Prolog

61.1K 3.3K 35
                                    

"Perkenalkan! Nama saya Aghna Valerie. Kalian bisa memanggil saya Valerie." Seorang perempuan bermata bulat membungkuk sopan pada empat laki-laki berseragam putih dengan kancing berwarna emas.

Mereka tidak ada yang bersuara selama beberapa detik. Tiga di antaranya memandang Valerie dengan tatapan heran dan wajah bodohnya sementara satu orang menatap datar. Dalam sejarah karier mereka di Hotel Dellacato Jakarta, ini adalah pertama kalinya ada staf kitchen perempuan.

Seorang laki-laki dengan tatanan rambut fringe meneliti raut wajah bawahannya satu per satu. Kedua tangannya terlipat di depan dada. "Attention!"

Seruan itu langsung menyadarkan mereka untuk kembali menapak tanah.

"Yes, Chef!" sahut mereka kompak dengan postur tubuh ditegakkan.

"Saya tahu apa yang ada di pikiran kalian, tapi fokuslah pada apa yang akan kalian kerjakan hari ini, mengerti?!" Haikal mewanti-wanti dari awal.

"Mengerti, Chef."

Haikal kemudian memberi arahan terkait event yang ada di hari ini beserta jumlahnya. Setelah sekitar 30 menit menjelaskan, mereka bergegas memanasi ruangan yang menjadi pastry kitchen hotel tersebut dengan semangat baru—kehadiran Valerie.

Ini hari pertama Valerie bekerja menjadi cook helper[1] untuk para seniornya. Ia dengan cekatan mengambil bahan yang diperlukan untuk membuat adonan kue pengantin. Kegugupan menyerang ketika menyadari mata elang milik Haikal tidak lepas dari setiap sentimeter pergerakannya.

Valerie memiliki firasat bahwa orang tersebut bukanlah tipe ramah lingkungan. Meskipun wajahnya mampu menarik para perempuan dan sangat pantas jika dipajang pada sampul majalah, tetapi tatapannya yang terasa mengeluarkan aura dingin jelas mengurangi esensi.

Apakah ia akan terus mengawasiku seperti ini sampai pulang? Apa mentang-mentang karena hanya aku perempuan di sini, lalu orang itu menganggapku tidak bisa bekerja seperti yang lainnya? Valerie mengeluarkan segala tanya yang dirasa dalam batin.

Ia risih jika ditatap lama-lama seperti itu. Wajah putih bersihnya sedikit menekuk. Kedua tangannya yang sibuk memegang bahan pun tidak terlalu diperhatikan. Ia tidak sadar meletakkan beberapa bahan di atas meja stainless steel panjang dengan cukup kuat hingga menimbulkan suara gebrakan.

"Ingat! Keberhasilan kue tergantung perasaan si Pembuat." Haikal menyindir kinerja Valerie barusan secara implisit.

Seperti beberapa rekannya, ia tidak mengerti kenapa kali ini SDM menempatkan chef seorang perempuan. Tujuh tahun lebih ia bekerja di sini dan belum pernah memiliki rekan kerja perempuan. Bahkan di tempat kerjanya dulu pun berlaku demikian.

Valerie kembali menggerutu dalam hati setelah sadar ucapan itu lebih ditujukan pada siapa. Itu dirinya!

Apa chef berusia 28 tahun itu tidak menyukai dirinya bekerja di sini? Pikiran seperti itu terlintas di benak. Dulu, ia sering mendengar dari teman-teman kerjanya di restoran bahwa di hotel jarang ada chef perempuan. Dan ia membuktikannya hari ini.

"Tolong kamu pecahin telur tiga puluh enam butir untuk adonan ini, ya?" pinta seorang laki-laki dengan ikat rambut putih yang melingkar di kepala.

Perempuan itu mengangguk patuh, lalu mengambil telur. Setelah menghitung sesuai jumlah, ia membawanya ke atas meja kerja. Suara gebrakan kembali terdengar. Membuatnya meringis pelan dan mengumpat diri sendiri karena kurang hati-hati. Ia kemudian melongok pada baskom berisi telur-telur itu. Matanya membesar ketika melihat ada beberapa yang retak dan bahkan pecah.

Laki-laki di samping Valerie mengikuti arah pandang itu, lalu menatap dengan terjemahan kira-kira aduh! Itulah yang ditangkap Valerie ketika mata mereka berserobok.

"Belum ada satu jam dan kamu dalam masalah, Nona." Suara berat dan dingin menyelimuti telinga Valerie.

______________________
[1] Orang yang bertugas membantu cook (koki) maupun asisten.


###

23.45 WIB; 10 Agustus 2023

Salam kenal dari Valerie,

Fiieureka

Tasteless ProposalWhere stories live. Discover now