Manja

148 7 3
                                    

Jangan lupa di vote ya. Budayakan tekan (⭐) sebelum membaca. 🤗🤗

💘💘💘

Persis seperti apa yang sering aku dengar hingga aku baca di beberapa novel tentang perasaan tinggal di rumah mertua—canggung. Ya, aku tidak tahu apa yang harus kulakukan di rumah sebesar ini yang penghuninya pun hanya berjumlah 4 denganku. Pagi suami serta Ayah mertuaku sudah harus pergi meninggalkan rumah untuk bekerja, dan itu artinya sepanjang hari aku harus menghabiskan hari bersama Ibu mertuaku. Dan itu membuatku serba salah. Entahlah, tinggal di rumah mertua membuatku tak bisa bergerak bebas, semua menjadi terasa salah.

Kecanggungan serta keengganan masih terasa di antara kami. Aku masih enggan untuk mengajak beliau berbincang atau mungkin aku tidak tahu topik yang bisa menarik perhatian Ibu mertuaku itu. Aku tak pandai bersosialisasi dan untuk pertama kalinua aku menyesali sifat burukku ini. Pun dengan Ibu mertuaku yang hanya bicara sekilas terdengar hanya sebagai basa-basi jauh berbeda ketika beliau bicara dengan Rani. Ibu akan berbicara banyak hal seolah Rani adalah teman lamanya. Oh aku salah. Seolah Rani anak perempuannya yang teramat ia sayangi.

Seperti sore ini, aku harus menelan semua rasa iriku untuk diriku sendiri ketika melihat Ibu begitu santai bengcengkerama dengan Rani di ruang tengah yang aku tahu itu ruang keluarga. Aku hanya menyapa Rani ala kadarnya dan segera undur diri dengan alasan memasak.

Dan di sini aku berdiri seorang diri dengan berbagai macam sayuran memenuhi semua rongga penglihatanku. Tak memedulikan tawa Ibu yang begitu lepas bersama Rani. Tawa yang belum kudapatkan sampai sekarang.

Aku menarik nafas dalam dan menghempaskan dengan keras. Sabar, Sak.

Setelah puluhan menit kuhabiskan dengan memasak, akhirnya aku bisa menyelesaikan masakanku seorang diri. Sebenarnya sedikit repot terlebih lagi aku belum hafal letak parkakas dapur serta bumbu di dapur rumah mertuaku ini. Dan kini dengan hati-hati aku menyiapkan sayur serta lauk pauk lainnya di meja makan dengan telaten.

“Assalamualaikum, istriku.”

Aku tersentak ketika sebuah suara mengalun membisikkan sapaannya tepat di telingaku. Menegang seketika ketika merasakan sentuhan erat pada perutku. Kedua tangan kekar itu melingkar erat pada pinggang kecilku. Jantungku berdebar seperti biasa ketika tubuhku menempel pada tubuhnya.

Tanpa tahu apa yang aku rasakan, dengan santainya Mas Andra mencium puncak kepalaku.

“Mas Andra!” pekikku

“Jawab salam dari suamimu dulu,” bisiknya

Aku menghela, “Waalaikumsalam, Mas.”

“Wangi banget sih.” Bisik Mas Andra

“Apanya?” tanyaku

“Kamulah. Apa lagi?”

“Masakanku gak wangi ya?” tanyaku seraya menatap masakanku yang sudah berjajar rapi di atas meja.

“Wangi tapi kalah wangi sama kamu.”

Aku berdecak, “receh banget sih.”

Mas Andra terkekeh lalu mengurai pelukannya dan dia menatap seluruh meja makan tepatnya pada masakanku. “Kamu masak sendiri?”

P E R F E C TWhere stories live. Discover now