Bagian 28

30 3 2
                                    

Taufiq punya part

"Kau bawa kemana mereka?" tanya bos yang melihatku berjalan gontai menuju arah tempatnya duduk. Dia adalah pimpinan komplotan ini. Para pengedar sabu jenis ganja dengan kedok perusahaan penambang pasir. Warga mengiranya begitu. Mereka membeli kawasan hutan ini dan menanaminya ganja, setelah itu mereka mendistribusikan ganja itu dengan truk pengakut pasir. Di bagian bawah pasir pasir itulah mereka menyembunyikan ganja itu. Sungguh bejat.

"Menyerah juga kau akhirnya," ucapnya lagi sambil menghisap rokok yang diselipkan diantara telunjuk dan jari tengahnya.

Aku menatapnya penuh amarah. Tak ada sekalipun rasa bahagia jika melihatnya. Mencium aromanya saja sudah membuakku muak dengan dunia. Ditambah lagi, harus menjadi anak darinya. Cih, aku tak sudi.

"Boss. Umpan kita berhasil." Seorang anggota komplotan yang mereka beri nama RAGANJA itu berlari masuk kemudian melapor. Si boss bejat itu terlihat tersenyum picik kemudian meniupkan asap rokok dari hidungnya.

Setelah perintah yang ia berikan kepada anak buahnya, mereka semua pergi keluar dari ruangan ini. Kemudian dia beranjak dari singgasananya dan berjalan mendekatiku.

Dia jongkok untuk menyesuaikan wajahnya agar mudah aku tatap, "Kau anak ayah satu-satunya. Kenapa kau menolak semua kekayaan ini? Kenapa kau tak sudi mewarisi kejayaan ini?" tanyanya yang memamerkan semua barang barang maramnya.

"Aku tidak akan sudi berbisnis barang haram seperti kau. Dasar bejat!" Amarahku benar-benar sudah dipuncaknya. Tak tahan lagi, aku akan menghajarnya tidak peduli apakah dia orang tuaku atau bukan. Aku ingin meninju dahinya.

Tanganku teracung ingin memberikan tonjokan mantap di pelipisnya. Geram aku melihatnya. Nyatanya aku tidak sehebat dia. Penjahat kelas kakap yang bahkan polisi pun sudah berhasil ia kuasai.

Dengan tidak susah payah dia bisa mengelak dan membalas pukulanku kelak di perutku. Aku hanya bisa mengerang sakit. Sedang dia terlihat puas dengan penyiksaan.

"Menyerahlah. Hanya tinggal beberapa saat lagi, teman-teman tidak berguna akan kutangkap. Setidaknya kau bisa bekerja sama dengan mereka nanti sebagai atasan dan anak buah." Mendengar ucapannya semakin membuat telingaku terbakar panas. Jika saja aku bisa mengalahkannya, pasti sudah kuhapuskan bisnis gelapnya ini.

"Kau lihat tumpukan ganja itu? Kau bisa kaya dengan semua itu. Kau bisa menguasai apa pun yang kau mau. Termasuk mendapatkan gadis itu," ucapnya yang tak henti-henti mempengaruhiku dengan intonasinya yang provokatif. Aku tau yang dia maksud itu adalah Nur. Dia licik.

"Pikirkan baik-baik tawaran ayah. Jika kau masih ingin gadis itu selamat. Ayah ingin kau sendiri yang mengantar ganja-ganja itu." Dia memberi sedikit sela bicaranya kemudian menatapku dengan dingin, "Ini. Lakukan malam ini juga atau teman-teman payahmu akan menanggung akibatnya."

Siapa dia yang berani mengancamku. Aku lebih baik disiksa dari pada harus menjalankan bisnis barang haram ini. Aku tidak akan mau.

Aaaaarrrrggg!!! Kelemparkan kunci mobil yang ia berikan tadi. Aku berdiri mengerang kesal, menatapnya dengan mata panas yang membara. Sudah cukup selama ini. Aku harus melawan. Tidak akan ada lagi kata menurut untuk perintahnya. Tapi, aku belum cukup kuat untuk melawan. Aku harus menyusun rancangan, untuk menebasnya tanpa resiko yang tinggi. Tunggu saja. Akan kubalas perlakuanmu ini. Ayah.

Penyedap Rasa - (Slow Update)Where stories live. Discover now