BAB 9 [Luka gigitan]

351 128 179
                                    

Za tertidur lelah, hampir dua jam dia tidak sadarkan diri. Bau harum lavender di kamar itu wanginya menusuk tajam di hidung lancip gadis berkulit putih itu.

Ar berdiri mematung tak bergerak di samping Za. Terus-menerus hanya memandang Za. Matanya tak berkedip baik sedetikpun. Sekarang sudah pukul tiga pagi. Kalau sampai pagi Za belum ada di kamar tidur empuknya entah apa yang akan terjadi setelah itu.

Mata Za berkedip pelan, retina matanya masih beradaptasi dengan lampu yang menyala terang dari kamar itu. Za sadar.

"I..ini kamar siapa?" tangannya pelan hampir berbisik.

Dia meraba kepalanya dan meringis sakit, "Awww!! Tangan ku..,"

Za melihat tangan kanannya yang sudah di perban. Dia juga melihat ke depan. Za duduk di sandaran tempat tidurnya yang beralaskan bantal. Jelas ada Ar di sana masih setia berdiri. Ar sama sekali tidak mengatakan apapun.

"Ar di mana aku?" tanyanya parau.

Ar tersenyum miring, "Lain kali kalo mau mati gak usah ke hutan tengah malam, bilang aja ma gua biar gua bunuh lu!"

Ar duduk di sebelah Za. Gadis itu tampak kesal karena Ar memarahinya.

"Suka-suka gua! Ngapain juga lu ada di sana! Pake acara nolongin gua lagi! Gak butuh tau!"

"Terserah lu aja."

"Gua di mana? Di rumah lu ya?"

"Terus di mana lagi? Masak kamar lu!"

Za tidak berkata apa-apa dia baru ingat semua kejadian dua jam yang lalu. Bulu kuduknya berdiri. Ada ketakutan yang dalam di sana. Jelas dia hampir mati kalau Ar tidak cepat menolongnya.

Lalu kenapa Ar tidak terluka sedikitpun?

Dan gimana dia punya kekuatan menghempaskan siluman atau monster jadi-jadian itu ke pohon?

Ar tau Za sedang memikirkan sesuatu. "Kenapa? Mata lu kenapa liatin gua kek gitu?"

"Gimana siluman Rubah itu?" tanyanya Ragu. "Gimana bisa kamu mendorongnya secepat itu?"

"Aku yang membunuhnya."

Za tau Ar tidak lagi bercanda sekarang. Dia menekan tiap kata-katanya secara hati-hati. Dia juga tidak menggunakan lu-gua seperti biasanya.

"Ar kamu bisa masuk penjara karena bunuh man...," Za tidak melanjutkan kata-katanya dia tau orang yang menggigitnya bukan lah manusia biasa.

"Dia bukan manusia. Dan kamu tau itu."

"Dia makhluk apa Ar? Trus gimana bisa kamu sekuat itu?"

"Aku jelasin di perjalanan aja sekarang bangunlah. Kamu harus pulang. Bentar lagi pagi. Pasti kacau kalo orang tua mu melihat kamu gak ada di kamar,"

"Ya ampuuunn! Mati aku. Aku baru inget! Gimana dong!" ujar Za panik.

"Biasa aja, siapa suruh minggat diam-diam. Udah tenang aja gua antar sampe kamar,"

"Enak aja! Gak usah!" tolak Za.

"Oh jadi cuma Vick doang yang boleh masuk kamar lu?"

"A-apa?" tanya Za kaget. "Sejak kapan Vick masuk kamar gua?"

"Kemaren lah! Lu aja yang lupa," ucapnya ketus. "Udah ah buru cepet berdiri mau di antar gak?"

Za cuma menurut dalam diam. Dia berdiri tapi kepalanya masih sempoyongan. Sepertinya dia kekurangan darah. Ar tau dan dia langsung menawarkan tumpangan di punggung lebarnya.

dari Ar hingga Za [END]Where stories live. Discover now