Reuni

125 8 5
                                    

Budidayakan Vote ya, kawan ..


Setelah selesai menunaikan ibadah sholat wajib serta sunnah. Kami semua kembali berkumpul di ruang keluarga dengan suara TV yang menemani serta beberapa camilan dan minuman segar yang tersediakan. Namun, tidak denganku. Setelah selesai sholat dan baru saja aku ke luar dari mushola, Fadli lebih dulu menarik tanganku membawaku masuk ke dalam kamar. Dia menagih mobil kardus yang sudah aku janjikan. Dengan senang hati aku melayaninya.

Setelah aku selesai membuatkan dia mainan mobil-mobilan yang terbuat dari kardus tersebut, kami pun langsung ke luar dari kamar, bergabung dengan yang lainnya.

“Ibu …. Lihat Fadli punya mainan balu.” Seru Fadli dengan riangnya berlari menuju sang Ibu yang sedang becengkerama dengan yang lainnya. Di sana pun aku lihat masih ada Rani yang duduk tepat di samping Risa.

Aku memicingkan mataku ketika melihat Mas Andra beranjak dari tempat duduknya dan melangkah pergi ke dapur. Aku tak menghiraukannya dan ikut bergabung dengan keluarga Mas Andra. Duduk di samping Fadli yang kini sudah asik dengan mainannya.

“Kamu kreatif, belajar dari mana?” tanya Risa

Aku tersenyum, “dulu suka bantuin adek pas dia dapat tugas kerajinan tangan.” Jawabku

“Mainan Fadli bagus, siapa yang kasih sayang?” tanya Farhan

“Tate …” Fadli terdiam, dia menatapku dengan mengedipkan ke dua matanya lucu. Sangat menggemaskan.

“Hayo Tante siapa? Masa Fadli gak tahu padahal udah dibuatin mainan, lho.” Farhan menggoda membuat batita ini terus memandangiku lalu menatap sang Ibu meminta pertolongan

“Bu, Tate siapa namanya?” tanya Fadli

“Coba tanya sendiri sama Tantenya.” Pinta Risa membuat Fadli kembali menolehkan pandangannya padaku.

“Tate, Tate siapa namanya?” tanyanya menggemaskan.

Aku tersenyum, “Sakila, Tante Sakila.” Jawabku

Fadli menganggukkan kepalanya berulang kali lalu kembali menatap sang Ayah. “Tate Sakila, Ayah.” Adunya menggemaskan.

“Lucu banget sih kamu Dek.” Ujarku sambil mencubit pipi tembamnya gemas

Tak lama kemudian Mas Andra datang membawakan sepiring nasi serta lauk pauk dan segelas air putih. Aku mengernyitkan dahiku. Mas Andra sudah lapar lagi?

“Mas lapar? Kenapa gak bilang, tahu gitu Sakil yang ambilin.” Ujarku pada Mas Andra ketika dirinya sudah duduk di sampingku.

“Ini makan.” Aku semakin bingung ketika Mas Andra menyodorkan sepiring itu kepadaku dan menyimpan segelas air putih di depannya.

Tanpa tahu apa pun maksudnya, aku tetap menerimanya.

“Makanlah. Tadi kamu baru lima sendok terus main sama Fadli. Sekarang makan ini.” Jelasnya yang membuatku terdiam, sedikit terkejut. Aku akui Mas Andra memang suami yang perhatian tetapi ketika mendapatkan perhatian yang begitu detil seperti dia tahu berapa kali aku memasukkan makanan ke dalam lambungku. Itu sungguh membuatku membuncah.

“Duh. Perhatiannya suami satu ini.” Goda Farhan yang membuatku malu karena yang lain juga tertawa menggoda.

“Suami seharusnya emang gitu gak Cuma minta dilayani. Contoh nih Andra.” Ujar Risa yang membuat Farhan berhenti tertawa.

“Aku juga perhatian lho, Bu.” Bela Farhan yang membuat kami kembali terkekeh. Aku hanya tersenyum sambil mengunyah makananku.

“Terus selanjutnya siapa nih. Rani, kamu kapan nyusul?” pertanyaan tiba-tiba daei Bulek Sukma membuat suasana kembali hening sementara yang dibicarakan hanya tersenyum. “Dulu Bulek kira Andra itu bakal nikah sama Rani ternyata gandrung karo wong kuto, tho.” (Tergila-gila sama orang kota)

P E R F E C TKde žijí příběhy. Začni objevovat