Kosong

114 5 4
                                    

Pagi hari yang begitu cerah, biasan cahaya oranye tanpa permisi masuk ke sela-sela gorden kamar. Menyilaukan sinarnya tampak senang bisa mengganggu sang pemilik ruangan. Dan baru kali ini aku menggeram tertahan. Kuhela nafas beratku begitu mendudukkan kembali tubuhku ke atas ranjang. Melihat sekeliling kamarku yang ... entahlah-terasa kosong.

Sejak semalam sampai pagi tadi, aku merasa sebuah kehilangan. Pelukan yang mampu memberikan kehangatan pada tubuhku serta suara lembut yang selalu berhasil menggetarkan hatiku tak lagi kurasakan ketika akan tidur dan bangun tidur pagi ini. Seperti sebuah mimpi. Mimpi indah selama satu bulan. Ya ... baru satu bulan aku menikah dengan Mas Andra tetapi aku tak menyangka kehadirannya begitu berarti untuk hidupku. Bahkan aroma citrus serta lemon khas bau Mas Andra masih begitu tercium di dalam kamar ini. Serta kaos putih polos masih menggantung di belakang pintu.

Asstaghfirulloh. Ada apa denganmu, Sakila? Baru kemarin sore aku mengantarkannya pergi dan pagi ini aku sudah begitu kehilangan. Membuatku seperti perempuan lemah yang terus merindukan seorang pria.

Padahal kemarin aku begitu yakin mempercayai jika jarak bukanlah penghambat dari sebuah hubungan. Jarak bisa mati dengan kepercayaan serta kesediaan waktu. Sesudah sampai di sana Mas Andra langsung mengabariku bahkan semalam kita melakukan vidio call sampai larut. Jika untuk orang tua selalu mempermasalahkan teknologi yang semakin canggih mengklaim jika semua itu hanya membuat anak-anaknya malas untuk belajar dan beralih pada games yang tersedia dalam benda ajaib itu.

Tetapi untuk kami-yang melakukan hubungan jarak jauh sangat berterima kasih pada para penemu berbagai aplikasi yang menyediakan hubungan dengan melihat wajah lawan bicaranya. Meski tak cukup untuk melepas rindu tapi cukup untuk mengobati-meskipun hanya sedikit.

Kembali aku mendesah, kulirik jam pada pergelangan tanganku. Sudah pukul delapan itu artinya aku harus segera berangkat. Ya ... hari ini aku kembali menjadi seorang pelajar. Jika saja di jari manisku tak ada lingkaran cincin mas kuning dengan berlian sebahai hiasan, mungkin aku lupa jika aku sudah menikah. Ini seperti kembali pada saat aku masih gadis. Segera saja aku menyambar tas punggungku yang tak banyak memuat buku hanya notebook dan beberapa buku. Sebelum keluar aku kembali menghadap pada cermin memantaskan diriku yang hanya mengenakan gamis bercorak bunga musim semi dengan kerudung lebarku berwarna merah muda. Cukup.

Aku melangkah keluar bertepatan dengan suara Mama memanggil meminta semua anggota keluargaku berkumpul untuk segera menyantap sarapan. Dan kembali aku merasa jika aku masih seorang gadis.

💘

Setelah mata kuliah pertama selesai, aku masih tertahan di kelas menunggu mata kuliah selanjutnya. Aku mengambil ponselku yang aku simpan di dalam tas. Bermain ponsel sebentar sambil menunggu dosen masuk tidak burukkan.

Seketika aku tersenyum mendapati 2 pesan dari Mas Andra. Dengan semangat pula aku membukanya.

Suami
Assalamualaikum, Istriku.
Tadi Mas bangun tidur ngerasa aneh gak ada kamu, lebay ya Mas hahaha. 08 30Am
Hari ini mulai kuliahkan. Semangat kuliahnya. Dengerin dosennya yang bener jangan mikirin Mas terus. Tahun depan selesai ya, Aamiin. Missyou. 08.30Am

Aku terkekeh setelah membaca pesan Mas Andra. Ternyata bukan hanya aku yang merasa aneh ketika bangun tidur tadi. Dengan gerakan cepat jari-jariku sudah menari segera membalas pesan Mas Andra.

Waalaikumsalam, Mas.
Cieee kangen istri ya Mas wkwkw. 10.08Am
Siap Bos! Mas juga semangat ngajarnya. Jangan lupa makan. Istirahat yang cukup ya Mas. Tahun depan kalau takdir Sakil wisuda ya pasti wisuda. Kalau belum ya berarti belum takdir wkwkwkw. 10.09Am

"Cie ... yang dapet pesan semangat dari Suami."

Tiba-tiba suara Eriska menginterupsi. Aku menoleh untuk melihatnya, seulas senyum terbit malu-malu di bibirku. Eriska adalah temanku, kami satu angkatan waktu SMA. Bedanya dia masuk IPS sementara aku IPA. Jika masa abu-abu kami hanya sebatas tahu nama namun selama aku masuk kuliah Eriska adalah temanku. Teman sebangku dan teman memikirkan tugas-tugas yang bisa membuat panas otak para Mahasiswa.

P E R F E C TWhere stories live. Discover now