Ano pengkhianat!

3.5K 166 0
                                    

Ngakunya sih nggak suka, tapi sikapnya selalu berlebihan

Lia semakin histeris saat melihat mamanya berbalik menjauh darinya.

" Mbak Tari mama mau ninggalin Lia lagi! Mbak Tari tahan mama, Lia sakit mbak hiks hiks" rengek Lia

" Mama! Mama jangan pergi! Anak mama hanya Lia!" teriak Lia

" sudah non, jangan seperti ini" Isak Mbak Tari

••••

Beberapa orang memilih meninggalkan orang yang sangat membutuhkannya untuk menyambut kehidupan baru yang akan mereka jalani. Seperti itu pula Lucia, dia bertemu dengan Ayah Tiara kemudian mereka menikah. Lia menangis dan memukuli dirinya sendiri saat mengetahui itu. Sekeras apapun dia berteriak menangis namun mamanya tidak pernah mau kembali untuknya. Lia bahkan masih terlalu kecil saat itu, dia masih duduk dibangku kelas 1 SMP. Belum sembuh luka yang ditinggalkan Rigel, Mamanya malah menambah luka itu. Lia yang dulunya menangisi hal-hal kecil, selalu merengek, cengeng, manja dan mengeluh perlahan ia berusa menghilangkan sifat itu, dia berpikir jika mamanya meninggalkan Lia karena Lia anak yang manja dan hanya bisa menyusahkan. Dia sangat rusak didalam dirinya, dia menyembunyikan rasa sakitnya dan perlahan hancur. Semakin hari dia selalu diliputi rasa takut dan cemas, dia takut ditinggalkan, dia takut dipermalukan, dan dia takut jika dia tidak bisa mengendalikan dirinya dan kembali menyakiti dirinya sendiri.

Baik saat memejamkan mata ataupun membuka matanya, dunia nampak gelap. Dia hanya bisa menangis sendirian tanpa ada seorang pun disisinya. Tak ada yang mengenali dirinya dengan baik, bahkan dirinya sendiri.

Bernafas pun terasa sulit karena sakit yang menggerogoti hatinya. Dia pernah mencoba mengulurkan tangannya meminta pertolongan namun tidak ada yang menggapai tangannya itu.

Sesak...

Sangat sesak...

Hati dan jiwanya jatuh semakin dalam,
ketempat yang sangat gelap dan jauh.
Ditempat yang tidak semestinya dia berada.

Dia tenggelam dalam rasa sakit dan sepi itu hingga bernafas pun terasa sulit.
Dia tenggelam namun tidak pernah bisa mati, sekalipun dia mencobanya.

Mbak Tari menahan tangis saat Lia mengetuk pintu kamarnya bahkan mengedornya dengan keras. Isakannya terdengan makin pilu dan terua berteriak agar mamanya tidak pergi.

" Mbak Tari bukain pintunya! Lia mau kejar mama, tolong Lia takut hiks hiks" teriak Lia dari balik pintu

" Non Lia tenang dulu ya, ini perintah nyonya" kata Mbak Tari dengan nada memohon

" Mbak tari jahat sama Lia hiks hiks. Lia hanya mau mengambil milik Lia kembali, Lia butuh mama! Mama nikah lagi, mama lupain papa, mungkin aja nanti papa akan kembali buat Lia hiks hiks"

" Non Lia jangan menangis nanti kepalanya makin sakit. Nanti mbak Tari suruh mama pulang ya" bujuk mbak Tari

" Lia mau papa! Papa pasti bisa bilang ke mama agar tidak pergi lagi! Mbak Tari bukain pintunya"

" Lia cukup! Jangan tangisi orang yang tidak menginginkan kamu. Mama dan Papa kamu sudah bercerai, mereka tidak peduli sama kamu. Mereka orang yang jahat!" bentak Mbak Tari tanpa sadar

Dibalik pintu itu, Lia memeluk lututnya sendiri, dia terlihat sangat kacau.

" Lia capek mbak, Lia capek menggunakan topeng dan menutupi rasa sakit Lia. Lia benar-benar hancur. Mama ninggalin Lia kemudian datang sesuka hatinya dan bersikap seperti tidak terjadi apapun" kata Lia sesegukkan, tangisnya mulai reda

THE MOST WANTED Where stories live. Discover now