teriak-teriak gak jelas!"

"Eh!!" sejak kapan Mama di depan pintu?

"Gak! Gak apa-apa Ma," jawabku. "Za abis mimpi siang bolong! Eh salah! Sore bolong,"

"Makanya tidur tuh baca doa," balas Mama dari balik pintu kamar Za.

Aku tidak mendengarkan omongan Mama. Mata ku melirik jam dinding di kamar.

"Mati aku dah jam empat!"

Segera Za keluar kamar. Za kaget Mamanya belum beranjak masih berdiri manis di depan pintu kamarnya.

"Lah katanya habis bangun tidur, cepet amat rapinya. Mau ke mana?"

"Ma Za pamit ke rumah tante Wira ya?" gadis itu melesat tanpa mendengarkan jawaban Mamanya. "Bentar aja Ma sejam!" pekik Za cepat-cepat dia turun dari anak tangga rumahnya.

Za keluar rumah dan berteriak mengganggu makan sore Pak Amir supir kesayangannya. Untung aja pak Amir sudah selesai makan.

"Pak cepetan kita kerumah temen Za sekarang!"

Hampir saja air putih Pak Amir muncrat karena dengerin teriakan Za.

"Siap Non!"

###

Sepuluh menit berlalu kini Za berdiri tegak di depan pagar rumah Ar. Pagarnya yang menjulang kokoh membuat Za kaku. Za mati rasa antara berbalik pulang atau membuka pintu gerbangnya. Tentu saja supir Za sudah di minta Za pulang. Gak tega menyuruhnya tetap menunggu di luar. Sebenarnya jarak antara rumah Za dan Ar gak jauh hanya beda satu blok saja. Makanya Orang tua mereka sudah saling kenal entah sejak kapan.

Rumah yang bak manssion itu bisa terlihat walau dari luar tapi tampak sunyi dan sepi.

Za membunyikan Bell sekali. Dua menit dia menunggu tapi tidak ada yang datang. Sekali lagi menekan Bell tiga menit dia menunggu tapi tetap tidak ada yang membukakan gerbang. Za mulai kehabisan kesabaran kali ini Za menekan Bell berkali-kali, mungkin ada sebelas kali. Sampai nafasnya naik turun menahan amarah.

dari Ar hingga Za [END]Where stories live. Discover now