BAB 5 [Kematian yang Mengerikan]

434 142 234
                                    

Seharusnya ini adalah pagi yang indah tapi sayangnya hujan turun terus menerus. Dingin. Dan Za benar-benar malas bangun dari tempat tidurnya. Saat dia duduk masih di tempat tidurnya entah mengapa pandangannya tidak bisa berhenti memandang tirai jendela.

Seseorang bergaun merah panjang berambut hitam lurus kira-kira selutut berkulit pucat dan matanya berwarna kuning sedikit aneh seperti bukan manusia melihat ke arahnya. Tidak bergerak. Hanya gaun dan rambutnya berterbangan di tiup angin. Angin semalam kencang hingga tirai jendela itu menari-nari ke semua arah.

"Huuufh," Za menghela nafas panjang. "Pasti cuma mimpi."

Aku menutup sebagian wajah ku dengan tangan ku.

Mana mungkin ada yang masuk di lantai dua selain lewat pintu bawah gumamku.

Za bangun dari tempat tidurnya. Berjalan keluar balkon kamarnya menunduk melihat tenangnya air hujan yang membasahi kolam renang di rumahnya. Tanpa di sadari bajunya sudah basah kuyup sekarang.

"Non kok hujan-hujanan nanti sakit loh," ucap Bi Ica cemas.

Za tersenyum dan segera masuk, "Sekalian Bi mandi hujan dulu baru mandi di kamar mandi."

"Mentang-mentang belom mandi ya non? Cepetan turun non di tunggu Bapak sama Ibu."

"Tumben?" cicitnya aneh. "Ya ini abis mandi langsung turun."

Selesai mandi mata Za menatap keluar jendela masih asyik melihat hujan, berpakaian seragam sekolah dan sedetik kemudian dia menyambar tas sekolah juga hp kesayangannya. Turun ke meja makan sambil menatap layar hpnya. Dia sempat berhenti untuk beberapa langkah saat di anak tangga. Betapa terkejutnya dia melihat layar handphonenya penuh berita tentang pembunuhan siswa SMU yang tidak di ketahui siapa pelakunya.

Za merinding ngeri dia segera turun bergegas ke meja makan. Tangannya menyentuh sarapan pagi dengan sendok dan garpu.

"Pa berita di media sosial itu beneran? Semalam terjadi pembunuhan?" tanyaku ragu-ragu.

"Papa gak tau, mungkin benar. Kamu harus hati-hati di manapun kamu berada sekarang. Batam tidak aman. Untuk sementara kamu jangan ke mana-mana dulu selain sekolah. Bisa kan?" ucap Papa sambil meletakkan koran pagi di depan mataku.

"Iya Pa."

Tulisan koran itu terlihat jelas di mataku.

'Gadis SMU mati secara mengenaskan. Dan tidak ada saksi mata yang melihat kejadian tersebut.'

Za yakin perempuan itu seusianya. Za gak perlu membacanya di koran. Hpnya sudah banyak berita pembunuhan tersebut.

Dia segera pergi setelah menghabiskan sarapan paginya. Tak lama kemudian Za sampai di sekolah di antar supir kesayangannya. Matanya melirik ke sana ke mari. Masih sepi karena hujan masih setia mengguyur Batam. Jadi gerbang sekolah belum di tutup takut masih banyak yang belum datang. Payungnya sudah melindunginya.

"Hei Za," sapa Vick. Entah dari mana tiba-tiba Vick sudah satu payung dengannya.

"HEI!!" teriak Za kaget.

"Maaf aku membuatmu kaget. Sini payungnya biar aku yang bawa."

"Oh thanks,"

Gak lucu kan kalau Za yang bawa secara badan Za jauh lebih pendek di banding Vick.

"Yuk masuk!"

"Vick kamu udah dari tadi di sebelahku?" tanya Za aneh. "Aku kok gak lihat kamu nyamperin aku?"

"Iya lah gak lihat kamu jalannya sambil bengong."

"Masa'?"

"Iyalah masa' ya iya dong."

dari Ar hingga Za [END]Where stories live. Discover now