Part 34: our own happiness

16.9K 941 12
                                    

Henry menunggu kedatangan Tao di bawah sebuah pohon tua di depan sebuah meja sederhana dengan bunga dan buah-buahan di atas-nya. Tao datang bersama dengan dampingan dari nenek Fan, dia menggenakan baju adat pernikahan dan perhiasan yang sederhana tapi keanggunan Tao mengalahkan segala kesederhanaan-nya. Jendral Hugo dan Yun juga berada disana, mereka dengan senyum bahagia menyaksikan tuan mereka resmi menjadi sepasang suami istri. 

"Aku Henry memindangmu untuk menjadi istriku, berjanjilah kau akan selalu bersamaku sepajanh hidupmu" kata Henry sambil memegang tangan Tao, 

"aku berjanji" jawab Tao, Yun pun membawakan sepasang cincin emas dengan ukiran traditional, Henry memasang cincin itu di jari manis Tao, begitu pula dengan Tao yang memasangkan cincin satu-nya di jari Henry. 

"Tunggu apa lagi" kata nenek Fan, mereka semua menatap nenek Fan dengan bingung, dan Setelah beberapa detik mereka mengerti, 

"ehem" Henry bersiap untuk mencium Tao, bibir mereka menyatu dan seakan dunia itu hanya untuk mereka berdua, nenek Fan, Yun dan jendral Hugo menutup mata mereka dengan malu, 

"aku rasa itu sudah cukup, kalian bisa lanjutkan nanti" kata jendral Hugo, dan seketika mereka tersadar dari ciuman mereka dan memalingkan muka dengan malu. Acara-nya dilanjutkan dengan makan-makan serta minum-minum. 

"Hah, arak ini enak sekali, aku tidak pernah merasakan rasa seenak ini sebelum-nya" kata jendral Hugo sambil mabuk-mabukan, 

"sadarlah, tidak ada arak seenak dari tempat ini, kau begitu bodoh jendral" kata Yun yang juga mabuk sedangkan nenek Fan hanya makan dan tertawa melihat kedua orang yang mabuk ini, sedangkan Tao dan Henry sudah hilang entah kemana.

"sadarlah, tidak ada arak seenak dari tempat ini, kau begitu bodoh jendral" kata Yun yang juga mabuk sedangkan nenek Fan hanya makan dan tertawa melihat kedua orang yang mabuk ini, sedangkan Tao dan Henry sudah hilang entah kemana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Didalam kamar baru mereka, Henry masuk sambil mengendong Tao, "kenapa kakak mengendongku, turunkan" kata Tao dengan malu, 

"kenapa kau masih panggil aku kakak?"kata Henry dengan wajah kesal, ia menurunkan Tao di atas kasur berwana merah itu, 

"terus aku harus panggil apa?" Tanya Tao dengan wajah polos, Henry mendekati wajah-nya kewajah Tao, 

"panggil aku suamiku sayang" kata Henry dengan nada mengoda,

 "kau mabuk ya" tanya Tao sambil menutup hidung-nya, 

"tidak aku hanya minum sedikit, karna aku tidak sabar" kata Henry, ia mulai mencium Tao, dan Tao hanya menerima-nya karna memang ia sudah menantikan-nya. Lama kelamaan ciuman itu berlari keleher-nya dan Tao mulai merasa tegang, Henry membuka gaun yang Tao kenakan, dan gerakan-nya mulai menjadi liar, 

"kau begitu cantik" kata Henry, Tao hanya bisa mengikuti yang Henry mau, tanpa penolakan, dan malam itupun menjadi malam yang Tao dan Henry tidak akan lupa.

Keesokan hari-nya jendral Hugo terbangun, "ahhhh" teriak-nya setelah melihat Yun tidur di sebelah-nya dengan hanfu tipis dan dia sendiri tidak mengenakan pakaian sedangkan nenek Fan tidur di sofa tidak jauh dari tempat mereka tidur, 

"apa yang aku lakukan?" Tanya jendral Hugo kepada diri-nya sendiri. "

Ahhh" Yun mengubah posisi tidur-nya, jendral Hugo langsung lari sambil membawa baju-nya meninggalkan Yun dan nenek Fan yang masih tertidur. Sedangkan Tao terbangun dari tidur-nya, ia bisa melihat jelas pria yang baru jadi menjadi suami-nya itu tidur dengan pulas di samping-nya, dada yang bidang, bulu mata yang lebat, hidung mancung, semua-nya membuat Tao terpana, apalagi saat dia mengingat kejadian tadi malam, 

"ah, apa yang aku pikirkan" teriak Tao dalam hati.

 "Kau sudah bangun" kata Henry yang masih menutup mata-nya, 

"kau sudah bangun?" Tanya Tao, "emmmm" jawab Henry,

 "aku akan mandi dulu" Henry menarik tangan Tao, dan sekarang Tao berada di bawah-nya, muka Tao memerah seperti tomat, lantasan Henry mencium-nya lagi,

 "aku belum selesai" kata Henry, ia mencium-nya lagi dan Tao tidak bisa menolak hal itu, nafas-nya hampir habis tapi Henry masih tidak melepaskan ciuman itu, 

"hah" hembus nafas Tao, 

"apa itu terlalu lama" kata Henry sambil terkekeh, 

"em, sudahlah aku mau mandi" kata Tao dengan wajah merah-nya, ia memaksakan jalan-nya, padahal selangkangan-nya sanggat sakit saat ini. 

"Perlu bantuan?" Tanya Henry,

 "tidak" jawab Tao singkat, Henry bangun dan mengendong Tao, 

"ah, apa yang kau lakukan?" Tanya Tao,

 "ayo mandi bersama" kata Henry sambil berjalan sedangkat Tao membulatkan mata-nya sambil memukul dada Henry, 

"kenapa? Kita kan sudah resmi sebagai suami istri" kata-nya lalu lanjut jalan dan lagi Tao tidak bisa melawan keinginan Henry.

The rebirth of RabeccaWhere stories live. Discover now