34. Sebuah keyakinan

11.5K 482 16
                                    

"Aku bersyukur bisa kembali melihat senyum indahmu, Re. Jika diizinkan aku ingin sekali terus menjagamu. Membantumu melewati segalanya. Aku ingin kamu kembali menjadi istriku, Re.”

Rere terdiam, tidak menyangka Ryan akan kembali mengajaknya untuk menikah.

Seutas senyum tipis terlukis di bibir Rere.

“Mas, terima kasih untuk semua kebaikanmu itu. Kamu lelaki yang sangat baik. Aku tidak pernah sedetik pun meragukan ketulusanmu itu. Tapi, maafkan aku, aku tidak bisa menjadi istrimu.”

“Kenapa, Re?” tanya Ryan lirih.

“Aku masih belum sepenuhnya sembuh, Mas. luka yang pernah begitu membekas di hidupku itu masih terus membayangi apapun yang aku lakukan. Aku masih berdiri di belakang sebuah tembok besar yang menghalangi lajuku. Untuk saat ini aku hanya ingin menyembuhkan segala luka yang belum sepenuhnya kering itu.”

Rere tersenyum meski pun sebulir air mata sudah menetes di pipinya.

Ryan terdiam sejenak, tetapi entah keyakinan dari mana ia berani mengucapkan komitmen ini.

“Aku akan menunggumu, Re.”

“Hmm?”

“Aku akan menunggu kamu sampai semua lukamu sembuh. Entah butuh waktu berapa lama lagi, tapi aku akan menunggu kamu.”

“Mas, jangan menungguku.”

“Kenapa?”

“Karena aku tidak ingin kamu mengharapkan sesuatu yang belum tentu dapat aku balas. Besok pagi aku akan berangkat ke Belanda.”

Mata Ryan membulat, kenapa Rere tidak memberi tahu soal kepergiannya.

“Kenapa kamu nggak bilang, Re? Aku bisa nemenin kamu.”

Rere tersenyum lembut.

“Tidak, Mas, aku ingin menyembuhkan semua lukaku selama ini. Aku yakin perlahan Allah pasti akan menyembuhkan segalanya. Aku mohon jangan cari aku, Mas. Jangan juga menungguku, jika memang Allah menakdirkan kita bersama, maka kita tidak akan pernah kekurangan cara untuk dapat bertemu kembali.”

Tidak ada yang salah dari berjuang, yang salah itu adalah saat kalian belum mencoba tetapi sudah menyerah.

Dua tahun sudah berlalu setelah keberangkatan Rere ke Belanda. Ryan sama sekali tidak pernah mendengar kabar bahwa Rere pulang ke Tanah Air.

Meskipun Ryan mengingat dengan jelas bahwa Rere memintanya untuk tidak menunggu, tetapi hingga detik ini belum ada satupun wanita yang menggantikan posisi Rere di hatinya.

Ryan masih mencintai wanita itu dengan hebatnya.
Cinta yang mungkin tidak akan berkurang hingga akhir hayatnya.

Ryan menyaksikan sebuah acara televisi. Sebenarnya ia tidak begitu suka menonton televisi. Namun, karena saat ini rumah makan yang sedang ia singgahi sedang memutar saluran itu, jadi mau tidak mau ia ikut menonton.

Matanya membulat saat wajah seorang wanita muncul di layar televisi itu.

“Rere?”

                                ***

“Ya, pemirsa saat ini saya sedang bersama salah satu Novelis berbakat dari Indonesia yang sedang menetap di Belanda. Siapa lagi kalau bukan Kak Rere Aulia Raini atau yang akrab kita sapa Kak Reaul ya. Siapa sih yang tidak kenal dengan Kak Rere? Apa lagi setelah disebut judul buku-bukunya.”

Rere tertawa pelan. “Ah, bisa saja, nih.”

“Oh ya Kak, kalau nggak salah, denger-denger Kakak ini dulunya Youtubers, ya?”

“Wah, iya dulu aku seorang Youtubers gitu, cuma memilih pensiun karena ingin fokus untuk berhijrah.”

“Wah, kalau boleh tau nih, Kakak dapat inspirasi dari mana sih bisa nulis buku yang sangat inspiratif untuk banyak wanita di Indonesia?”

“Sebenarnya hampir semua buku aku itu kisah hidup aku. Aku sempat mengalami masa sulit hingga pernah berfikir untuk mengakhiri hidupku dan merasa tidak percaya lagi dengan kuasa Allah subhanawataala. Tapi, alhamdulilah Allah kirimkan orang-orang yang baik di hidupku, yang membuat aku bisa berjuang. Sekarang aku bisa mengerti bahwa setiap hal yang Allah berikan entah baik atau buruk itu selalu ada tujuannya. Dia adalah penulis skenario hidup terbaik. Jika dulu saya tidak merasakan semua perih itu, mungkin saya tidak akan dapat membantu wanita-wanita lain untuk berjuang. Jadi, jangan pernah ragukan kebesaran-Nya.”

“Wah, luar biasa sekali, apa ada pesan-pesan dari Kak Rere untuk orang-orang atau pembaca di luar sana?”

Rere tersenyum lembut. “Untuk orang tuaku, terima kasih atas segalanya dan untuk seseorang yang membuat aku berhasil berjuang sejauh ini, aku ucapkan terima kasih banyak atas semua yang kamu berikan. Entah kamu sekarang sedang berada di belahan bumi mana, aku harap kamu selalu sehat dan bahagia. Untuk semua orang di luar sana, terima kasih karena sudah berjuang dalam hal apapun. Kalian orang-orang yang hebat.”

Ryan terdiam mendengar penuturan Rere. Ia sudah tahu apa yang harus ia lakukan saat ini, mengejarnya.

BERSAMBUNG

Hallo assalamualaikum wr.wb
Maafkan author lambat update, tidak update tadi malam.
Wah kira kira seperti apa perjuangan Ryan nantinya ?
Kalian tim yang setuju tidak dengan ryan nih ?
Dan kabar bahagia insyaallah versi cetak aadk akan terbit MARET.
Jadi bagi yang ingin segera menabung yaa ❤❤
Yang pasti bakal lebih ngefeel
Dan ada beberapa alur yang author ubah.. Dijamin jauh lebih bagus 😘
Salam cinta authorr ❤❤

ALLAH, AKU, DAN KAMU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang