17. Penampilan Baru

Start from the beginning
                                    

Agil kini telah melajukan mobilnya di keramaian jalan kota metropolitan. Allesya melototkan matanya mendengar penuturan Agil.

“Tapi kok baru kali ini pakai kacamata?”

“Biasanya gue pake softlens. Tapi karena hari ini gue pengen style baru, ya, udah deh pakai aja kacamata daripada nganggur dirumah, kan?”

“Kenapa gue gak sadar, ya, kalo lo itu pake softlens?”

“Lo, sih, jarang mandang gue.”

“Gue ogah, sih, sebenarnya mandang orang yang udah ngehabisin lulur mahal gue.” Jawab Allesya dengan acuh dan mendapat respon dari Agil pelototan mata terkejut.

“Dasar cewek, sukanya ngolok-ngolok aja.” Cibir Agil.

“Ya, nanti kalo ngorek-ngorek jadi congekan, dong.” Jawab Allesya enteng.

“Itu, sih, telinga lo.”

“Lo itu, ya, pagi-pagi ngeselin banget. Bikin orang naik darah aja!” Kesal Allesya.

Agil hanya terkekeh tanpa membalas ucapan Allesya. Ia memilih fokus untuk menyetir mobil di jalan yang mulai ramai.

Setelah perjalanan selama 20 menit itu, kini mereka telah sampai di sekolahnya. Allesya keluar dari mobil meninggalkan Agil.

“Dasar, ya, gak tau terimakasih. Udah ditebengin malah main ninggal gitu aja!” Semprot Agil kepada Allesya.

“Lah, gue gak nyuruh lo buat nebengin gue.” Jawab Allesya sinis dan langsung melanjutkan perjalanannya menuju kelas.

Sepanjang perjalanan banyak yang memandangnya kagum. Ada pula yang memandangnya dengan tak suka. Ia hanya tersenyum kepada orang yang memberi sapaan kepadanya.

“Eh, Allesya!” Panggil Dival. Allesya tersenyum kikuk tatkala Dival menghampirinya. Karena hal tersebut kini banyak siswi yang menatapnya semakin sinis.

“Apaan?” ketus Allesya.

“Ketus banget, sih.” Ucap Dival dengan alis sebelah kiri yang dinaik-turunkan itu.

Allesya menghembuskan nafas jengah, “Udah, deh. Minggir! Gue mau ke kelas. Risih gue di lihatin sinis sama cewek-cewek.”

“Alah biarin aja. Cuewe yang iri, ya, gitu.” Jawab Dival melebih-lebihkan kata ‘cewek’.

Allesya bergidik risih mendengar ucapan Dival.

Lain dengan itu, Agil tengah mengepalkan tangan kirinya. Melihat Allesya yang bersama Dival membuat dirinya semakin tak suka dengan Dival. Ia segera mendatangi dua kubu yang tengah mengobrol tersebut.

“Oh, lo godain Allesya lagi? Emang cewek yang kemarin baru lo godain itu kemana? Apa jangan-jangan udah lo sentuh terus lo buang gitu aja?” Tanya Agil dengan sinis.

Dival menggeram tak suka dengan ucapan Agil. “Mulut busuk lo itu emang perlu gue hancurin. Bayi kurang ajar!” Ucapnya dengan menggenggam tangan kanannya.

“Lo ngomong gitu kayak gak pernah bayi aja.” Jawab Agil santai namun sinis.

Allesya bingung dengan mereka berdua yang sepertinya ada masalah. “Ada apa, sih?” tanya Allesya penasaran. Namun tak ada yang menjawabnya. Keadaan sekeliling tiba-tiba sangat hening. Menyisakan suara Agil, Dival, dan Allesya yang terdengar.

“Perlu gue jelasin lagi. Mulai sekarang jangan pernah lo deketin Allesya!” Tegas Agil.

“Emang lo siapa ngelarang gue?” tanya Dival dengan sinis.

“Lo pengen tau gue siapa? Gue tunangan Allesya!” Pernyataan Agil membuat Dival melotot terkejut, dan juga keadaan yang mulai terdengar bisikan-bisikan dari para siswa-siswi.

Allesya pun sama terkejutnya mendengar penuturan Agil yang begitu gamblang. Memang, mulut Agil harus di beri peredam suara. Agar tidak bisa mengucapkan kata dengan sesuka hatinya.

“Gue gak percaya.” Jawab Rangga tiba-tiba. Allesya semakin terkejut karena adanya Rangga. Ia tidak tahu jika Rangga pun sudah melihat dari awal mula Dival menghampiri Allesya.

Semua orang melihat kearah Rangga. Bingung. Itulah yang mereka tunjukkan.

“Allesya, kamu gak mungkin tunangan sama dia, kan?” tanya Rangga lirih.

Allesya bingung. Allesya menatap Agil. Agil menatap Allesya. Keduanya saling berkomunikasi lewat tatapan mata.

“Jawab, Allesya!” Ucap Rangga dengan mengguncang bahu Allesya.

“Lo gak perlu tau tentang hidup gue. Dan gue juga gak mau tau lagi tentang hidup lo!” Tegas Allesya.

Rangga menatap Allesya dengan sorot tak percaya, “Aku tau kamu cuma pura-pura. Aku tau kamu bukan tunangan dia.”

“Gue muak sama lo. Ibaratnya seperti ini, jika kemarin lo perlakuin gue kayak ratu, maka hari ini lo perlakuin gue kayak sampah. Lo buang gitu aja. Gue gak mau jadi murahan hanya karena manusia yang benar-benar kayak sampah!” Ucap Allesya dengan perasaan yang dongkol.

Allesya bergegas ke kelas dengan melirik orang-orang yang memandangnya sinis. Benar-benar pagi yang sangat kacau.

***

Hayo, lhoo, yang bacanya sering di skip pasti gak tau siapa itu Dival, muehehe.

Jangan lupa tinggalkan jejak. Vote dan komentar yang membangun. Karena menulis tak semudah mengucap kata “next, kak”. Hiya hiya hiya.😂

Jadi, nanti aku selama 7 hari ke depan mungkin ga bisa update, ya. Mau ulangan kenaikan kelas soalnya.

Doain, ya, semoga aku bisa ngerjain ulangan dengan maksimal dan gak bakal tergoda sama si setan kotak alias handphone. Wkwk

Terimakasih untuk yang udah mendukung cerita ini dengan berupa vote dan komentarnya.❤

Follow ig: fateha.nu

ALLESYAWhere stories live. Discover now