Bab 14 ǁ Satu di Antara Tiga Hal Memusingkan

14.1K 1.3K 41
                                    

Baiklah, Valerie tidak tahan lagi! Usai briefing sekitar 2 jam lalu, fokusnya hanya pada Haikal yang terlihat pucat dengan bintik-bintik merah di kulit meskipun mulut dan kedua tangannya terus sibuk memberikan instruksi ini-itu pada para anak buah. Rasa bersalahnya makin besar ketika mengetahui laki-laki tersebut kena diare.

"Chef Haikal sedang tidak elite. Dia terserang diare," lapor Lutfi di telinga kanannya dengan suara lirih sembari melirik Haikal yang baru kembali dari toilet untuk ketiga kalinya. Ini terjadi beberapa saat lalu.

Pantas saja Valerie tidak melihat Haikal menyentuh makanan dan hanya mengawasi. Telinganya jadi pengang karena mendengar instruksi Haikal di sana-sini.

"Chef, maaf." Valerie berbisik setelah Haikal memintanya mengambil condiment[34] berupa torani[35] raspberry dan torani signature raspberry syrup di gudang. Ia menyatukan kedua telapak tangan di depan dada perlahan. Sementara itu, kepalanya mendongak dengan tatapan lemah penuh rasa bersalah.

Haikal mendengar jelas dua kata tersebut meskipun berlomba dengan suar peralatan yang saling beradu serta mesin dough mixer yang menyala. Ia mendesis lirih dan menatap protes, kemudian buru-buru menekan tangan Valerie sebelum menarik perhatian yang lain.

Namun, mata sipit Lutfi yang jeli menangkap pergerakan tersebut. Di jarak sekitar 5 meter, ia menoleh ke kanan dengan dahi bergelombang karena saking penasaran pada apa yang keduanya lakukan. Pemandangan antara Haikal-Valerie sejak menit awal bekerja terasa janggal.

"Kamu ingin semua orang tahu?" tanya Haikal lirih, tetapi sarat ancaman.

Valerie menggeleng cepat dengan tatapan memelas. Detik berikutnya, ada sedikit kelegaan yang menyusup karena Haikal masih tutup mulut. Untunglah, dugaannya benar!

"Kerjakan saja resep cetusanmu itu dengan benar!" Haikal membalas berbisik dengan nada tegas. Setelah itu, ia beralih memberi perintah pada seorang steward  untuk membantu Lutfi dengan posisi masih berdiri di samping kanan Valerie.

Suara lantang tersebut membuat Lutfi segera mengarahkan pandangan ke sauce pan berisi adonan vla rasa jahe dengan gula jawa sebagai pemanis. Ia tidak ingin ketahuan telah melakukan spionase.

Resep yang dimaksud oleh Haikal adalah sebuah valentine day's chocolate raspberry cake dengan free gluten yang dicetuskan Valerie satu bulan lalu. Tepatnya seminggu sebelum tiga bulan masa train
ing-nya berakhir dan diangkat menjadi karyawan tetap---begitulah kebijakan di Hotel Dellacato Jakarta. Saat itu, setiap partie di kitchen harus mengusulkan menu inovatif untuk dipasarkan pada Februari.

Ia yang ingat akan resep ajaran mamaya pun penasaran untuk membuat. Memang awalnya—sejak belajar dengan mamanya lima tahun lalu—tidak mudah, tetapi berhasil hingga Valerie berani mendemonstrasikan ke bagian pastry kitchen di sini. Akhirnya, resep tersebut diterima untuk masuk ke menu paket bertema Valentine Day 2022.

Dari pukul 08.00 WIB sampai dengan 11.00 WIB, Valerie menghitung Haikal ke toilet sebanyak lima kali. Ia juga memperhatikan Haikal yang makin terlihat lemah. Hatinya meringis dan cemas akan keadaan CDP-nya itu dan juga diri sendiri. Haikal sakit karena ulahnya. Mungkinkah keadaan ini akan memperburuk perjalanan karier Valerie di pasty kitchen?

"Ck! Saya tidak menyangka lulusan French Pastry School dan bersertifikasi seperti Chef masih bisa ceroboh mengenali rasa kacang atau bukan," ledek laki-laki berambut hitam belah tengah ketika Haikal berdiri di ujung kiri meja kerjanya.

"Chef sepertinya belum peka. Mau berguru ke saya tidak?" timpal Lutfi sambil mengangkat sauce pan berisi vla dari kompor dan balik badan menuju meja kerja di kiri Adnan. Membuat aroma jahe makin menguar di sekitarnya. "Saya akan ajarkan bagaimana mendeteksi sebuah rasa hanya lewat tampilan."

Tasteless ProposalWhere stories live. Discover now