BAB 8 [Keberanian]

343 133 196
                                    

Za sudah di sekolah sekarang. Dia berjalan cepat menerobos semua yang ada di hadapannya. Memang dia tidak pernah peduli pada sekelilingnya tapi sekarang dia lebih tidak peduli lagi. Dia tidak menjawab teguran atau sapaan kawan yang kenal dengannya. Yang ada di fikirannya hanya Vick.

Dia setengah berlari dan saat kedua matanya melihat pintu masuk kelasnya dia masuk lalu melihat Vick duduk manis di sana. Vick tidak berkata apa-apa begitu pula dengan Za. Hanya mata mereka yang saling melihat penuh arti.

"Kita bicara di taman belakang aja," ajak Vick lembut.

Za tidak menjawab dia hanya mengikuti. Langkah kaki mereka terdengar lambat. Tidak ada yang mengikuti mereka hanya mereka berdua.

"Kenapa aku ada di kamar ku? Apa kamu yang membawa ku ke kamar? Gimana caranya?" tanya Za cepat di hadapan Vick.

"Za...," jawab Vick tak pernah lepas dari tatapan matanya.

"Jawab aku jujur dan kasih alasan yang masuk akal kalo mau bohong," potong Za penuh penekanan.

"Aku gak bohong memang aku yang mengantar mu pulang. Memang aku yang menolong mu,"

"Bagaimana caranya? Dengan tangan kosong?" tanya Za penuh selidik.

"Aku kan jago beladiri,"

"Dia pembunuh perempuan yang sama tempo hari kan? Trus kenapa di koran sama media online bilang kalo pembunuhan itu belom ketangkap. Gimana bisa?" tanya Za lagi.

"Trus gimana dengan berita tadi pagi tentang penemuan mayat wanita di jalan raya deket hutan, kita di sana malam itu gimana bisa tidak ada berita apa-apa tentang kita?" Za bertanya dengan suara gemetar seperti menahan tangis. "Dan siapa yang menyerang ku? Siapa Vick? Apa artinya ini Vick?"

Dia tidak menjawab tapi tatapannya tak pernah lepas dari Za.

"Za aku tidak tau siapa yang menyerang kita, sungguh," dusta Vick. "Aku hanya menyelamatkan mu, aku tidak melumpuhkannya karena dia berhasil meloloskan diri Za,"

"Kamu gak jago bohong Vick. Kalo kamu gak mau ngasih tau siapa yang menyerangku, aku yang akan nyari tau sendiri," tegas Za sambil menahan amarahnya. Sesegera itu juga dia pergi dari tempat itu. Berlari meninggalkan Vick yang tetap setia mematung.

###

Di tempat lain, di kamar Za, gadis itu membuka notebooknya. Mencari semua informasi pembunuhan hari itu dan sehari sebelumnya.  Tidak ada petunjuk apa-apa kecuali kematian karena goresan seperti benda tumpul, pisau, pedang. Dua-duanya perempuan remaja enam belas tahun. Dan pelaku pembunuhan itu masih gentayangan di luar sana.

"Apa benar mereka mati karena sayatan pisau?" tanya Za.

"Berfikir Za, berfikir," batin Za menutup kedua matanya.

Dia ingat hari itu hari di mana Vick menolongnya, dia bisa mendengarnya suara hewan itu nyaring di telinganya.

"Harimau itu," pikir Za. Matanya melotot dia yakin yang menyerang dua gadis SMA itu bukan lah manusia tapi hewan lepas. "Tapi siapa yang membekap mulut ku?"

Za melihat jam dindingnya sudah hampir jam dua belas malam gak mungkin dia keluar jam segini. Tapi kalau dia tidak menuntaskan hari ini mungkin akan ada korban lagi besok. Za gak peduli dengan keselamatannya dia keluar dari balkon kamarnya.

"Hufh! Tinggi banget! Untung aku uda ngambil diem-diem tangga di bawah. Mudah-mudahan gak jatuh," batin Za hati-hati saat turun dari tangga kayu.

dari Ar hingga Za [END]Where stories live. Discover now