Part 1: Rabecca "the sugar baby"

63.1K 4.6K 104
                                    

Terlihat gadis manis dengan paras cantik sedang memakan makan siang-nya. Kini taman yang biasanya sepi, dipenuhi dengan siswa laki-laki bahkan guru pria. Gadis yang bernama Rabecca tersebut sudah merasa resek dengan semua pria yang mengikuti nya, dia tidak menyalakan kecantikan-nya tapi hanya saja semua ini berlebihan, semakin banyak pria yang menyukai nya semakin banyak pula kaum hawa yang memanggil-nya "sugar baby".

Rabecca adalah gadis yang cantik, pintar dan juga licik, semua itu lah yang membuat para pria mencintai-nya dan memberi-nya kado hampir setiap hari hanya untuk menyatakan perasaan mereka, mulai dari baju, perhiasan, tas, mobil dan banyak lagi. Walaupun banyak wanita yang membenci dan iri pada-nya, Rabecca tetap menjalani hidup-nya dengan senyum bahagia.

"Rabecca!"

Sebuah panggilan membuat Rabecca menoleh ke arah gadis munggil berkaca mata yang duduk di samping-nya. Itu adalah Hana, satu-satunya teman Rabecca yang dapat ia percayai 100%.
"Jangan bengong terus dong" kalimat itu membuat Rabecca terkekeh dan melihat teman sejati-nya itu.

"Gak bengong kok, cuma lagi mikir" Hana merasa penasaran apa yang gadis cantik di samping nya ini pikirkan, "hidup-nya terlihat bahagia tapi dia selalu memiliki banyak pikiran" itu yang di pikirkan Hana.

"Besok waktu kelulusan kita ke gunung yok" ajak Rabecca yang langsung di bantah oleh Hana

"Ngapain ke gunung!? orang tu liburan ke pantai, luar negeri, bikin pesta" kata Hana dengan polos, padahal ia tau persis kalau teman-nya ini hanya ingin pergi ke tempat dimana tidak ada yang mengikuti-nya, tapi ia tetap khawatir kalau akan terjadi sesuatu kalau mereka pergi ke gunung.

"Kamu cantik kalau gak pakek kaca mata dan kawat gigi" kata Rabecca membuat Hana memasang muka bingung-nya, "tadi ngomongin gunung sekarang ngomongi muka-ku"

~malam hari~
"Udah malem nih, pulang yok, udah kenyang nih" kata Hana setelah makan dengan Rabecca, ia sebenarnya tidak mau keluar selarut ini tapi ia kasian dengan Rabecca karna Rabecca tidak mempunyai keluarga maupun kerabat dekat.

"Ya udah kamu pulang duluan aja, aku mau beli cemilan dulu" Rabecca tau kalau Hana akan di marahi orang tua nya kalau dia tidak ada di rumah sebelum jam 9 malam, oleh karna itu dia menyuruh Hana pulang duluan tanpa meminta Hana untuk menemani-nya membeli cemilan dan Hana langsung mengerti perkataan Rabecca, dan pergi menuju mobil-nya.

Rabecca berjalan di gelap-nya malam, angin beterbangan di dekat-nya seakan ingin bermain dengan-nya. Lama kelamaan Rabecca menikmati permainan itu dan mengikuti kemana arah angin tersebut pergi, semakin ia mengikuti angin itu semakin ia terasa terpanggil. Cahaya lampu yang sangat silau tiba-tiba tertuju pada-nya, ia tau kalau itu berhasa dari sebuah mobil tapi entah kenapa Rabecca tidak bisa mengerakan tubuh-nya dan hanya memandang mobil tersebut perlahan demi perlahan mendekati-nya dengan kecepatan tinggi.

DUAR

Tubuh-nya melayang dan terguling di aspal yang keras dan dingin, darah bercucuran dari kepala, tangan, dan kaki-nya. Mobil yang menabrak nya seperti mobil yang di kendarai Hana, Rabecca melihat seorang gadis turun dan ternyata benar itu Hana, ia percaya kalau Hana akan membantunya, tapi? Apa yang terjadi "Ha..na..to..lon..g", "selamat tinggal rabecca" lalu meninggalkan Rabecca yang sekarat di tengah jalan. 

Sakit itu yang Terlintas di hati Rabecca. Pandanggan-nya mulai meredup dan seseorang seperti berbisik "belum saat-nya kau mati"

Rabecca membuka mata-nya, dia tidak percaya kalau dia masih hidup, "dimana ini? Kenapa badan-ku berat sekali". Dia melihat 2 orang berpakaikan pelayan kuno sedang mengobrol di samping-nya. "Tolong".."eh kenapa aku gak bisa ngomong?"dia menoleh ke cermin di samping-nya. "Eh!? Aku jadi bayi, demi apa!?"

"Wah liat tuan putri kita sudah bangun" kata salah satu pelayan itu, yang langsung menghampiri-nya dan mengendong-nya.

"Tuan putri?"

"Iya dia begitu manis, hanya saja permaisuri masih berada bersama kita..." suara pelayan yang satunya melemah dan muka mereka kini terlihat sedih semua. 

"Kenapa?" Tangan Rabecca meraih muka yang bersedih itu membuat kedua pelayan itu menoleh kearah-nya.

"Bahkan tuan putri tidak ingin kita menangis, walaupun permaisuri tidak ada bersama kita, kita masih memiliki tuan putri Anastasia"

"Anastasia? Itu nama-ku? Maksud-ku nama bayi ini?"

Next~~

The rebirth of RabeccaWhere stories live. Discover now