PROLOG

4.1K 104 31
                                    

Cahaya sang raja angkasa yang bersinar dengan sempurna pagi ini, disambut oleh dedaunan dan tanah basah sisa hujan kemarin malam. Embuh yang terasa menyejukkan pun menjadi pelengkap di pagi ini. Tidak lupa juga, harum tanah yang masih basah menyeruak begitu saja di Indra penciuman yang membuat rasa tenang begitu terasa didalam hati.

Salah satu aktivitas pagi yang bisa dipilih untuk mengawali hari ini adalah lari pagi. Lari mengelilingi komplek perumahan, atau bisa juga lari memutari taman yang memang biasanya di pagi seperti ini digunakan untuk area lari oleh sebagian orang. Selain gratis, pemicu lain dari sebagain orang memilih berlari mengelilingi komplek rumah atau taman karena dapat mendapatkan udara pagi yang segar. Tidak seperti udara di tempat kebugaran yang kebanyakan berada di indoor.

Perempuan berkaos olahraga yang tadi sempat duduk di kursi teras sebuah rumah, kini berdiri setelah selesai memakai sepatu olahraganya. Perempuan itu menggerakan tubuhnya lagi agar bisa menatap kearah pintu rumahnya yang terbuka lebar. Dia akan sedikit berteriak kepada mamahnya yang memang berada didalam rumah.

"Mah, aku pergi. Assalammualaikum."

"Iya, wa'alaikumsalam."

Karena sudah mendapatkan jawaban dari mamahnya, perempuan berkucir kuda dengan topi berwarna putih yang menutupi kepalanya itu mulai berlari meninggalkan teras rumahnya. Dia terus berlari kecil melewati gerbang rumahnya, lalu berbelok kearah kanan untuk menuju taman komplek rumahnya yang lumayan jauh dari sini.

"Neng, pagi banget larinya?"

Perempuan yang wajahnya hanya terlihat sebagain karena tertutupi oleh topi yang dikenakannya itu berhenti sebentar, lalu menampilkan senyum kecilnya kearah seorang pria paruh baya yang menjadi satpam salah satu tetangganya. "Iya, pak. Entar kalo kesiangan aku udah males. Kalo udah gitu, aku gak bisa dong punya tubuh sehat kaya bapak." Ujarnya sambil masih memperlihatkan senyumannya.

"Ah, eneng bisa aja kalo ngomong." Satpam yang berdiri didepan gerbang sebuah rumah itu tertawa pelan menanggapi ucapan perempuan tadi. "Kalo gitu hati-hati, neng!" Pesannya.

"Siap, pak. Aku duluan!" Perempuan itu kembali berlari kecil. Dia juga tidak lupa untuk memasang earphone di telinganya setelah benar-benar meninggalkan satpam tadi yang tersenyum saja sambil menggelengkan kepalanya.

Masih sambil berlari kecil, perempuan itu memejamkan matanya untuk menikmati lagu yang berputar dari ponselnya. Perempuan tersebut juga mulai menghirup dalam udara pagi yang bercampur dengan bau tanah basah sisa hujan kemarin malam.

Berbicara mengenai hujan, perempuan itu mulai tidak menyukai hujan yang menurutnya hanya membawa kenangan buruk tentang masa lalunya. Dia tidak suka mengingat masa enam tahun silam, karena itu tidak akan merubah sesuatu yang telah dia lewati selama ini, justru hanya akan membuat kerinduan didalam hatinya semakin mendalam tanpa bisa terbalaskan.

Tin... Tin... Tin...

Perempuan tadi secara otomatis segera membuka kedua kelopak matanya setelah mendengar bunyi klakson tadk. Kemudian dia melepaskan earphone dari telinganya sampai benda tersebut menggelantung di lehernya.

Dahi perempuan itu mengerut bingung melihat sebuah mobil yang berhenti disampingnya. Dia tidak tahu yang berada didalam mobil tersebut siapa, dan apa yang membuat pengendara mobil itu berhenti disampingnya.

"Pagi, Liana Clairin Nathas."

Liana, perempuan yang berdiri itu menghembuskan napasnya kasar sambil tersenyum kecil setelah kaca mobil tersebut terbuka, memperlihatkan si pengendara mobil yang ternyata adalah Bela, sahabatnya.

"Gue pikir tadi siapa." Liana berujar sambil sedikit memukul kepada Bela yang membuat Bela meringis pelan. "Mobil baru, nih, ceritanya?" Tanyanya sambil menatap mobil yang terlihat masih baru itu.

Ex Boyfriend | Jung JaehyunTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon