30. Tangis kehilangan

8K 464 68
                                    

“Ya Allah gimana ini pa keadaan anak kita” Ibunda Hammas menangis sembari memeluk tubuh suaminya.
Tubuhnya benar-benar lemas setelah mendengar kabar bahwa putranya beserta istrinya mengalami kecelakaan tunggal yang mengakibatkan mobil mereka terperosok kedalam jurang.

“Sudah, kita berdoa saja semoga mereka semua selamat ya”

“Assalamualaikum, bagaimana keadaan Rere dan Hammas pak?” Kedua orang tua Rere pun baru saja tiba.

“Kita sabar saja ya pak, mereka sedang ditangani didalam”

Seorang dokter keluar dari dalam ruangan tempat Hammas Rere dan Syifa ditangani.

“Dengan keluarga bapak Hammas dan ibu Rere?”

“Benar kami dok” jawab mereka serempak.

“Kami sudah berusaha sekuat yang kami bisa pak, Bu. Tapi kami mohon maaf, dari 3 korban hanya 1 yang selamat. 2 lainnya meninggal dunia”

“Astaghfirullahhalazimm” Ibunda Hammas dan Rere berteriak histeris. Sungguh kenapa harus mereka yang engkau ambil.

Rere mengerjapkan matanya berat. Ia hanya menemukan sebuah ruangan putih kosong. Apa ia berada dirumah sakit? Ia mencoba mengingat kejadian apa yang menimpanya.

Mata Rere membulat saat teringat bahwa kecelakaan maut itu yang pastinya membawa dirinya sampai kemari. Dimana Hammas dan Syifa? Apa mereka baik-baik saja?

“Mas...Syifaa” Panggilnya lirih.

Rere mencoba bangun dari tidurnya tapi rasanya begitu sulit sekali.

Dengan perlahan ia mendudukkan tubuhnya. Kondisi Rere sangat memprihatinkan saat ini. Kepalanya masih berbalut perban putih karena kebocoran yang dialaminya. Tubunya hampir penuh dengan goresan-goresan luka.

“Kenapa kaki aku gak bisa digerakin?”

Rere bingung kenapa kakinya terasa begitu berat untuk ia gerakkan. Padahal ia ingin segera turun dan mencari suami juga anaknya.

“Bu, ada yang bisa saya bantu?” Seorang perawat yang tanpa sengaja lewat didepan ruangan Rere melihat Rere sudah sadar dan nampak sedang kesulitan.

“Mbak, saya ingin turun. Saya mau mencari suami dan anak saya tapi kenapa kaki saya sulit digerakkan ya sus? Apa saya patah tulang?”

Perawat itu menatap Rere dengan Iba. Sungguh jika ia yang berada diposisi Rere saat ini, ia  pasti tidak akan kuat menerima kenyataan pahit yang nantinya akan ia dengar.

“Sebentar ya bu, biar saya panggilkan dokter. Nanti dokter akan menjelaskan kondisi ibu secara spesifik”
Perawat itu segera beranjak untuk memanggilkan dokter yang menangani Rere.

“Kemana Umi dan Abi ya, kenapa mereka gak ada disini? Apa mereka sedang membagi tugas menjaga Hammas dan Syifa?”

“Selamat Pagi Bu Rere” Seorang dokter masuk sembari tersenyum hangat kearah Rere.

Rere membalas senyuman itu

“Selamat pagi juga dokter”

ALLAH, AKU, DAN KAMU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang