Manja

190 16 14
                                    

Vote yaa ... 😉

💘



Tidak seperti malam biasanya, selepas menunaikan ibadah sholat isya’ Sakila ikut bergabung dengan ke dua orang tuanya yang tengah menyaksikan acara televisi. Sakila bergabung dengan wajah sedikit muram serta ponsel yang tak pernah lepas dari genggaman tangannya. Di sana pun dia tidak menonton acara televisi melainkan terus menerus melihat ke layar ponselnya seolah tengah menunggu panggilan seseorang.

“Kamu kenapa sih Kak, gelisah banget dari tadi?” tanya sang Ibu membuatnya mengalihkan pandangannya menatap Rianti.

“Tumben gak vidio call sama suamimu, dia lembur apa gimana?” tanya Hilman tepat pada sasaran

Sejak sore tadi memang Andra tak memberinya kabar setelah mengatakan kalau dia mau makan bersama Niko. Andra pun tak mengatakan jika malam ini dirinya akan lembur dan itu membuat Sakila gelisah malam ini.

“Enggak tahu, Yah. Biasanya kalau lembur juga pasti kasih tahu.” Jawab Sakila lesu

“Sudah kamu tanya?” tanya Hilman kembali

“Sudah, Cuma gak dibales.” Jawab Sakila lesu

“Yasudah berarti emang lagi sibuk.” Ujar Hilman menenangkan sementara Sakila hanua mengangguk seraya menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa lalu mengelus perutnya yang mulai membuncit.

“Assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam”

Rei datang dengan wajahnya yang terlihat begitu lelah. Di mulai dari Hilman, Rei mencium tangan keluarganya lalu duduk di samping sang Mamah.

“Sudah sholat belum?” tanya Rianti seraya mengelus kepala putera bungsunya dengan sayang sontak membuat Rei secara spontan bersandar pada pundak Rianti mencari sebuah kenyamanan.

“Sudah, Mah.”

“Makan udah?”

“Udah tadi ditraktir sama dokter Lando” sang Mamah hanya menganggukkan kepalanya mengerti.

“Tumbenan si Kakak ada di sini, biasanya ngamar?” tanya Rei menatap Sakila yang masug terus menglus perutnya. “Gak dapet telpon ya dari Mas Andra jadi galau.” Godanya seraya mencolek lengan Sakila usil.

“Apaan sih.” Desisnya membuat Rei tertawa.

‘Ddrrrrrttt …’

Rei masih tertawa ketika meraih ponselnya yang bergetar di saku jaketnya. Sebuah pesan masuk ia terima. Seketika dia langsung meluruskan punggungnya ketika membaca isi pesan itu membuat keluarganya menatapnya heran.

“Ada apa?” tanya Hilman

Rei menatap keluarganya satu persatu dengan gerakan cepat dia langsung menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku jaketnya.

“Ah itu ee dari dokter Lando, Rei harus ke rumah sakit sekarang. Pasien … pasien yang sore tadi kecelakaan kritis katanya jadi Rei harus ke sana.” Jawab Rei sedikit gagap

“Bakal lembur malam ini?” tanya Rianti

“Enggak kok Mah, kalau udah selesai Rei langsung pulang kok” jawab Rei

“Yakin dari rumah sakit bukan dari pacarnya?” tanya Sakila tak percaya

“Pacar dari mana, sekali jatuh cinta ditolak.” Balas Rei

“Lah lagian kamu suka sama si Mei kayak kamu suka ke Kakak tahu gak.” Ujar Sakil sementara orang tua mereka yang sudah tahu tentang perasaan sebelah dari Rei untuk Mei hanya bisa diam.

“Udah ah Rei mau pergi dulu. Gak bakalan lama, doain aja semoga gak macet.” Ujar Rei berdiri meraih kunci mobil yang sebelumnya ia simpan di atas meja ketika dia datang tadi.

“Eh Rei, beliin lumpia basah dong. Kakak pengen.” Pinta Sakil

“Nonton di mana lagi itu lumpia? Malam-malam gini susah Kak, besok ajalah.” Ujar Rei

“Tadi si Mei bikin story makan lumpia kayaknya enak. Beliin ya, buat ponakan-ponakanmu ini juga. Yaaa” ujar Sakila seraya memasang wajah melasnya membuat Rei kembali menghembuskan nafasnya pasrah. Seperti biasa.

“Kalau udah pake ponakan kok berat ya nolaknya. Ya udah tungguin aja. Rei berangkat sekarang udah ditunggu. Assalamualaikum.” Pamit Rei yang langsung pergi begitu saja.

Sakila kembali melihat ke layar ponselnya, masih sama. Tidak ada pemberitahuan dari Andra membuatnya hanya menghela nafas untuk kesekian kali yang diiringi dengan gelengan dari orang tuanya.

💘

Rei bersyukur karena jalanan malam ini tidak terlalu macet sehingga dia bisa sampai tidak terlalu lama. Kini mobil putihnya sudah terparkir dengan rapi di pelataran bandara Soekarno Hatta. Langsung saja Rei keluar dari mobil dan segera memasuki bandara.

Di sana, tepat di pintu masuk bandara berdiri seorang pria yang berpakaian kasual dengan tas ransel yang menmpel di punggungnya. Tersenyum lebar setelah melihat Rei sementara itu Rei langsung menghampirinya dan mencium punggung tangannya tak lupa sang pria memberi rangkulan hangat layaknua seorang Kakak.

Rei berbohong ketika dia mengatakan akan kembali ke rumah sakit karena pesan dari dokter seniornya. Yang sebenarnya adalah Andra memintanya untik menjemputnya di bandara dan merahasiakan kedatangannya pada Sakila.

Setelah tiga bulan Andea bersusah payah untuk menyelesaikan pekerjaannya akhirnya dia bisa mengambil cuti panjang. Menghabiskan libur semester bersama isterinya karena libur semester bulan-bulan lalu ia disibukkan dengan urusan kantor dan juga café yang dia kelola membuat waktunya tersita banyak. Dan pada bulan ini dia benar-benar bekerja keras untuk segera menyelesaikan pekerjaannya agar dia bisa mengambil cuti demo bertemu dengam isteri yang begitu ia rindukan.

Andra memasukkan ranselnya di kursi bagian belakang sebelum dia duduk di kursi penumpang dengan Rei yang sudah duduk di balik kemudi.

“Gimana kuliah kamu?” tanya Andra ketika Rei mulai menjalankan mobilnya.

“Lagi koas sih Mas, tapi kuliah yaa dijalani aja. Lancar tapi.” Jawab Rei seraya tersenyum lebar

“Mamah sama Ayah sehat?” tanya Andra kembali

“Alhamdulillah sehat Mas.” Jawab Rei lalu menoleh hanya untuk sekedar meneliti Andra sebelum kembali fokus pada jalan raya. “Kalau Mas kayaknya yang kurang sehat. Badan kurus gini. Penyakit rindu memang paling ampuh buat diet ya Mas.” Canda Rei yang tentu saja membuat Andra terkekeh.

Berat badan Andra memang turun beberapa kilo. Selama tiga bukan ini dia tidak begitu mengatur pola makannya. Dia hanya akan makan jika dia ingat selebihnya dia fokus untuk bekerja.

“Kakakmu bagaimana? Sehat-sehatkan?” tanya Andra

“Kak Sakil jangan ditanya. Banyak maunya dia, apa-apa Rei. Manja banget.” Adu Rei “Tadi aja Kak Sakil kusut banget gak dapet kabar dari Mas.” Ujar Rei membuat Andra tersenyum.

“Maafkan Mas ya, gara-gara Mas kamu jadi repot.” Ujar Andra

“Haha asal ATM gendut aja.” Canda Rei yang membuat Andra ikut tertawa. “Bercanda Mas, Rei seneng kok. Ini juga buat ponakan-ponakan Rei. Dan satu lagi, Mas gak perlu ngirim uang ke Rei.” Ujar Rei yang memang setiap bulan Andra selalu mengirimkan uang untuk Rei.

“Buat jajan kamu. Lumayan buat beli bensin.” Ujar Andra

“Masalahnya Rei keenakan kalau dikasih mulu.” Ujar Rei diiringi tawa kecilnya

“Ini gak langsung pulang?” tanya Andra ketika Rei terus maju lurus yang seharusnya mereka belok ke kanan jalan untuk pulang.

“Ini tadi Kak Sakil minta lumpia. Biasanya di depan sana ada.” Jawab Rei

Andra tersenyum hanya mendengar nama isterinya yang tengah ngidam anak pertamanya.

“Sakil sudah ngidam apa aja?” tanya Andra begitu tertarik

“Banyak. Dia mah gak tahu ngidam apa emang doyan. Setiap Kak Sakil nonton TV terus ada makanan langsung dia minta. Atau lihat unggahan orang. Makanya kalau bisa Kak Sakil harus jauh dari TV sama Hp.” Ujar Rei yang tak menghilangkan senyuman yang bertengger manis di bibir Andra.

“Sudah banyak hal yang Mas lewatkan sepertinya.” Ujar Andra terdengar sedih

Rei melirik Andra sekilas, ada rasa sedikit kasihan ketika menatap Kakak iparnya ini. “Yaaa ... inikan juga bukan keinginan Mas. Allah sudah mengaturnya. Ini lebih baik dari pada dulu Mas benar-benar mengucap ijab kobul atas nama perempuan lain. Rei rasa itu akan menjadi penyesalan yang tidak ada ujungnya.” Ujar Rei diselingi tawa kecil bermaksud agar Andra tak tersinggung.

Andra terkekeh sebelum menghela nafas panjang. “Sampai sekarangpun Mas masih kecewa pada diri Mas sendiri. Betapa bodohnya Mas dulu yang lemah dengan tangisan Kakakmu itu. Seharusnya dulu Mas tegas, tak peduli dengan tangisan Sakil meskipun dia meraung-raung. Dan mungkin karena emosi Mas juga yang sedang dikendalikan setan makanya Mas menyetujuinya.”

Kali ini Rei yang menghela nafas. “Semua sudah menjadi masa lalu, biarkanlah. Yang terpenting sekarang semua baik-baik saja. Kak Sakil isteri Mas satu-satunya dan sekarang kalian sedang menanti anak kalian yang sudah ditunggu banyak orang.” Ujar Rei sebagai penghibur membuat Andra tersenyum, merasa beruntung memeliki adik ipar yang tumbuh dengan baik layaknya sang Kakak.

“Oh itu lumpia. Akhirnya.” Seru Rei ketika melihat pedangan kaki lima dengan gerobak yang bertuliskan “Lumpia Basah”.

Rei pun segera meemarkirkan mobilnya dan mereka turun basah segera memesan lumpia basah keinginan Sakila.

💘

Sesampainya di rumah, Hilman dan Rianti yang masih berada di ruang TV terkejut melihat kedatangan Andra yang memang tak bilang terlebih dahulu jika dia akan pulang. Hilman begitu senang mendapati menantunya datang sementara Rianti hanya menyapa ala kadarnya berbeda jauh dengan yang terdahulu. Dia akan antusias dengan kedatangan Andra. Rasa kesal pada Andra maupun keluarganya rupanya masih membekas dalam benaknya. Andrapun memakluminya itu artinya sudah menjadi tugasnya untuk kembali mendapatkan perhatian dari mertuanya.

Di sana sudah tidak ada Sakila, Hilman mengatakan jika dia akan menunggu di kamar. Andra pun meminta izin untuk pergi menemui isteri yang begitu ia rindukan dan tentu saja mereka segera mempersilahkan bahkan Rei sempat memberikan godaan padanya yang hanya dibalas Andra dengan tawa khasnya.

Perlahan Andra membuka kenop pintu kamar yang tak terkunci. Andra mematung di ambang pintu, wajahnya berseri mendapati isterinya telah tidur begitu nyenyak di sana. Dia tersenyum semakin lebar ketika melihat ke dua tangannya masih memegangi ponselnya. Rupanya Rei benar, jika isteri tercintanya ini menunggu kabar darinya. Sungguh menggemaskan, pikirnya.
Andra menutup kembali pintu kamar dengan perlahan. Dia mendekati sang isteri dengan senyuman yang tak pernah surut. Ke dua matanya memancarkan kerinduan serta sayang hang begitu mendalam. Duduk di tepi ranjang dengan perlahan, senyumannya semakin merekah ketika ia kembali bisa memandang wajah Sakil tanpa penghalang layar ponsel. Semakin lebar ketika melihat ke arah perut Sakila yang mulau membuncit, perlahan tangannya terjulur dengan sendirinya untuk menyentuh perut isterinya di mana ke dua buah hatinya bersemayam di sana. Hatinya menghangat ketika memikirkan itu.

“Assalamualaikum Sakila, isteriku” Bisiknya lirih dengan tangannya menyentuh lembut rahang Sakila berikut dengan ibu jarinya yang mengelus lembut pipinya yang semakin gembil.

“Sakila Naufa Azmi, bangunlah. Katanya adek-adek mau lumpia.” Ujarnya kembali yang kali ini berhasil mengganggu tidur Sakila dengan gerakan kepalanya tiba-tiba mungkin elusan Andra terasa geli untuknya.

“Bangun sayang.” Bisik Andra kembali.

Secara perlahan, Sakila membuka ke dua matanya. Masih setengah sadar dia hanya menatap Andra dalam diam, tak ada sepatah katapun darinya bahkan ekspresinya pum datar meskipun kini Andra melebarkan senyumannya.

Dia mengerjapkan ke dua matanya lagi. “Asstaghfirulloh, Cuma karena tidak ada kabar dari Mas Andra aku sampai berhalusinasi.” Ujarnya seraya menyapukan ke dua tangannya pada wajahnya membuat Andra terkekeh dan itu membuat Sakila menyingkirkan ke dua tangannya dari wajahnya kembali mengamati wajah suaminya.

“Kamu tidak sedang berhalusinasi sayang, ini memang aku, suamimu.” Ujar Andra seraya menyentuh kembali rahang Sakila lembut membuat Sakila berkejap lucu.

“Mas .. Andra?”

“Iya isteriku, ini Masmu, suamimu pulang.” Ujar Andra kembali tersenyum

Dan seketika itu pula Sakila menangis, dengan cepat ia bangun dan langsung memeluk erat tubuh tegap sang suami yang sudah lama tak ia temui. Andrapun sama, dengan sepenuh hati dia membalas pelukan Sakila dengan mengelus kepala Sakila dengan lembut.

“Sakil rindu Mas.” Lirih Sakila yang dibalas dengan kecupan sayang di kepala Sakila.

“Sekarang kamu berisi ya?” ujar Andra yang membuat Sakil langsung melepaskan pelukannya dan menatap Andra dengan wajah yang sedikit ditekuk.

“Anak-anakmu minta makan terus.” Ujar Sakil seraya memukul pelan lengan Andra yang membuat sang empu tertawa namun tak urung kembali mencium kening Sakil.

“Mas kok pulang gak ngasih tahu dulu? Gak ada kabar sama sekali lagi, bikin khawatir tahu gak.” Gerutu Sakil

“Biar jadi kejutan buat kamu sama sikembar.” Ujar Andra yang langsung menyentuh perut Sakil yang tertutupi oleh baju tidur membuat Sakil sedikit menegang namun seketika terasa hangat.

“Assalamualaikum adek-adek yang soleh dan solihah apa kabar, sayang? Ini sama Abi.” Ujar Andra tepat di depan perut Sakil dengan tangan masih aktif mengelus membuat Sakil bahagia seketika.

“Udah keliatan ya, jadwal periksa kapan lagi?” tanya Andra kembali menatap Sakila

“Bulan depan”

“Nanti kita USG ya, Mas pengen lihat mereka.” Ujar Andra kembali menatap perut Sakila sementara Sakila hanya mengangguk menurut.

“Oh ya katanya mau lumpia, itu di luar. Mau makan di luar apa dibawa ke sini?” tanya Andra kembal meluruskan punggungnya menatap Sakila sepenuhnya

Dengan senyuman manjanya Sakila berkata, “di kamar, ya?”

Andra terkekeh sejenak, “kali ini saja, ya.” Ujarnya seraya mengelus kepalanya. “Yaudah bentar ya Mas ambilkan dulu.” Ujar Andra seraya berdiri namun baru saja membalikkan badannya Sakila kembali memanggilnya membuat Andra menaikkan salah satu alisnya bertanya.

“Belum salim.” Ujarnya  manja yang sontak membuat Andra tertawa.

Ketika mereka yang saling mencintai dipersatukan kembali maka kerinduanlah yang mereka lepaskan menyisakan sebuah kebahagiaan yang hanya mereka rasakan. Begitu pun yang kini Andra serta Sakil rasakan. Setelah apa yang sudah terjadi pada rumah tangga yang hampir hancur karena orang ketiga namun karena kekuatan cinta serta hebatnya takdir, kebahagiaan mereka tetaplah milik mereka. Mereka kembali bersatu dalam ikatan suci, diberi tanggung jawab untuk menjaga rasa itu bahkan kini mereka dipercaya untuk menjadi orang tua.

Keajaiban akan datang pada mereka yang sabar menanti dan pada mereka yang percaya pada ketentuan Allah.

💘

Keesokan harinya, satu hal yang membuat Andra sedikit terkejut dan serba salah adalah menghadapi Sakila yang tengah muntah-muntah karena morning sick yang ia alami. Dia mengetahui jika hal ini sering terjadi pada wanita hamil dan membuatnya berfikir jika dia bisa mengatasi tetapi setelah dia mengalaminya sendiri, dia kualahan.

Sejak selepas sholat subuh Sakil terus mual-mual, beberapa kali memuntahkan apa yang ada di dalam perutnya meskipun hanya cairan asam yang sama sekali tak mengenakan. Andra yang baru pertama kali mengetahui jika isterinya mengalami hal ini hanya bisa terus berada di samping Sakil, memijat tengkuknya maupun memberikan pelukan ketenangan untuk samg isteri.

“Anak-anak Abi yang soleh dan solihah, udah ya. Kasihan Ibu, Ibu udah capek, lemes mending kalian minta sesuatu nanti sama Abi turuti deh asal udah ya, Ibu udah lemes banget.” Ujar Andra memelas seraya mengelus perut Sakila yang kini bersandar manja pada dada Andra.

“Kalau pagi kayak gini? Sejak bulan ke berapa? Katanya baik-baik aja?” tanya Andra kini berpindah mengelus pelipis Sakila yang basah karena keringat dingin.

“Dari bulan ke dua udah sering muntah.” Jawab Sakil

“Kok gak pernah bilang sama Mas?”

Sakil menghela nafas lelah sebelum mengeratkan pelukannya pada tubuh Andra. “Nanti Mas khawatir.”

“Asstaghfirrulloh, sayang. Pikiran kamu itu ya. Selama ini Mas tenang-tenang aja karena Mas tahu kamu gak mungkin bohong. Kalau tahu kamu seperti in, sudah sejak lama Mas ambil cuti panjang.” Ujar Andra sedikit kesal

“Tuhkan, kalau Mas ambil cutinya dari kemaren kerjaan Mas bakal numpuk banget. Lagian Sakil sama sikembar baik-baik saja, ada Mamah, Ayah sama Rei juga yang dua puluh empat jam ada.” Ujar Sakil membuat Andra menghembuskan nafas lelah.

“Lain kali bilang yang sebenarnya Mas gak suka kamu bohong meskipun niatmu baik.” Ujar Andra sementara Sakil hanya diam dan memejamkan ke dua matanya falam rengkuhan dada sang suami yang sesekali ia mengendusnya, mencium aroma Andra yang selalu ia rindukan.

“Mas wangi. Sakil suka.” Desisnya membuat Andra terkekeh.

“Jangan goda Mas deh, masih pagi.” Ujar Andra yang juga membuat Sakil tertawa.

“Mau sarapan apa?” tanya Sakil

“Nanti saja Mas cari sendiri. Sekarang mau kamu apa, tiduran apa ke luar?” tanya Andra

“Kayak gini dulu, boleh? Sakil kangen.” Lirihnya yang tentu saja membuat Andra bahagia merasa dimiliki

“10 menit lagi kita keluar, kamu sama sikembar butuh sarapan.” Ujar Andra seraya memeluk Sakila penuh sayang begitu pula dengan Sakila yang merasa kenyamanan yang sudah lama ia rindukan. Berada dalam pelulan sang suami tersayang.

💘

Hari ini ada yang berbeda dari Sakila. Sakila yang dewasa entah pergi ke mana. Sejak ia bangun tidur, dia tidak bisa lepas dari sang suami. Dia selalu ingin berada di dekat Andra dan Andra selalu diminta untuk tidak pergi jauh-jauh meskipun hanya pergi ke teras untuk berbincang dengan Ayahnya. Sakil tak mengizinkannya. Jika dia berada di kamar maka Andra harus ada di kamar, begitupun jika dia berada di ruang tv maka Andra harus mengikutinya. Semua keluarganya mengira ini bukanlah permintaan sikembar tetapi Ibunya yang tentu saja disangkal mentah-mentah oleh Sakil yang mengatakan dengan lantang jika ini permintaan sikembar yang tak ingin jauh dari Abinya.

Seperti sore ini, Sakil meminta pergi jalan-jalan mencari buah padahal di kulkas masih banyak buah yang tersisa. Tetapi Sakil tetap keukeuh mengatakan jika buah-buahan tinggal sedikit lagi. Alsan untuk pergi ke luar.

“Rei gak ngerti sama Kak Sakil kenapa bisa manja banget gitu. Rei paham orang yang ngidam memang sensitif, moody-an. Tapi Rei gak nyangka kalau Kak Sakil bakal kayak gini, Mas Andra yang sabar aja ya.” Ujar Rei pada Andra ketika mereka tengah mengobrol di ruang tengah.

Andra baru saja keluar dari kamar setelah selesai bersiap, menunggu Sakil yang masih berhias.

Andra tersenyum, “Mas malah seneng. Selama ini Sakil tidak banyak meminta, dia suka mendem sendiri.” Ujar Andra

“Mas Andra ayo.” Ujar Sakil datang mengenakan gamis biru langit yang dipadukan dengan kerudung berwarna biru dongker. “Rei, kamu udah pulang ternyata.”

“Manja banget sih kamu Kak. Mentang-mentang suaminya datang, ya.”

“Manja sama suami sendiri berpahala tahu gak.” Ujar Sakila, “ayo Mas berangkat keburu maghrib nanti.” Ajak Sakil

Dengan patuh Andra langsung berdiri dari nyamannya sofa. Jika boleh jujur, Andra begitu lelah. Dalam beberapa minggu ini dia kurang istirahat karena waktunya yang ia gunakan untuk menyelesaikan tugasnya. Setelah selesai, dia langasung bertolak ke Jakarta untuk menemui isterinya dan sampai sekarang dia belum juga istirahat. Seharian dia menuruti apa mau sang isteri. Berbincang tak habis waktu, menemaninya merujak buah, makan, bahkan tadi siang dia meminta Andra membuatkannya nasi goreng sampai Sakila menangis karena Rianti yang mengomelinya mengingatkannya jika Andra juga lelah.

Namun, mungkin karena ia sedang mengandung Sakil seolah lupa bagaimana menjadi isteri yang pengertian yang dia inginkan hanyalah apa yang ia mau harus terwujud.

“Mamah sama Ayah di mana?” tanya Andra yang bermaksud ingin berpamitan terlebih dahulu.

“Mamah sama Ayah lagi di kamar, tadi Sakil sudah bilang kok sama Mamah kalau mau pergi.” Jawab Sakila

“Ya sudah kita pergi sekarang. Rei pergi dulu ya.” Pamit Andra pada Rei yang hanya ditanggapi dengan anggukan kepala seraya melihat kepergian Andra dan Sakila. Memperhatikan Kakaknya yang tak mau melepas lengan Andra seinci pun membuatnya menggelengkan kepala.

“Gak mau pisah gitu sok-sokan mau dimadu.” Cibirnya kemudian.

💘

Sesampainya di pusat pemberlanjaan Sakila langsung membawa Andra ke supermarket. Dengan inisiatif sendiri Andra membawa troli sementara Sakil sibuk memilih mana yang ingin dia beli. Hampir semua jenis buah Sakil ambil, dia yang memang menyukai buah-buahan dan ngidam pun dia begitu menggilai buah. Selain itu dia hanya mengambil beberapa cemilan serta biskuit.

“Mas, mau dimasakin apa?” tanya Sakil ketika mereka berjalan di area sayuran dan juga daging.

“Capcay ya, Mas pengen itu terus semur daging kayaknya enak, hmm bacem tempe tahu juga enak. Soto babat juga enak.” Ujar Andra yang entah sadar atau tidak yang pasti jawabannya membuat Sakil menatap sang suami tak percaya.

“Mas benar-benar mau makan itu semua?” tanya Sakil membuat Andra menatap Sakila karena sejak tadi dia terus mengitari seisi area ini.

“Kayaknya enak, Mas pengen.” Ujarnya membuat Sakil mengangguk ragu.

Dan pada akhirnya pun mereka membeli bahan makanan yang diinginkan Andra tadi.

💘

Setelah puas beberlanja mereka memutuskan untuk pulang karena sebentar lagi adzan maghrib akan berkumandang. Baru saja beberapa meter setelah keluar dari supermarket mereka dikejutkan dengan kehadiran seorang pria yang tentu saja dikenal baik oleh ke duanya.

Arga berdiri di sana, di hadapan mereka yang juga terlihat terkejut sama sepertinya.

“Sakila, Pak Andra?” panggilnya

“Kak Arga, apa kabar?” tanya Sakila ramah dengan senyuman seraya menatap perempuan berhijab hitam yang berdiri manis di samping Arga. Ya, dia datang bersama seorang perempuan yang begitu cantik.

“Alhamdulillah baik, Sak. Kamu apa kabar?” tanya Arga namun setelah dia mengamati perut Sakila uang sedikit menonjol dia langsung menebak, “kamu hamil?”

Sontak saja Sakila tersenyum lebar seraya mengelus perutnya. “Alhamdulillah iya, Kak. Mohon doanya ya semoga lancar sampai persalinan nanti.” Ujar Sakila

“Iya, aku doakan semoga semua lancar. Kamu perempuan yang solihah in syaa Allah, Allah akan mempermudah semuanya. Selamat ya. Selamat Pak, sudah mau jadi Bapak.” Ujar Arga tulus seraya tersenyum ke arah Sakila dan juga Andra sementara Andra hanya menganggukkan kepalanya.

“Oh iya kebetulan kita ketemu di sini. Rencananya lusa aku mau ke rumah.” Ujar Arga yang membuat Sakila mengerutkan keningnya, ditatapnya Andra sebentar sebelum kembali menatap Arga

“Kenalkan ini Alifa, calon isteriku. In syaa Allah minggu depan kami akan menikah, mohon doa restunya  karena aku gak bawa undangan besok aku kirim ke rumah, ya “ ujar Arga yang sontak membuat Sakila terkejut begitu pula dengan Andra namun detik berikutnya mereka tersenyum bahagia.

“Dan Alifa, ini Sakila. Dia,” Arga memberi jeda ketika memperkenalkan Sakila pada Alifa membuat Sakila dan juga Andra seketika melunturkan senyumnya. “Dia juniorku waktu SMA dan ini suaminya Pak Andra beliau ini guruku waktu sekolah SMA.” Jelas Arga tanpa ragu

Alifa tersenyum seraya menyatukan kedua telapak tangannya memberi salam. “Salam kenal, saya Alifa.” Yang dibalas dengan Sakila tak kalah ramah

“Alhamdulillah, selamat ya. Semoga berbahagia.” Ujar Andra

“Aamiin. Makasih Pak.”

“MasyaaAllah Kak, Sakil ikut bahagia dengarnya. Selamat ya buat Kak Arga dan Kak Alifa.” Ujar Sakil begitu riang membuat Arga dan juga Alifa langsung melebarkan senyumnya.

“Ya sudah ini sudah mau maghrib, kami pulang dulu. Sekali lagi selamat atas pernikahan kalian.” Ujar Andra menutup pertemuan mereka.

Setelah berpamitan Andra kembali menggandeng Sakila untuk meninggalkan pusat pemberlanjaan.

💘

Sesampainya di rumah pas adzan maghrib berkumandang. Masih dengan pembicaraan yang sama, Sakil masih membicarakan mengenai pernikahan Arga sementara Andra hanya bisa mendengarkan isterinya yamg begitu semangat ingin menghadiri undangan itu. Bahkan dia sudah mulai mencari baju pasangan.

“Pokoknya nanti kita pake baju yang sama ya Mas.” Ujar Sakil seraya masuk ke dalam rumah setelah Andra mengucapkan salam.

“Iya, atur saja sama kamu.” Ujar Andra yang mencoba sabar. Sebenarnya dia sedikit terkejut dengan perubahan isterinya yang menjadi begitu cerewet tetapi dia akan menikmatinya. Menurutnya ini lebih baik dari pada Sakil yang dahulu yang menyimpan semuanya seorang diri.

“Mas mau nyimpan belanjaan dulu ke dapur, kamu ke kamar ambil wudhu dan siapkan baju koko buat Mas, mumpung belum khomad masih keburu buat sholat di masjid.” Ujar Andra menjelaskan perintahnya

“Iya Mas,” ujar Sakila tersenyum

Langkah mereka terhenti ketika memasuki ruang tengah, kaki Sakil membeku seketika sementara Andra hanya bisa diam memperhatikan isterinya dan juga seluruh orang yang berada di ruangan ini. Hatinya hanya bisa berharap jika semua akan kembali semula. Semua akan lebih baik dari sebelumnya, itu harapan terbesarnya.



To be continued …



Thu, 11 Apr 2019 09.12 AM
Mon, 29 Apr 2019 06.37 AM
Bluelfairy-Nanayulia

P E R F E C TWhere stories live. Discover now