Bab 45 ǁ Kebenaran yang Terungkap

9.8K 993 23
                                    

Mati aku! pekik Valerie dalam hati.

Napas Valerie tercekat di tenggorokan. Matanya membulat sempurna. Dari balik punggung Haikal, ia menangkap sosok laki-laki setinggi 187 centimeter muncul di ambang pintu.

"... Puff pastry sudah ready dibentuk dan ada order-an dari bagian Hot Kitchen untuk dibuatkan spaghetti dan fetuccini. Itu saja yang perlu saya sampaikan. Utamakan keselamatan dan kesehatan kerja termasuk sanitasi."

Itulah sisa ucapan yang masuk di indra pendengaran Valerie di akhir briefing, tepat pukul 08.00 WIB.

"Ya, Chef!" seru para peserta briefing.

"Haikal?"

Suara berat dari arah belakang itu membuat bulu kuduk Valerie berdiri. Ia menahan napas 2 detik. Rasa panas menjalar di punggung. Membuat keringat dingin mengucur cepat. Ia melirik Adnan yang memperhatikan air mukanya sejak 3 menit lalu.

"Hai?" Si pemilik nama membalikkan badan.

Radit mendekat enam langkah. Setelah mereka saling berhadapan, ia pun berkata, "Kal, tolong panggilkan Chef Gauzan! Aku tunggu di office. Ada yang perlu kita bicarakan." Ekor matanya memerangkap sosok Valerie yang berjalan ke AC room.

Orang yang belum tahu bahwa mereka sudah saling mengenal beberapa tahun pasti akan menilai Haikal tidak sopan. Bagaimana seorang chef sepertinya bisa berkata sesantai itu pada pemilik hotel yang terkenal tegas dan arogan? Kira-kira begitulah yang biasa ada di pikiran mereka.

Haikal dan Radit memang sepakat untuk bicara bergaya teman sendiri di mana pun berada, kecuali jika sedang berhadapan dengan tamu atau ada di acara formal.

"Adnan?" panggil Haikal keras setelah dua kali menghubungi Gauzan, tetapi tidak ada jawaban. Melihat laki-laki itu menujukan perhatian ke arahnya, ia berkata, "Saya keluar sebentar."

"Siap, Chef!" Ia tahu ada mandat terselubung.

Adnan lalu mulai memeriksa sanitasi kitchen serta kebersihannya karena tugas memeriksa produk yang ada di persediaan sudah Haikal lakukan sebelum briefing. Beralih pada peralatan, matanya tertuju pada rolling pin dan mixing bowl bekas adonan. Jika Haikal yang melihat, sudah dapat dipastikan shift malam akan terkena omelan.

Salah satu dari banyaknya peraturan di kithen adalah tidak boleh meninggalkan tempat dan peralatan apa pun dalam keadaan kotor usai shift kerja berakhir. Artinya, mereka datang dengan keadaan bersih, maka ketika pulang juga demikian.

"Val, kamu dari mana?" Adnan menoleh ketika melihat Valerie mendekat. Ia meletakkan dua benda tadi di bak cuci.

"Kak, bagaimana ini?" Valerie resah dan hampir menangis. Ia tidak kuat menahan efek samping mengerikan usai melihat Radit. Usahanya bersembunyi dan mendinginkan tubuh di ruang pribadi Maha tidak berhasil sepersen pun.

Adnan mengedarkan pandangan sekilas ke penjuru ruang. Memastikan tidak ada yang menyadari gelagat ketakutan bercampur cemas yang kentara pada diri Valerie. Ia lega karena para rekan satu shift-nya sedang sibuk prepare.

Ia menarik tangan Valerie yang terasa sangat dingin dalam genggaman. Berhenti di sudut ruang seberang meja kerja Dito tepatnya dekat kompor, ia memunggunggi sebagian besar sudut pandang kitchen. Membuat objek penglihatan Valerie terbatas. Dirinya berusaha menutupi perempuan itu supaya tidak tertangkap banyak orang, membawanya ke titik buram.

Adnan tidak mengatakan apa-apa. Ia sendiri pun juga buntu. Sebelah tangannya menepuk-nepuk bahu Valerie.

"Iish, hari-"

Tasteless ProposalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang